Dari jakarta menuju bandung, Aldo memilih mengajak Dyta menggunakan jasa kereta api. Dia sengaja melakukan itu karena ingin merasakan suasana kendaraan panjang tersebut seperti apa. Sebab seumur hidupnya, dia belum pernah naik kereta.
Jadi yang dimaksudkan Aldo hampir terlambat adalah mengejar jam keberangkatan kereta api yang akan berangkat 20 menit.
Sedari kecil kalau mau bepergian ke Bandung pastinya Aldo dan keluarganya selalu menggunakan mobil pribadi. Atau ketika berkunjung ke tempat yang lebih jauh pastinya selalu mengandalkan jalur udara yang praktis dan cepat sampai.
Berawal dari Dyta yang menceritakan tentang masa kecil, pernah beberapa kali keluarga mereka sengaja memilih berkunjung ke rumah nenek dengan menggunakan jasa kereta api, untuk menghadirkan kesan yang berbeda. Dan ternyata sangat mengasyikkan.
"Aku jadi kangen masa-masa itu," ungkap Dyta terlihat sangat menginginkan masa kecilnya terulang kembali. Ekspresi Dyta mirip dengan seorang a
Ketika Aldo melontarkan kalimat tersebut, mereka telah tiba di stasiun. Aldo barusan memarkirkan kendaraannya. Mereka berdua masih berada di dalam mobil saat itu.Kalimat Aldo membuat wajah Dyta kembali bersemu. Ia agak kesal juga Aldo terus mengungkit kata kawin yang dikatakannya tadi, sekaligus menyesal pernah mengucapkan kata itu yang seperti menjebak dirinya sendiri.“Dasar mesum!” umpat Dyta sambil menempelkan boneka beruang di pelukannya pada wajah Aldo.“Tapi kamu suka, kan?” kekeh Aldo.“Suka banget, sampe pengen cubit!”Tak hanya bicara saja, Dyta benar-benar melakukannya. Ia mencubit perut Aldo yang membuat pria itu menjerit mesra. Serta tangan Aldo bekerja reflek menangkap tangan Dyta, lalu menariknya sehingga Dyta terjatih ke dalam pelukannya.Ekspresi keduanya sama-sama berubah serius sekarang, mereka saling menoleh dalam posisi wajah hampir tak berjarak, tubuh keduanya bahkan saling menempel.
Aldo benar-benar parah, dia masih saja mengingat kata itu. Dyta sampai terperangah mendengarnya. Dia sendiri telah melupakannya, tak disangka tidak dengan Aldo.“Kamu ya, dasar si bapak mesum!” gemes Dyta mendorong mesra bahu Aldo yang nyaris tak bergerak. Tubuhnya itu sangat kekar, tenaga Dyta sama sekali tak mampu mengusiknya.“Kamu yang memulai, ingatlah untuk bertanggung jawab,” goda Aldo semakin menjadi. Ia kini sedang mendekatkan wajahnya ke arah Dyta, perempuan itu agak syok.“Kamu ngapain?” sergahnya dengan suara sedikit mengeras, orang-orang di dalam kereta sampai melirik ke arah mereka.Dyta mengangguk canggung pada mereka semua, wajahnya sampai memerah, malu sekali dia. Parahnya Aldo tak terusik sedikitpun. Bahkan pria itu masih mau nyosor seperti tak peduli pada keadaan.“Ish, nggak tau malu banget sih kamu Om mesum!” omel Dyta dengan suara kecil sembari menjejalkan telapak tangannya pada
Bukan hanya Dyta dan Aldo yang terkejut, pria yang datang bersama Sella juga ikut kaget melihat mereka berdua. Namun ketiganya tidak ada yang bersuara.Sella juga tidak bicara apa-apa, dia justru merasa senang menemukan ekspresi keterkejutan pada wajah Dyta dan Aldo. Sella gagal paham, dia berpikir Aldo dan Dyta terkejut karena penampilan kekasihnya yang wah. Padahal saja sebenarnya Dyta, Aldo serta pacarnya itu saling mengenal satu sama lain.Suara nenek yang akhirnya memecahkan keheningan."Sella, kamu belum jawab nenek, dia siapa? Pacar kamu?" cecar perempuan renta itu.Tanti mengulang pertanyaannya antusias sambil menatap pria di samping Sella dengan tatapan kagum. Berbeda sekali cara dia memperlakukan Aldo dan pria itu."Bener banget, Nek … ini pacar aku, ganteng kan, Nek?" berkata sambil memperlihatkan senyuman sombong yang ditujukan pada Aldo dan Dyta, dia sedang memamerkan kekasihnya itu."Iya, ganteng. Kamu lebih pintar
Sesaat kemudian, Sella semakin bertingkah saja."Oh iya, Nek … aku bawa kado loh buat Nenek, kadonya besar!" lontarnya antusias sambil melirik sinis Aldo dan Dyta. Sekali lagi dia berniat pamer pastinya."Sungguh? Mana?" tanya Sang nenek tak kalah antusiasnya.Dari ekspresi Tanti, Aldo mulai memahami karakter si nenek ini, sejujurnya ada sedikit rasa kecewa yang mampir di benaknya.Awalnya Aldo pikir Tanti pasti nenek yang sangat baik, sebab Dyta selalu menceritakan hal-hal baik tentangnya. Ia tidak menyangka karakter Tanti ternyata seburuk ini.Namun apapun itu, lagipula Dyta juga seperti sangat menyayangi perempuan renta tersebut, Aldo pun tak ada niat untuk membalas perlakuan nenek dengan cara yang keji. Ia justru merasa perlu menghormati nenek bagaimanapun sikapnya, dan berpikir mungkin akan memberikan sebuah kejutan padanya keesokan pagi."Ada di mobil, Nek. Dirly yang belikan buat Nenek loh," terang Sella membanggakan kekasihnya
Tidak! Dyta tak akan diam lagi sekarang, kali ini nenek sudah keterlaluan. Dia yang mengajak Aldo kesana, mana mungkin dia membiarkan neneknya menghina kekasihnya itu sedemikian rupa. Sekalipun Aldo mencegah dia tetap akan berbicara pada nenek. Namun, sebelum dia melakukannya, Aldo justru mendahuluinya.“Aku bawa hadiah kok, Nek. Kecil aja sih tapi,” sahut Aldo dengan santainya.Sella dan Tanti nampak menyunggingkan senyuman sinis sekaligus merendahkan pada sudut bibir mereka.“Kecil, tapi mampu membuat kalian bisu!” batin Aldo.Aldo sengaja tak ingin mengungkapkan secara langsung, biarlah mereka terkejut di keesokan harinya setelah melihat hadiah yang akan dia persiapkan ini.Sebenarnya bukan lagi akan, dia memang sudah mempersiapkannya sedari awal. Sebelumnya dia takut hadiah tersebut terlalu berlebihan, tapi sepertinya justru akan sangat bermanfaat.Sementara Dyta yang tidak tahu-menahu tentang Aldo membawa kado ha
Ingin sekali Dyta mengungkapkan kebenaran yang ada, mengenai identitas Aldo yang sesungguhnya untuk membungkam mulut neneknya itu.Yang membuat dia tertegun, Aldo justru tak terlihat terganggu dengan kalimat kasar yang sedari tadi dilontarkan sang nenek dan Sella. Dia hanya diam saja.Dyta pun bingung pastinya kalau bergerak satu langkah di depan, takut salah bertindak. Apalagi di sana ada Dirly, dia tidak mau mengacaukan rencana Aldo yang sedang dalam misi memberi pelajaran pada para pengkhianat itu. Sella juga belum mengetahui penyamaran Aldo.Terlebih sikap yang ditunjukkan Aldo sih, dia sangat tenang dan memperlihatkan kesabaran yang teramat, sejak tadi selalu Dyta yang terpancing. Sejujurnya, Aldo seperti ini cukup menyita perhatian Dyta.Jika dibandingkan dengan Aldo yang dulu, jauh sekali perbedaannya, sungguh membuat Dyta bingung akan perubahan tersebut. Namun, Dyta menyukainya, dia diam-diam merasa kagum pada Aldo.Sesaat, Tanti kembali be
Bagaimana Aldo tidak terkejut? Pasalnya Luxury Resort yang disebut Dyta memang miliknya, masih merupakan anak cabang dari hotel Diamond Luxury yang tersebar di beberapa kota besar kota Indonesia. Masalahnya, seharusnya Dyta belum mengetahui hal itu.“Kok Dyta tahu itu milikku? Siapa yang kasih tau?” batin Aldo penasaran. “Atau mungkin ini kerjaan Dave?” Yah, asistennya itu yang patut dicurigai sekarang ini.“Sialan kamu Dave! Apa maumu sebenarnya?” ekspresi Aldo berubah total, sangat dingin. Untung tidak ada yang menyadari walaupun semua orang sedang menatap dia dan Dyta bergantian.Padahal dia tidak tahu saja, sebenarnya Dyta asal bicara, begitu kebetulan. Sekarang Dyta sedang berdebar, merasa tidak damai. Dyta jarang berbual, hampir tidak pernah. Apalagi sama neneknya, baru kali ini dia lakukan.Orang yang tidak biasa berbohong pastinya sangat mudah ketahuan, dapat dikenali dari raut wajah mereka yang khas. Terlihat t
Semua orang sontak menoleh padanya. Termasuk pria paruh baya yang baru muncul itu. Dia masih berusaha menyimak apa yang terjadi saat itu dia belum sepenuhnya paham karena Tanti baru menjelaskan sedikit saja.Dyta seperti mendapatkan surprise sekarang, akhirnya Aldo mau bersuara membela dia juga. Walaupun villa itu bukan milik Aldo, tapi setidaknya kalau kekasihnya itu membongkar jati dirinya, mungkin orang-orang itu akan percaya bahwa dia memang pemilik Villa tersebut. Begitu juga baik, pikir Dyta.“Dasar tidak tau malu!” umpat Tanti berhasil membuyarkan lamunan Dyta. “Ternyata memang benar, Dyta menjadi pembohong karena belajar darimu, kan? Kau sungguh membawa pengaruh buruk bagi cucuku!”“Aldo bukan pembohong, Nek!” sambung Dyta.“Diam kamu, Dyta! Apa perlu nenek u ….”“Aku berkata benar, villa itu milikku!” tekan Aldo memotong kalimat Tanti.Wajah Aldo sangat serius, dan j