“Oh iya, kado buat nenek!” seru Dyta tiba-tiba.
Dia merasa perlu membeli kado setelah kejadian kemarin, sialnya dia lupa.
“Tenang aja, aku udah siapin kok,” jawab Aldo nampak santai. “Ini!” tunjukknya.
Dyta baru memahami akan apa yang dilakukan Aldo dengan tas ranselnya, ternyata dia menyimpan kado di dalam sana.
“Jadi kamu beneran nyiapin kado buat nenek? Isinya apa?” kepo Dyta.
Bingkisan yang dipegang Aldo memang berukuran mini saja, berbentuk persegi pipih sebesar ukuran kotak susu 1000ml. Dyta mencoba menebak mungkin isinya pakaian. Namun dia tetap bertanya.
Dan tentu saja Dyta tidak akan mendapatkan jawabannya.
“Rahasia!” tanggap Aldo sambil melangkah. “Nanti juga kamu akan tau.”
“Ih reseh banget, aku maunya tau dari kamu,” cecar Dyta tak kenal menyerah, sambil membuntuti Aldo yang sedang menuju pintu.
“Nggak akan! Pokoknya nan
Sesampainya Dyta dan Aldo di rumah nenek, kebetulan sekali Kresnata dan Dona juga barusan tiba. Saat itu Tanti, juga terdapat Sella, Jalu serta Dirly sedang menyambut kedatangan mereka di halaman.Melihat sebuah mobil mewah yang pada badannya tertulis Luxury group ikut berhenti di samping mobilnya, Kresnata dan Dona tersenyum.“Pas banget, itu pasti Dyta sama Aldo,” ucap Dona.“Iya, bener.”Sementara itu mereka sama sekali tak menyadari ekspresi Tanti dan yang lainnya sedang terbengong, yang paling terkesiap tentunya Sella dan Jalu.“Mereka beneran nginap di Luxury?” batin Sella dengan mata melotot.Sedangkan Jalu beda lagi. “Perempuan bodoh! Mau aja ngeluarin uang banyak buat ngangkat derajat pacarnya!” Begitu dia bergumam dengan suara kecil.Walau suara Jalu sangat kecil, Kresnata mendengarnya. Sebab posisi mereka saling berdekatan.“Maksudmu? Siapa yang perempuan bodoh?&r
“Tunggu, tunggu, jangan bilang kalian belum tau …,” terka Sella. Ia segera menambahkan. “Dia kan babu di kantor tempat aku kerja.”Dona dan Kresnata sontak saling menoleh. Mereka berdua pun baru paham kenapa Jalu mengatai Dyta sebagai perempuan bodoh tadi, walaupun terkaan mereka tetap kurang tepat.“Om sama Tante pasti nggak percaya, kan? Dia itu OB, Tan!” ulang Sella.Ya iyalah, mana mungkin pasangan paruh baya itu percaya. Aldo bahkan mampu melunasi hutang mereka yang mencapai ratusan miliar! Jelas sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh seorang OB.“Ngaco,” sela Kresnata.“Nah iya kan … aku udah tau, Tante sama Om pasti belum tau soal ini!” Sella nampak menggebu-gebu. “Aku serius loh, Om … dia itu OB! Kalau nggak percaya tanyakan aja sama Kak Dyta.”Dyta menaikkan alis, lalu memajukan bibir bawah yang disertai mengangkat bahu ketika Dona dan Kres
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini terdapat kue ulang tahun. Nenek sendiri yang menginginkan semua itu. Padahal biasanya dia selalu menolak jika anak-anaknya hendak menyiapkan untuknya.Selain itu juga akan diadakan pesta kecil-kecilan, beberapa kerabat dekat serta sanak keluarga diundang dalam acara ini, yang akan digelar jam 5 sore nanti. Pada momen inilah Sella berniat mempermalukan Aldo di depan semua keluarga Dyta. Hatinya begitu busuk.Namun sebelum jam 5 pun para tamu satu per satu mulai berdatangan, seperti tetangga, maupun sanak keluarga yang sudah senggang, mereka datang lebih cepat, mungkin ingin ngobrol lebih lama. Untung keributan telah berakhir.Tanti mengajak mereka bercengkrama di ruang tengah. Rumah peninggalan sang suami lumayan besar, walau tampak tua tapi sangat rapi dan cukup elegan. Keluarga ini pernah berjaya pada masanya.Jalu saja yang tidak bisa mewarisi usaha keluarga itu, sehingga perlahan bangkrut setelah san
“Dia beneran lagi ngomong sama aku, ya? Dasar tidak tau malu!”“Setelah semua yang mereka lakukan … masih punya muka dia dengan santainya bicara sama aku?”“Manusia munafik!”Lamunan Aldo baru membuyar setelah Dirly tiba-tiba memanggil namanya.“Maaf, aku keberatan mulut busukmu itu menyebut namaku!” hardiknya reflek.Suasana jadi sedikit tegang saat ini, tapi bukan berarti Dirly tak melanjutkan usahanya untuk mendekati Aldo. Sesungguhnya sudah lama dia menantikan moment seperti ini. Berduaan dengan sahabatnya yang kini menjadi musuhnya, dan berbicara 4 mata dengannya.“Aku tau kamu pasti membenciku setelah kejadian waktu itu,” tenang ia menanggapi kemarahan Aldo.“Jelas! Bukan hanya benci, tapi aku pasti membalas kalian semua satu per satu!” kecam Aldo.“Lakukan saja, Do … kalau semua itu bisa membuatmu puas, lakukan. Aku udah menyiapka
Semua orang agak kaget melihat tingkah Sella yang tidak terpuji itu, termasuk Tanti. Namun dia tidak mencegah Sella membuka kado tersebut. Dyta yang bagai cacing kena abu, dia tak akan membiarkan perempuan itu merobek bingkisan dari Aldo begitu saja.“Kamu apa-apaan sih, Sel … itu kado buat nenek, bukan buat kamu. Kok jadi kamu yang buka? Siniin!” sergah Dyta berusaha menjangkau bingkisan di tangan Sella, tapi dia tidak dapat karena Sella menghindar cepat.“Bilang aja Kak Dyta malu ya kan, Kak Aldo pasti cumen ngasih kado murahan!”“Kamu bener-bener ya! Siniin!”Dyta baru hendak merebut lagi hadiah dari tangan Sella, kali ini Aldo mencegah. Jujur saja hal ini membuatnya sedikit tidak nyaman.“Denger ya, Sel … aku bukan malu, mau Aldo ngasih
Sella nampak mengerutkan dahi, sambil berjongkok meraih benda yang terjatuh itu. Setelah melihat jelas benda yang kini telah dipungut Sella, semua orang saling menoleh satu sama lain. Mereka lebih kepada terperangah. Sella juga, cumen dia tidak menampakkan keterkejutannya.“Ini punya siapa? Kali aja ada yang merasa kejatuhan,” selidik Sella sambil mengangkat setinggi kepala benda di tangannya.Padahal dia tahu persis benda kecil itu terjatuh dari saku setelan pakaian tidur di tangannya, tapi dia tidak ingin mempercayainya. Lagipula sangat tidak masuk akal. Si kecil berharga itu terjatuh dari saku pakaian murahan bingkisan dari Aldo, mana mungkin?Lagian, apa maksudnya coba?Sekian detik menunggu sembari mengedarkan pandangannya, tidak satupun orang yang menjawab, ia lalu beralih pada Dirly.“Sayang, punya kamu bukan?” tanyanya.“Bukanlah …,” jawab Dirly lantang. Sekalipun tak merasa miliknya, tanganny
Semua orang bisa melihat kejujuran di mata Aldo, ternyata tidak dengan Jalu. Apakah demikian? Sebenarnya tidak juga. Jalu bisa melihat kejujuran itu, hanya saja … begitulah … Mana mungkin Jalu percaya begitu saja pada ucapan Aldo. Dia akan berusaha mencari cela untuk menjatuhkan Aldo. Barangkali dugaannya memang benar, begitu pikirnya. "Ehm … bisa jadi!" timpal Sella menyetujui sembari menjentikkan jari. Lagi-lagi terlihat jelas kekompakan ayah dan anak itu. "Ya ampun! Tadi baju tidur murahan, sekarang mobil mainan, parah banget sih, Dyt … pacarmu ini!" sela tetangga Tanti yang tadi ikut mencampuri. Satu lagi penambahan personil mereka yang begitu suka mengurus urusan orang lain. Dyta sampai terpikir, kalau perempuan itu dijodohkan pada Paman Jalu yang saat ini menduda setelah ditinggal pergi istrinya 3 tahun lalu kayaknya cocok banget! Entah apa jadinya keluarga mereka nanti. Membayangkan hal itu membuat Dyta merinding sedap. "L
“Kok bisa, si gembel beliin nenek mobil sekeren ini? Gilak … ini kan mobil impian aku!” Sella ikut bergumam.Si Dahlia, tetangganya nenek yang mulutnya teramat judes itu juga terbelalak, mulutnya sampai menganga. Hampir saja seekor nyamuk memasuki mulutnya itu.Aldo merasa puas sekali melihat ekspresi mereka, sayangnya Dirly tidak memperlihatkan wajah kesal. Justru mantan sahabatnya itu terlihat senang, apa artinya ini? Aldo tak mengerti, dan tak ingin mencoba untuk memahami sedikitpun.Baginya Dirly seorang pengkhianat, sampai kapanpun ia akan menuntut pembalasan darinya. Buktinya sekarang pun sudah, hanya saja baru permulaan saja. Aldo sedang merencanakan sebuah kejutan besar bagi mereka semua.Intinya, Aldo akan membuat para pengkhianat itu merasakan apa yang pernah dia rasakan ketika mereka buat miskin dulunya.Eit, Sella belum menyerah ternyata, dia tiba-tiba bersuara cukup nyaring.“Heh, Gembel! Jangan-jangan k