Tidak! Dyta tak akan diam lagi sekarang, kali ini nenek sudah keterlaluan. Dia yang mengajak Aldo kesana, mana mungkin dia membiarkan neneknya menghina kekasihnya itu sedemikian rupa. Sekalipun Aldo mencegah dia tetap akan berbicara pada nenek. Namun, sebelum dia melakukannya, Aldo justru mendahuluinya.
“Aku bawa hadiah kok, Nek. Kecil aja sih tapi,” sahut Aldo dengan santainya.
Sella dan Tanti nampak menyunggingkan senyuman sinis sekaligus merendahkan pada sudut bibir mereka.
“Kecil, tapi mampu membuat kalian bisu!” batin Aldo.
Aldo sengaja tak ingin mengungkapkan secara langsung, biarlah mereka terkejut di keesokan harinya setelah melihat hadiah yang akan dia persiapkan ini.
Sebenarnya bukan lagi akan, dia memang sudah mempersiapkannya sedari awal. Sebelumnya dia takut hadiah tersebut terlalu berlebihan, tapi sepertinya justru akan sangat bermanfaat.
Sementara Dyta yang tidak tahu-menahu tentang Aldo membawa kado ha
Ingin sekali Dyta mengungkapkan kebenaran yang ada, mengenai identitas Aldo yang sesungguhnya untuk membungkam mulut neneknya itu.Yang membuat dia tertegun, Aldo justru tak terlihat terganggu dengan kalimat kasar yang sedari tadi dilontarkan sang nenek dan Sella. Dia hanya diam saja.Dyta pun bingung pastinya kalau bergerak satu langkah di depan, takut salah bertindak. Apalagi di sana ada Dirly, dia tidak mau mengacaukan rencana Aldo yang sedang dalam misi memberi pelajaran pada para pengkhianat itu. Sella juga belum mengetahui penyamaran Aldo.Terlebih sikap yang ditunjukkan Aldo sih, dia sangat tenang dan memperlihatkan kesabaran yang teramat, sejak tadi selalu Dyta yang terpancing. Sejujurnya, Aldo seperti ini cukup menyita perhatian Dyta.Jika dibandingkan dengan Aldo yang dulu, jauh sekali perbedaannya, sungguh membuat Dyta bingung akan perubahan tersebut. Namun, Dyta menyukainya, dia diam-diam merasa kagum pada Aldo.Sesaat, Tanti kembali be
Bagaimana Aldo tidak terkejut? Pasalnya Luxury Resort yang disebut Dyta memang miliknya, masih merupakan anak cabang dari hotel Diamond Luxury yang tersebar di beberapa kota besar kota Indonesia. Masalahnya, seharusnya Dyta belum mengetahui hal itu.“Kok Dyta tahu itu milikku? Siapa yang kasih tau?” batin Aldo penasaran. “Atau mungkin ini kerjaan Dave?” Yah, asistennya itu yang patut dicurigai sekarang ini.“Sialan kamu Dave! Apa maumu sebenarnya?” ekspresi Aldo berubah total, sangat dingin. Untung tidak ada yang menyadari walaupun semua orang sedang menatap dia dan Dyta bergantian.Padahal dia tidak tahu saja, sebenarnya Dyta asal bicara, begitu kebetulan. Sekarang Dyta sedang berdebar, merasa tidak damai. Dyta jarang berbual, hampir tidak pernah. Apalagi sama neneknya, baru kali ini dia lakukan.Orang yang tidak biasa berbohong pastinya sangat mudah ketahuan, dapat dikenali dari raut wajah mereka yang khas. Terlihat t
Semua orang sontak menoleh padanya. Termasuk pria paruh baya yang baru muncul itu. Dia masih berusaha menyimak apa yang terjadi saat itu dia belum sepenuhnya paham karena Tanti baru menjelaskan sedikit saja.Dyta seperti mendapatkan surprise sekarang, akhirnya Aldo mau bersuara membela dia juga. Walaupun villa itu bukan milik Aldo, tapi setidaknya kalau kekasihnya itu membongkar jati dirinya, mungkin orang-orang itu akan percaya bahwa dia memang pemilik Villa tersebut. Begitu juga baik, pikir Dyta.“Dasar tidak tau malu!” umpat Tanti berhasil membuyarkan lamunan Dyta. “Ternyata memang benar, Dyta menjadi pembohong karena belajar darimu, kan? Kau sungguh membawa pengaruh buruk bagi cucuku!”“Aldo bukan pembohong, Nek!” sambung Dyta.“Diam kamu, Dyta! Apa perlu nenek u ….”“Aku berkata benar, villa itu milikku!” tekan Aldo memotong kalimat Tanti.Wajah Aldo sangat serius, dan j
Kasturi Merah yang dulu pernah berada di atas puncak kejayaan, direbut dan dijual oleh Mega Murni 5 tahun silam, sekarang berhasil diambil alih kembali oleh Aldo. Setelah mendapatkannya, Aldo mengubah namanya menjadi Luxury yang kini dikelola oleh Diamond Luxury group.Satu per satu aset keluarga Eduard berhasil Aldo dapatkan lagi, dan mengembangkannya jauh lebih maju dari sebelumnya. Dia memang telah berjanji pada dirinya sendiri, ketika dia berhasil bangkit, dia harus merebut kembali milik keluarga mereka.Sampai saat ini, ada satu aset terpenting yang belum berhasil dia dapatkan, yakni rumah keluarga Eduard yang penuh dengan kenangan. Itu karena pemilik rumah tidak ingin menjual walaupun Aldo berkata akan membayar mahal.Tapi tentu saja Aldo tidak akan menyerah begitu saja, dia masih mengusahakan berbagai cara untuk mendapatkan rumah itu kembali walaupun hingga saat ini belum ada hasil yang diinginkan.“Cih! Mantan pemilik masih belagu!” Su
Pastinya Dirly bertambah tak nyaman dan tidak sanggup membalas tatapan Aldo, kepalanya itu sontak tertunduk. Hal ini jelas menarik perhatian seisi ruangan. “Kamu kenapa, Sayang? Kok kayak ketakakutan gitu?” kepo Sella heran. “Kamu masih bertanya? Semua ini gara-gara kamu!” rutuk Dirly dalam hati. Beruntung kondisi seperti ini tidak berlangsung lama. Seperti biasa, Dyta bergegas bertindak sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun Dyta tak ingin Aldo mengacau di rumah neneknya, dan meninggalkan kesan tak baik. “Sudahlah, Do … jangan buang-buang tenagamu buat ngurusin pengkhianat seperti dia,” lembut Dyta menyindir Dirly sembari diusap-usapnya punggung Aldo. Tetap saja kalimat Dyta justru membuat semua orang semakin bertanya-tanya. Namun sejenak ia beralih pada Sella. Dyta nampak menggigit sudut bibir bawah. Bukan hanya Sella, tapi dia melirik Sella dan Jalu bergantian. Ayah dan anak itu tidak pernah berubah di matanya. Masalahnya A
Kau mengancamku?" Jalu jelas tidak terima. Wajahnya yang sudah merah semakin memerah. "Kau pikir aku takut padamu?" Suaranya terdengar bergetar. "Lihat ini!"Dia bahkan mengubah niatnya, dia yang awalnya hendak menampar balik Dyta, kini justru mengepal telapak tangannya. Dengan kecepatan tinggi dia mengayunkan tinju menuju pipi Dyta, tanpa mengindahkan kecaman Aldo sedikitpun, membuat retina Aldo membulat besar.Suasana menjadi tegang, teriakan lolos dari mulut Tanti, masih untung dia tidak jantungan."Jalu! Kamu sudah gila!" sergah Tanti menambahkan setelah berteriak.Tentunya pria paruh baya itu tetap tidak menggubris, ia tak menghentikan gerakannya, memperlambat pun tidak. Sedikit lagi, tinjunya itu akan benar-benar menyentuh kulit Dyta, perempuan itu nampak memejamkan mata."Bangsat! Aku akan menghabisimu!"Aldo tak lagi hanya menghardik kali ini, dia telah berlari kencang hendak menahan pukulan Jalu, seharusnya dia tidak dapat, karena j
Untungnya Aldo tidak menghiraukan kalimat Sella, setidaknya mereka semua bisa sedikit lebih tenang, terutama Dyta. Dia sempat berdebar sebelumnya ketika Sella kembali berteriak, dia takut Aldo akan terpancing lagi.Justru sekarang ini bukan lagi Dyta yang menarik tangan Aldo pergi dari rumah sang nenek, tapi kebalikannya. Aldo yang menarik tangan Dyta cukup cepat, sehingga Dyta harus setengah berlari demi mengimbangi langkah Aldo.Kebisingan di dalam rumah nenek terdengar semakin samar ketika mereka berdua semakin menjauh. Kini bergantikan suara roda koper Dyta yang mendominasi telinga mereka. Sejenak saja, mereka sudah berada di luar rumah, dan sedang melangkah di jalanan.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku nggak bikin keributan di depan nenekmu,” sesal Aldo membuka pembicaraan tanpa berhenti melangkah.“Nggak kok, kamu nggak salah. Aku yang mulai, jadi … aku yang salah.”“Aku yang seharusnya minta maaf u
Sebenarnya Aldo diam-diam menghubungi Naila, manajer Luxury group agar mengirimkan mobil buat menjemput mereka. Ia sengaja tidak memberitahukan Dyta sebelumnya karena ini memberikan kejutan padanya. Sepertinya dia berhasil, Dyta benar-benar terkesiap dengan kehadiran mobil mewah di depannya. Ia menatap kendaraan tersebut terbengong.Selanjutnya seorang pria muda keluar dari kursi kemudi, dan menghampir Aldo. Dyta memperhatikan interaksi mereka secara seksama.“Selamat siang, Tuan!” sapa pria itu sembari membungkukkan badan. Tak lupa juga menyapa serta mengangguk sopan pada Dyta.“S-siang,” sahut Dyta agak gagap.“Maaf, membuat Tuan menunggu lama,” lanjut pria itu beralih pada Aldo.“Oh, nggak kok. Cepat malahan.”Tanpa diberi perintah, pria itu lalu menawarkan diri membawakan barang bawaan Aldo dan Dyta, memasukkannya ke dalam mobil. Setelahnya dia juga membukakan pintu bagi pasangan tersebut,
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak