Pria lemah itu, ternyata seorang pimpinan dunia bawah tanah >>> Bintang Morales kembali dari kematiannya, setelah lima belas tahun menghilang. Dia kembali untuk membalaskan dendam kematian orangtuanya. Menerima tawaran menjadi pimpinan Fierce Spider yang kejam. Hanya untuk menemukan informasi pelaku pembunuh orangtuanya. "Siapa pimpinan baru Fierce Spider? Aku ingin membayar mahal untuk menghancurkan hidup Bintang Morales, sama seperti dia membunuh mental sekaligus keuangan Damian Marley! Benar-benar amazing." 'Bagaimana mungkin? Orang yang ingin dihancurkan dan dikagumi Ekaputra adalah orang yang sama Bintang Morales!' batin Rivaldo gemetar. Bintang juga terjebak ke dalam pernikahan dengan gadis manja dan ceroboh, parahnya usia gadis itu baru 17 tahun. Tanpa Bintang sadari, Fierce Spider, keluarga Lee istrinya, semuanya saling terhubung.
Lihat lebih banyakSLEP!!! SLEP!!! SLEP!!!
Auw ….Jeritan memiluhkan terdengar, ketika pisau badik menancap berulang kali di tubuh pasangan suami istri yang kini tidak berdaya. Darah segar mengalir menghiasi kamar hotel 212.Bintang Morales mengintip dari balik cela kecil. Tangan kanannya membungkam mulut sang adik yang masih berusia lima tahun.Sedangkan kedua kaki Bintang saling menyilang rapi, agar adiknya tidak bisa bergerak. Dia hanya memastikan adiknya bisa bernafas.“Apa kamu yakin kedua anak Morales sudah meninggal?” tanya seorang lelaki tampan, usianya sekitar tigapuluh tahun.“Sudah, Bos.”Lelaki tampan itu menatap sosok yang berdiri didepannya dan bertanya, “Seyakin itukah, kamu? Apa kamu pikir keluarga Morales bisa dihancurkan dengan mudah? Tidak, brengsek!”“Keluarga Morales hanya memiliki dua orang anak, kalau bukan anak keluarga Morales yang meninggal, terus siapa? Bukankah sudah jelas korban kebakaran itu menelan sepuluh korban jiwa? Korban yang termuda berusia sekitar lima tahun, sedangkan kedua termuda berusia sekitar Sepuluh tahun!”Untuk memastikan kematian pasutri itu, lelaki tampan kembali menembak.DOR!!! DOR!!! DOR!!!Bintang langsung saja menutup kedua mata adiknya dengan menggunakan telapak tangannya.Tidak ada sebutir airmata pun yang keluar dari pelupuk mata Bintang, dia diam membisu, hatinya seperti ikut mati bersama orangtuanya.Kedua lelaki itu melemparkan pistol dan pisau badik ke samping jenazah. Mereka seakan tidak pernah takut dengan yang namanya hukum.Begitu kedua pembunuh itu pergi, sesosok laki-laki masuk ke dalam kamar hotel 212, “Bintang keluarlah! Aku tahu, kamu dan adikmu bersembunyi dibalik plafon!”Bintang terkejut mendengar suara lelaki itu. Namun, dia tetap diam.“Keluarlah, Bintang! Aku tahu betul ayah dan ibumu membuka plafon disudut kanan agar kamu dan adikmu bisa bersembunyi di sana! Keluarlah, aku akan merawat kalian berdua, sampai kalian benar-benar siap membalaskan dendam atas kematian orangtuamu!”Bintang tidak punya pilihan, berlahan dia membuka cela dan mendorong plafon itu.Dengan bantuan lelaki itu, Bintang dan Mentari turun dari tempat persembunyiannya.Melihat orangtuanya bersimbah darah, Mentari menangis sesunggukan, dia mengoncang tubuh pasutri itu dan berteriak, “papi, mami, bangun! Kenapa diam saja?! Apa mami dan papi bermain tembak-tembakkan lagi? Tapi kenapa mami dan papi tidak bangun seperti biasa?”Mendengar teriakan sang adik, hati sang kakak seperti ikut tertusuk pisau badik, hingga mengeluarkan darah yang tak terlihat. Namun, rasanya menembus sampai ke tulang-tulang, bahkan organ tubuh yang lainnya.Disaat mereka akan meninggalkan kamar hotel 212, tiba-tiba ….DOR!!! DOR!!! DOR!!!Bintang langsung menarik Mentari, kemudian mengunci pintu kamar hotel.“Om bangun! Bangun!” Bintang menepuk kedua pipi lelaki yang juga ikut tertembak dengan orang yang tidak dikenal.“Keluar dari sini, cepat! Jangan pedulikan, om!”“Tapi, Om!” bisik Bintang ragu.“Jangan biarkan pengorbanan orangtuamu sia-sia. Pergi dan bawa adikmu keluar dari sini! Om yakin, kamu pasti bisa,” bisik lelaki itu pelan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.“Adik, lihat kakak!” kata Bintang menatap mata Mentari tanpa berkedip, “Mami dan Papi berpesan, kita keluar dari sini dan bertemu mereka diluar. Kita main lagi, ya? Tapi kali ini berbeda, kamu yang ikutin perintah kakak. Mengerti?”Mentari hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.Bintang membantu Mentari menaiki lemari, dan masuk ke dalam cela yang dibuat oleh orangtuanya.Setelah memastikan plafon sudah tertutup kembali dengan rapi, Bintang memberi isyarat kepada sang adik untuk mengikuti dibelakangnya.‘Aku harus bisa membawa adikku keluar dari hotel ini hidup-hidup, tapi bagaimana caranya? Pasti penjahat itu sudah mengepung tempat ini!’ batin Bintang, bingung.Setelah berpikir matang-matang, Bintang sadar satu-satunya jalan untuknya dan sang adik keluar hanya melalui terowongan kecil yang merupakan jalur kabel listrik.Biasanya terowongan itu digunakan untuk memeriksa listrik hotel secara rutin. Untuk lewat terowongan itu, maka Bintang dan Mentari harus merangkak secara bergiliran.Walaupun dia tahu itu sangat berbahaya, tapi tidak ada pilihan lain. Bagi Bintang sudah kepalang tanggung, kalaupun mereka hanya diam di sana sudah pasti penjahat itu akan menemukan dan menghabisi mereka.Bintang menatap mata sang adik dan berkata, “Jika ingin bertemu papi dan mami diluar, Mentari harus ikuti semua perintah kakak. Biar kita berdua menang, bukan mami dan papi, ya? Mentari mau kan kalau kita menang?”Kembali gadis cilik itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.“Bagus, sekarang ikuti kakak. Ingat jangan menyentuh apapun tanpa perintah kakak.”“Siap, kakak bos.”Jawaban Mentari membuat nafas Bintang terasa sesak, hatinya sakit. Namun, dia harus bisa menyelamatkan adiknya.Berlahan namun pasti, Bintang mulai merayap diikuti oleh sang adik, tepat dibelakangnya. Sesekali Bintang memanggil nama sang adik dan mengingatkan agar jangan menyentuh apapun.Bintang dapat bernafas lega ketika sampai dibagian ujung. Namun, kembali dia menatap sekelilingnya dan jemari tangannya membuka dan menutup.“Kakak kenapa? Kok main hitung-hitungan jari? Apa sekolah kakak, sama kayak sekolahku ya? Belajar hitung-hitung pakai jari?” tanya Mentari dengan polosnya.Bintang hanya mengacak rambut sang adik dan tersenyum, “Kakak lagi menghitung, bagaimana agar kita keluar dari sini dengan aman.”Kening Mentari penuh kerutan-kerutan, dia bingung dengan jawaban sang kakak. Namun, keinginannya lebih kuat untuk memenangkan pertandingan dari mami dan papinya lebih besar, sehingga dia memilih diam dan mendengarkan setiap perkataan sang kakak.Ya! Mentari pikir itu hanyalah sebuah permainan.“Dik, pada hitungan ketiga, kita turun lewat tiang ini. Kamu masih ingat kan, saat kakak ngajarin cara nurunin tiang hingga mendarat dengan aman? Tapi kali ini dibawah tidak ada matras seperti biasa. Jadi harus hati-hati, jangan sampai kakinya patah.” Kata Bintang sambil memotong kabel disampingnya dengan menggunakan gunting yang sejak awal dibawanya.“Iya, kak. Lho kabel itu untuk apa, kak?” tanya Mentari bingung melihat sang kakak menjatuhkan kabel hingga setengah tiang. “Kamu turun duluan, Dik.”Mentari tidak menjawab, dia langsung memeluk tiang dengan erat dan menyilangkan kakinya kemudian meluncur turun. Bintang dapat bernafas lega ketika melihat sang adik dapat mendarat dengan selamat.Bintang melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan Mentari. Namun, Bintang berhenti tepat di ujung kabel dan membatin, ‘Maaf, aku harus melakukan ini. Suatu saat aku akan kembali dan mengganti semua kerugian hotel. Aku yakin, penghuni hotel akan segera keluar.’Berlahan Bintang menyalahkan korek api dan meluncur dengan cepat, kemudian menarik pergelangan tangan sang adik dan berlari keluar dari ruangan itu menuju kamar mandi.Bintang langsung saja menguyur Mentari dengan air, begitupun dengan badannya.Kembali Bintang menarik pergelangan tangan Mentari dan keluar lewat sisi kiri. Bintang menutup telinga Mentari dengan erat.BOM!!! BOM!!! BOM!!!BRANG!!! PRANG!!!Bunyi ledakan disertai api langsung menarik perhatian warga. Namun, bukannya menelepon pemadam kebakaran atau membantu memadamkannya, mereka justru sibuk dengan merekam adegan kebakaran mendadak itu.“Kak, mainnya kok serem, kenapa pakai api segala?”Bintang hanya diam, namun dia tahu persis kebakaran itu tidak akan membuat seisi hotel ikut terbakar.Lima belas menit sebelum kebakaran terjadi, Bintang sudah menelepon pihak pemadam kebakaran. Disamping itu, Bintang memotong arus listrik yang menghubungkan seluruh lantai."Maaf, kalau guru muncul terlambat." "Bagaimana guru tahu keberadaan kami?" tanya Mentari bingung. "Sebenarnya guru tidak akan pernah tahu keberadaan kalian. Hanya saja pas kemarin di bandara, kakek mendengar bisikan-bisik anak buah pria ini yang berencana menyerang kalian. Jadi kakek terpaksa mengikuti mereka diam-diam. Alhasil ketemu di sini deh,'" ujar sang kakek tersenyum. "Aku akan membunuh kalian semua. Tanpa terkecuali!" teriak Ekaputra murka. Dia langsung saja mengatur posisi. Bintang dapat menebak, kalau sekarang Ekaputra menggunakan tenaga anginnya secara penuh. "Semuanya minggir!" teriak Bintang memperingatkan. Dirty langsung saja menarik rekan lainnya ke pinggir. Dia tahu inilah pertarungan yang sebenarnya. Tubuh Ekaputra kini dikelilingi angin kencang. Hal yang sama juga terjadi pada Bintang. "Sepertinya mereka sama-sama menggunakan tenaga angin," ujar Kumbara khawatir. Kumbara memilih ikut serta dengan alasan, jika terjadi sesuatu maka dia bisa Langsung mengadak
Dibawah ancaman Eka, Kumbara mempercepat proses penyembuhannya. Dia tidak mau melakukan kesalahan yang sama, hingga membuat cucu kesayangannya kembali berada dalam bahaya. Bintang, aku yakin kau akan sembuh lebih cepat dari perkiraan ku. Sama cepatnya kau mengeluarkan racun dari dalam tubuhmu. Apa yang di yakini Kumbara memang tak salah, karena pada kenyataannya hanya butuh beberapa hari saja bagi Bintang untuk mengembalikan kondisinya seperti semula. --- Waktu terus berlalu. Kalau Ekaputra sembuh dibawah pengawasan Kumbara, berbanding terbalik dengan Dirty dan kawan-kawan. Mereka sembuh dibawah pengawasan Bintang. "Apa kakak sudah gila, ha? Kenapa kakak menyembunyikan kondisi kakak dariku dan istrimu sendiri? Aku hanya punya kakak, aku tak punya siapa-siapa lagi, Kak. Kenapa kau lakukan ini padaku?" tangis Mentari pecah ketika tiba di markas baru Fierce Spider dan melihat sang kakak. Bintang terkejut melihat kedatangan adik dan sang istri yang mendadak. "Dari mana ka
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen