“Jadi, apa perlu aku memecatmu sekarang biar kamu yakin kalau aku memang bos-mu?”
Suasana terasa tegang di saat-saat seperti ini. Dyta mencoba membisikkan sesuatu di kuping Aldo, mungkin meminta Aldo mempertimbangkan keputusannya. Bagaimanapun Sella sepupunya, dia tetap tidak tega walau perempuan itu begitu jahat.
Kalau dipikir-pikir memang rasanya tidak pantas sama sekali Dyta masih saja membelanya seperti ini setelah semua yang dilakukan Sella terhadap dia dan Aldo. Seharusnya Dyta memang tidak perlu lelah-lelah melakukan semua ini, sebab Sella manusia yang tidak tahu diuntung, lihat saja tanggapannya.
Sella terlihat menaikkan alis, lalu berbahak singkat.
“Kamu mau pecat aku? Lucu sekali … Ob mau pecat akunting, benar-benar nggak masuk akal!”
Aldo sontak menatapnya tajam, ia malah membalas tatapan itu dengan berani.
“Coba aja buktikan ucapanmu sekarang!” tantangnya.
Deg!
Dia benar-be
“Yaela … apa yang dia lakukan?”“Entah … nggak tau malu banget, ya.”“Ho oh … tadi julid, sekarang berlutut meminta ampun. Memalukan!”“Dia mana punya urat malu sih? Orang kalau tau malu nggak akan ngelakuin itu ….”“Bener banget, kalau aku jadi dia malah bakal nutup muka aku rapat-rapat, terus pergi dari sini secepat mungkin!”“Untung abi bukan ibunya … boga anak kayak ente mah bikin mamah jeung bapane isin,” sambung seorang wanita paruh baya yang lidahnya agak keseleo menggunakan bahasa khas daerah sana.Sella tak lagi memedulikan nyiyiran orang-orang banyak yang kini berbalik membully dia, sudah seperti karma sedang berlangsung saja. Dia hanya terus memohon pada Aldo.“Tolong jangan pecat aku, Kak Aldo. Aku mohon!”Sepertinya Sella lupa dengan ucapan Aldo tadi, supaya dia tidak mengemis dimasukkan lagi ke pe
Yup, Dirly mengenal dekat siapa Dimas, ia menyimpan banyak rahasia mengenai Dimas. Seandainya Aldo tahu tentang ini ….Bukan hanya Aldo dan Dirly, Dyta juga kaget Sella mengenal pria itu.“Kamu kenal Dimas? Kayaknya dekat banget kamu sama dia, kamu harus hati-hati loh, Sel … dia bukan pria baik-baik,” Nasehat Dona reflek. Lebih dari itu, dia dan Kresnata ikut terkejut pastinya saat mendengar Sella menyebut nama Dimas dengan begitu akrab.“Iya kenallah … memangnya hanya kalian yang bisa kenal sama orang kaya? Aku juga bisa keles,” nyinyir Sella sombong.“Apa yang kamu tau tentang dia? Dia itu berbahaya, tante harap kamu lebih berhati-hati,” pesan Dona sekali lagi. Dia benar-benar mencemaskan Sella.Namun tentunya Sella sama sekali tak mau mendengarkan petuah dari Dona, dia justru berpendapat lain.“Halah … paling Tante iri kan, Sella kenal sama orang kaya? Kak Dimas lebih k
Tak salah memang, Neneng dijuluki sebagai kembang desa, polesan make up yang cukup tebal tetap menjadikan dia semakin cantik seperti perempuan kota, walau agak norak dandanannya. Dyta mengakui kecantikan perempuan itu, tapi sebenarnya masih cantikan Dyta kok.Lalu kenapa Aldo sampai menatap terbengong perempuan itu? Ia hampir lupa ada Dyta di sampingnya. Patut jika Dyta marah besar, dan ingin sekali menonjok mukanya kuat-kuat.Sebenarnya bukan perihal tampang saja sih, jika dibandingkan dengan Dyta jelas Aldo juga bisa menilai, cantikan Dyta kemana-mana. Dandanan Dyta jauh lebih berkelas, natural dan elegan kayak artis-artis korea, menjadikan dia begitu menawan tanpa ada porsi make up yang terlalu berlebihan. Pokoknya Dyta begitu perfect.Maklum, Aldo pria normal … ini alasan yang paling tepat … selain make up, pakaian yang dikenakan Neneng juga cukup parah. Tubuhnya yang kurus berbalut pakaian kurang bahan!Neneng mengenakan rok hampir 2 je
Karena Dyta tidak menanggapi kalimatnya, Aldo pun kembali menambahkan, “Bukannya apa-apa, aku cumen nggak mau kita ribut disini, nanti nenekmu marah lagi.”“Oh … jadi kamu minta maaf karena takut sama nenek? Padahal sebenernya kamu nggak merasa bersalah, iya kan?”“Bu-bukan begitu juga … aku ….” Wajah Aldo nampak memelas. Tak terpikir sedikitpun olehnya Dyta akan salah paham sejauh ini.“Tuh kan, kamu nggak bisa jawab? Bilang aja memang iya.”Selesai sudah, Dyta malah semakin marah. Ini merupakan kali pertama Dyta ngambek seperti ini, Aldo jadi bingung harus berbuat apa.“Ternyata cewek kalau ngambek gini amat ya?” batinnya menggaruk-garuk kepala belakang yang tidak terasa gatal.Ini juga bisa dikatakan pertama kalinya ia berhadapan dengan perempuan yang sedang merajuk, mantan-mantannya yang lain tidak ada yang berani bersikap seperti ini terhadapnya, bertingkah
“OK! Aku mau lihat kamu seberani apa!”Wow! Aldo tak menyangka, ternyata Dyta malah menantangnya seperti ini, membuatnya terbelalak.Ia memperhatikan Dyta memutar lagi kepalanya cepat membelakanginya, lalu mulai menggerakkan kakinya. Rasanya napas Aldo agak tersendat-sendat menahan diri agar tidak terbawa emosi. Pada detik yang sama ia juga terpikir perlu memberi Dyta pelajaran.“He … Dia pikir aku beneran nggak berani melakukannya?”Dengan sigap Aldo meraih tangan Dyta cukup kuat hingga tubuh Dyta berputar dan terjatuh kedalam pelukannya. Posisi mereka begitu dekat sekarang, sangat intim. Saking tak berjarak, mereka bisa merasakan hangatnya hembusan napas masing-masing. Pandangan mereka juga saling bertemu. Pada posisi seperti ini, Aldo berhasil membuat jantung Dyta berpacu cepat sekali.Kejadian tersebut ternyata sangat menarik perhatian, seisi ruangan kini menoleh ke arah mereka. Menyadari hal itu, wajah Dyta sonta
Dona serta Kresnata tiba-tiba muncul. Kedua orang tua itu tadinya berada di sisi lain, belum mengetahui kejadian tersebut, alangkah terkesiapnya mereka saat menyaksikan kejadian yang dipertontonkan Dyta dan Aldo.“Anak muda jaman sekarang bikin geleng-geleng,” komen Dona menyentuh mulutnya. Kalau Kresnata hanya diam saja sambil merangkul istrinya.Apalagi sesaat kemudian, Tanti juga ikut hadir di hadapan mereka, dia tak kalah terkesiap melihat pemandangan yang tersaji.“Apa yang kalian lakukan?” ucap Tanti khas akan rasa kaget.Untung perempuan renta tersebut tidak pingsan melihat kelakuan Aldo dan Dyta yang kurang terpandang ini. Sebenarnya Aldo belum berhasil menempelkan bibirnya pada bibir Dyta, tapi sudah cukup dekat dan tentu semua orang bisa menebak dengan benar apa yang akan dilakukan pasangan itu.Mendengar suara nenek dan kedua orang tua Dyta, tentu saja Aldo ikut terkejut dan langsung membatalkan niatnya melahap bi
Pesta ulang tahun sang nenek bisa dikatakan berjalan dengan baik walau sempat terjadi beberapa kekacauan. Para tamu mulai berpamitan sejak jam 19.30an, hingga pukul 20.00 rumah nenek hampir kosong hanya menyisakan beberapa kerabat terdekat saja.Salah satunya seorang pria berusia sekitar 40 tahunan di depan sana, sedari awal Aldo sudah memperhatikan pria itu yang datang agak terlambat, tepatnya sehabis tragedi memalukan tadi, hanya saja belum sempat menanyakannya pada Dyta. Ia seperti mengenalnya, bukan seperti lagi sih, tapi yakin.“Dyt, itu bukannya Pak Ivan ya?” tanya Aldo akhirnya.“Mana?” Dyta ikut menoleh ke arah sofa bed tempat pria tersebut duduk.Disana terdapat 2 orang pria, juga ada Tanti yang menemani mereka ngobrol. Terlihat asyik sekali, senyuman merekah di wajah mereka semua. Baru kali ini Aldo melihat sang nenek tertawa selepas itu sejak pertama menginjakkan kaki di rumah itu.“Oh, yang pakai baju putih
“Iya ampun, jadi bener?” sambut Ivan antusias. Pada detik itu juga dia langsung beranjak dari posisi duduknya dan menyalami Aldo penuh semangat.Pemandangan seperti ini jelas membuat bingung semua orang yang berada di sana. Mau itu Tanti, ataupun Dyta. Temannya Ivan juga, tapi karena dia sendiri tidak mengenal Aldo dia tidak terlalu memikirkan hal itu.“Loh, jadi kalian saling kenal? Kok bisa sih?”Dyta yang bertanya. Saking bingungnya, Tanti bahkan tak dapat melontarkan pertanyaan tersebut. Sekarang pun ia masih termangu sembari menanti jawaban Aldo atas pertanyaan Dyta yang tak langsung dijawab. Malah Dyta yang kembali bersuara.“Asem! Kamu juga nggak bilang-bilang tadi,” protes Dyta sambil memukul bahu Aldo merasa tertipu.“Kamu kan udah tau aku kenal Pak Ivan,” protes Aldo balik.“Iya, tapi kamu nggak bilang kalian sedekat ini! Dasar!”Aldo bergegas menghindar ketika Dyta
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak