Sebenarnya Aldo diam-diam menghubungi Naila, manajer Luxury group agar mengirimkan mobil buat menjemput mereka. Ia sengaja tidak memberitahukan Dyta sebelumnya karena ini memberikan kejutan padanya. Sepertinya dia berhasil, Dyta benar-benar terkesiap dengan kehadiran mobil mewah di depannya. Ia menatap kendaraan tersebut terbengong.
Selanjutnya seorang pria muda keluar dari kursi kemudi, dan menghampir Aldo. Dyta memperhatikan interaksi mereka secara seksama.
“Selamat siang, Tuan!” sapa pria itu sembari membungkukkan badan. Tak lupa juga menyapa serta mengangguk sopan pada Dyta.
“S-siang,” sahut Dyta agak gagap.
“Maaf, membuat Tuan menunggu lama,” lanjut pria itu beralih pada Aldo.
“Oh, nggak kok. Cepat malahan.”
Tanpa diberi perintah, pria itu lalu menawarkan diri membawakan barang bawaan Aldo dan Dyta, memasukkannya ke dalam mobil. Setelahnya dia juga membukakan pintu bagi pasangan tersebut,
“J-jadi ….”Dyta tentu saja kaget mendengar pernyataan Aldo. Vila itu ternyata sudah menjadi milik keluarga Eduard lagi? Pantas ada hal seistimewa ini.Namun Aldo tidak menanggapi apapun, dia merasa disana bukan tempat yang tepat juga untuk menjelaskan semua. Ia lalu mengajak Dyta meneruskan perjalanan mereka yang ketika itu masih menginjak penghujung dari hamparan karpet merah.“Nanti aku ceritain semuanya di dalam,” tutup Aldo. Barulah Dyta mau menggerakkan kakinya yang sempat terhenti.Aldo melingkarkan tangannya pada badan Dyta seimbang dengan tinggi badannya, sebelumnya dia juga mengangkat tangan Dyta agar melingkar di area pinggangnya, Pasangan itu berjalan lenggak-lenggok menuju ke dalam vila, nampak sangat mesra membuat iri semua orang yang melihat.Drama yang panjang masih berlanjut di dalam sana, pasangan itu mendapatkan penyambutan dari puluhan pelayan yang sengaja dipersiapkan oleh Naila khusus untuk melay
Keinginan Aldo untuk berduaan dengan Dyta akhirnya menjadi kenyataan saat ini, sesuai dengan pikiran-pikiran nakalnya di sepanjang perjalanan menuju ke Ciwidey. Sungguh sebuah kesempatan yang tak pernah disangka, mungkinkah ini merupakan bagian dari takdir?Sejujurnya Aldo tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, tapi jika harus memaksakan kehendak juga tidak akan pernah dilakukannya. Biarlah semua itu hanya berupa guyonan belaka.Pasangan itu sedang terlibat dalam saling tatap saat ini, entah apa yang sedang dipikirkan Dyta mengenai pernyataan Aldo tadi, dia hanya termenung tanpa menjawab apapun.Padahal entah dia peka atau tidak, Aldo mata Aldo mulai berkabut tak mampu menahan hasratnya yang terus memuncak. Memandang wajah Dyta terlalu lama selalu membuat Aldo nelangsa buana. Apalagi tatapannya itu mendapatkan balasan dari Dyta, Aldo semakin tak mampu menahan diri untuk tidak melahap wanita di hadapannya ini.“E … sebenarnya ada satu
Pasangan itu terlibat saling tatap tidak begitu lama, beberapa detik saja. Aldo lalu mendekatkan wajahnya ke arah Dyta. Namun bukan ingin melakukan hal aneh-aneh seperti yang sempat terlintas di pikiran Dyta.Cup!Aldo hanya mendaratkan sebuah kecupan hangat di kening Dyta saja.“Tidur yuk, udah malam,” ajaknya kemudian.Hari memang sudah larut setelah menghabiskan begitu banyak waktu untuk menuntaskan semua kejutan yang disiapkan Naila pada mereka.“I-iya,” sahut Dyta gagap. Dia masih ambigu ternyata Aldo tidak melakukan apapun selain hanya mengecup keningnya saja.Aldo melirik sekeliling kamar yang cukup luas itu, disana hanya ada satu ranjang saja.“Kampret! Kayaknya Naila sengaja mau mengerjaiku,” gumamnya menarik perhatian Dyta.“Kamu ngomong apa?”“Hmm … aku minta dua ranjang tadi sama Naila … manajer Luxury, tapi … cumen ada satu doang,&rdq
“Oh iya, kado buat nenek!” seru Dyta tiba-tiba.Dia merasa perlu membeli kado setelah kejadian kemarin, sialnya dia lupa.“Tenang aja, aku udah siapin kok,” jawab Aldo nampak santai. “Ini!” tunjukknya.Dyta baru memahami akan apa yang dilakukan Aldo dengan tas ranselnya, ternyata dia menyimpan kado di dalam sana.“Jadi kamu beneran nyiapin kado buat nenek? Isinya apa?” kepo Dyta.Bingkisan yang dipegang Aldo memang berukuran mini saja, berbentuk persegi pipih sebesar ukuran kotak susu 1000ml. Dyta mencoba menebak mungkin isinya pakaian. Namun dia tetap bertanya.Dan tentu saja Dyta tidak akan mendapatkan jawabannya.“Rahasia!” tanggap Aldo sambil melangkah. “Nanti juga kamu akan tau.”“Ih reseh banget, aku maunya tau dari kamu,” cecar Dyta tak kenal menyerah, sambil membuntuti Aldo yang sedang menuju pintu.“Nggak akan! Pokoknya nan
Sesampainya Dyta dan Aldo di rumah nenek, kebetulan sekali Kresnata dan Dona juga barusan tiba. Saat itu Tanti, juga terdapat Sella, Jalu serta Dirly sedang menyambut kedatangan mereka di halaman.Melihat sebuah mobil mewah yang pada badannya tertulis Luxury group ikut berhenti di samping mobilnya, Kresnata dan Dona tersenyum.“Pas banget, itu pasti Dyta sama Aldo,” ucap Dona.“Iya, bener.”Sementara itu mereka sama sekali tak menyadari ekspresi Tanti dan yang lainnya sedang terbengong, yang paling terkesiap tentunya Sella dan Jalu.“Mereka beneran nginap di Luxury?” batin Sella dengan mata melotot.Sedangkan Jalu beda lagi. “Perempuan bodoh! Mau aja ngeluarin uang banyak buat ngangkat derajat pacarnya!” Begitu dia bergumam dengan suara kecil.Walau suara Jalu sangat kecil, Kresnata mendengarnya. Sebab posisi mereka saling berdekatan.“Maksudmu? Siapa yang perempuan bodoh?&r
“Tunggu, tunggu, jangan bilang kalian belum tau …,” terka Sella. Ia segera menambahkan. “Dia kan babu di kantor tempat aku kerja.”Dona dan Kresnata sontak saling menoleh. Mereka berdua pun baru paham kenapa Jalu mengatai Dyta sebagai perempuan bodoh tadi, walaupun terkaan mereka tetap kurang tepat.“Om sama Tante pasti nggak percaya, kan? Dia itu OB, Tan!” ulang Sella.Ya iyalah, mana mungkin pasangan paruh baya itu percaya. Aldo bahkan mampu melunasi hutang mereka yang mencapai ratusan miliar! Jelas sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh seorang OB.“Ngaco,” sela Kresnata.“Nah iya kan … aku udah tau, Tante sama Om pasti belum tau soal ini!” Sella nampak menggebu-gebu. “Aku serius loh, Om … dia itu OB! Kalau nggak percaya tanyakan aja sama Kak Dyta.”Dyta menaikkan alis, lalu memajukan bibir bawah yang disertai mengangkat bahu ketika Dona dan Kres
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini terdapat kue ulang tahun. Nenek sendiri yang menginginkan semua itu. Padahal biasanya dia selalu menolak jika anak-anaknya hendak menyiapkan untuknya.Selain itu juga akan diadakan pesta kecil-kecilan, beberapa kerabat dekat serta sanak keluarga diundang dalam acara ini, yang akan digelar jam 5 sore nanti. Pada momen inilah Sella berniat mempermalukan Aldo di depan semua keluarga Dyta. Hatinya begitu busuk.Namun sebelum jam 5 pun para tamu satu per satu mulai berdatangan, seperti tetangga, maupun sanak keluarga yang sudah senggang, mereka datang lebih cepat, mungkin ingin ngobrol lebih lama. Untung keributan telah berakhir.Tanti mengajak mereka bercengkrama di ruang tengah. Rumah peninggalan sang suami lumayan besar, walau tampak tua tapi sangat rapi dan cukup elegan. Keluarga ini pernah berjaya pada masanya.Jalu saja yang tidak bisa mewarisi usaha keluarga itu, sehingga perlahan bangkrut setelah san
“Dia beneran lagi ngomong sama aku, ya? Dasar tidak tau malu!”“Setelah semua yang mereka lakukan … masih punya muka dia dengan santainya bicara sama aku?”“Manusia munafik!”Lamunan Aldo baru membuyar setelah Dirly tiba-tiba memanggil namanya.“Maaf, aku keberatan mulut busukmu itu menyebut namaku!” hardiknya reflek.Suasana jadi sedikit tegang saat ini, tapi bukan berarti Dirly tak melanjutkan usahanya untuk mendekati Aldo. Sesungguhnya sudah lama dia menantikan moment seperti ini. Berduaan dengan sahabatnya yang kini menjadi musuhnya, dan berbicara 4 mata dengannya.“Aku tau kamu pasti membenciku setelah kejadian waktu itu,” tenang ia menanggapi kemarahan Aldo.“Jelas! Bukan hanya benci, tapi aku pasti membalas kalian semua satu per satu!” kecam Aldo.“Lakukan saja, Do … kalau semua itu bisa membuatmu puas, lakukan. Aku udah menyiapka