Sella nampak mengerutkan dahi, sambil berjongkok meraih benda yang terjatuh itu. Setelah melihat jelas benda yang kini telah dipungut Sella, semua orang saling menoleh satu sama lain. Mereka lebih kepada terperangah. Sella juga, cumen dia tidak menampakkan keterkejutannya.
“Ini punya siapa? Kali aja ada yang merasa kejatuhan,” selidik Sella sambil mengangkat setinggi kepala benda di tangannya.
Padahal dia tahu persis benda kecil itu terjatuh dari saku setelan pakaian tidur di tangannya, tapi dia tidak ingin mempercayainya. Lagipula sangat tidak masuk akal. Si kecil berharga itu terjatuh dari saku pakaian murahan bingkisan dari Aldo, mana mungkin? Lagian, apa maksudnya coba?
Sekian detik menunggu sembari mengedarkan pandangannya, tidak satupun orang yang menjawab, ia lalu beralih pada Dirly.
“Sayang, punya kamu bukan?” tanyanya.
“Bukanlah …,” jawab Dirly lantang. Sekalipun tak merasa miliknya, tanganny
Semua orang bisa melihat kejujuran di mata Aldo, ternyata tidak dengan Jalu. Apakah demikian? Sebenarnya tidak juga. Jalu bisa melihat kejujuran itu, hanya saja … begitulah … Mana mungkin Jalu percaya begitu saja pada ucapan Aldo. Dia akan berusaha mencari cela untuk menjatuhkan Aldo. Barangkali dugaannya memang benar, begitu pikirnya. "Ehm … bisa jadi!" timpal Sella menyetujui sembari menjentikkan jari. Lagi-lagi terlihat jelas kekompakan ayah dan anak itu. "Ya ampun! Tadi baju tidur murahan, sekarang mobil mainan, parah banget sih, Dyt … pacarmu ini!" sela tetangga Tanti yang tadi ikut mencampuri. Satu lagi penambahan personil mereka yang begitu suka mengurus urusan orang lain. Dyta sampai terpikir, kalau perempuan itu dijodohkan pada Paman Jalu yang saat ini menduda setelah ditinggal pergi istrinya 3 tahun lalu kayaknya cocok banget! Entah apa jadinya keluarga mereka nanti. Membayangkan hal itu membuat Dyta merinding sedap. "L
“Kok bisa, si gembel beliin nenek mobil sekeren ini? Gilak … ini kan mobil impian aku!” Sella ikut bergumam.Si Dahlia, tetangganya nenek yang mulutnya teramat judes itu juga terbelalak, mulutnya sampai menganga. Hampir saja seekor nyamuk memasuki mulutnya itu.Aldo merasa puas sekali melihat ekspresi mereka, sayangnya Dirly tidak memperlihatkan wajah kesal. Justru mantan sahabatnya itu terlihat senang, apa artinya ini? Aldo tak mengerti, dan tak ingin mencoba untuk memahami sedikitpun.Baginya Dirly seorang pengkhianat, sampai kapanpun ia akan menuntut pembalasan darinya. Buktinya sekarang pun sudah, hanya saja baru permulaan saja. Aldo sedang merencanakan sebuah kejutan besar bagi mereka semua.Intinya, Aldo akan membuat para pengkhianat itu merasakan apa yang pernah dia rasakan ketika mereka buat miskin dulunya.Eit, Sella belum menyerah ternyata, dia tiba-tiba bersuara cukup nyaring.“Heh, Gembel! Jangan-jangan k
Dimana ketika itu Recky sempat mengamuk di depan Dirly dan Robert, segala macam benda beterbangan di depan mereka. Kursi, kumpulan kertas di atas meja, dan beberapa alat kantor lainnya juga tak luput saat meja yang menjadi penghuni benda-benda itu dibalik oleh Recky.“Bukan Morgan yang membuat aku bangkrut, tapi Aldo! Paham kalian?!” Begitu katanya.Ketika ditanyakan lebih jelas oleh Robert, pria itu sudah terlanjur emosi dan menutup topik tersebut.“Gue muak! Gue pengen tenang.”Begitulah Recky justru pergi dari rumah meninggalkan Dirly dan Robert di rumahnya. Hingga hari ini, Dirly masih belum mengerti apa maksud Recky waktu itu.“Jadi inikah maksudnya? Tuan Morgan itu adalah Aldo?”Masuk akal sih, dia jadi teringat pada kejadian pertama kali pertemuan mereka setelah 5 tahun menghilang di Royal Morgan, bukankah Aldo naik panggung saat dipanggil MC?“Sejak awal aku udah ngira sih,” bati
“Jadi, apa perlu aku memecatmu sekarang biar kamu yakin kalau aku memang bos-mu?”Suasana terasa tegang di saat-saat seperti ini. Dyta mencoba membisikkan sesuatu di kuping Aldo, mungkin meminta Aldo mempertimbangkan keputusannya. Bagaimanapun Sella sepupunya, dia tetap tidak tega walau perempuan itu begitu jahat.Kalau dipikir-pikir memang rasanya tidak pantas sama sekali Dyta masih saja membelanya seperti ini setelah semua yang dilakukan Sella terhadap dia dan Aldo. Seharusnya Dyta memang tidak perlu lelah-lelah melakukan semua ini, sebab Sella manusia yang tidak tahu diuntung, lihat saja tanggapannya.Sella terlihat menaikkan alis, lalu berbahak singkat.“Kamu mau pecat aku? Lucu sekali … Ob mau pecat akunting, benar-benar nggak masuk akal!”Aldo sontak menatapnya tajam, ia malah membalas tatapan itu dengan berani.“Coba aja buktikan ucapanmu sekarang!” tantangnya.Deg!Dia benar-be
“Yaela … apa yang dia lakukan?”“Entah … nggak tau malu banget, ya.”“Ho oh … tadi julid, sekarang berlutut meminta ampun. Memalukan!”“Dia mana punya urat malu sih? Orang kalau tau malu nggak akan ngelakuin itu ….”“Bener banget, kalau aku jadi dia malah bakal nutup muka aku rapat-rapat, terus pergi dari sini secepat mungkin!”“Untung abi bukan ibunya … boga anak kayak ente mah bikin mamah jeung bapane isin,” sambung seorang wanita paruh baya yang lidahnya agak keseleo menggunakan bahasa khas daerah sana.Sella tak lagi memedulikan nyiyiran orang-orang banyak yang kini berbalik membully dia, sudah seperti karma sedang berlangsung saja. Dia hanya terus memohon pada Aldo.“Tolong jangan pecat aku, Kak Aldo. Aku mohon!”Sepertinya Sella lupa dengan ucapan Aldo tadi, supaya dia tidak mengemis dimasukkan lagi ke pe
Yup, Dirly mengenal dekat siapa Dimas, ia menyimpan banyak rahasia mengenai Dimas. Seandainya Aldo tahu tentang ini ….Bukan hanya Aldo dan Dirly, Dyta juga kaget Sella mengenal pria itu.“Kamu kenal Dimas? Kayaknya dekat banget kamu sama dia, kamu harus hati-hati loh, Sel … dia bukan pria baik-baik,” Nasehat Dona reflek. Lebih dari itu, dia dan Kresnata ikut terkejut pastinya saat mendengar Sella menyebut nama Dimas dengan begitu akrab.“Iya kenallah … memangnya hanya kalian yang bisa kenal sama orang kaya? Aku juga bisa keles,” nyinyir Sella sombong.“Apa yang kamu tau tentang dia? Dia itu berbahaya, tante harap kamu lebih berhati-hati,” pesan Dona sekali lagi. Dia benar-benar mencemaskan Sella.Namun tentunya Sella sama sekali tak mau mendengarkan petuah dari Dona, dia justru berpendapat lain.“Halah … paling Tante iri kan, Sella kenal sama orang kaya? Kak Dimas lebih k
Tak salah memang, Neneng dijuluki sebagai kembang desa, polesan make up yang cukup tebal tetap menjadikan dia semakin cantik seperti perempuan kota, walau agak norak dandanannya. Dyta mengakui kecantikan perempuan itu, tapi sebenarnya masih cantikan Dyta kok.Lalu kenapa Aldo sampai menatap terbengong perempuan itu? Ia hampir lupa ada Dyta di sampingnya. Patut jika Dyta marah besar, dan ingin sekali menonjok mukanya kuat-kuat.Sebenarnya bukan perihal tampang saja sih, jika dibandingkan dengan Dyta jelas Aldo juga bisa menilai, cantikan Dyta kemana-mana. Dandanan Dyta jauh lebih berkelas, natural dan elegan kayak artis-artis korea, menjadikan dia begitu menawan tanpa ada porsi make up yang terlalu berlebihan. Pokoknya Dyta begitu perfect.Maklum, Aldo pria normal … ini alasan yang paling tepat … selain make up, pakaian yang dikenakan Neneng juga cukup parah. Tubuhnya yang kurus berbalut pakaian kurang bahan!Neneng mengenakan rok hampir 2 je
Karena Dyta tidak menanggapi kalimatnya, Aldo pun kembali menambahkan, “Bukannya apa-apa, aku cumen nggak mau kita ribut disini, nanti nenekmu marah lagi.”“Oh … jadi kamu minta maaf karena takut sama nenek? Padahal sebenernya kamu nggak merasa bersalah, iya kan?”“Bu-bukan begitu juga … aku ….” Wajah Aldo nampak memelas. Tak terpikir sedikitpun olehnya Dyta akan salah paham sejauh ini.“Tuh kan, kamu nggak bisa jawab? Bilang aja memang iya.”Selesai sudah, Dyta malah semakin marah. Ini merupakan kali pertama Dyta ngambek seperti ini, Aldo jadi bingung harus berbuat apa.“Ternyata cewek kalau ngambek gini amat ya?” batinnya menggaruk-garuk kepala belakang yang tidak terasa gatal.Ini juga bisa dikatakan pertama kalinya ia berhadapan dengan perempuan yang sedang merajuk, mantan-mantannya yang lain tidak ada yang berani bersikap seperti ini terhadapnya, bertingkah