Aldo dan Dyta duduk berhadapan dengan kedua orang tua Dyta di ruang tamu. Pasangan paruh baya itu duduk saling berdampingan, sedangkan Dyta serta Aldo duduk pada kursi yang berbeda.
"Bukannya mama udah bilangin kamu, Dyt … jangan berhubungan sama dia lagi," omel Dona Erisya.
"Tapi, Ma … alasannya apa Mama ngelarang aku bergaul sama Aldo?
"Masih kurang jelas yang dikatakan Dimas kemarin? Dia itu bukan pria baik-baik!"
"Ya ampun, Ma … mau berapa kali aku jelasin ke Mama? Dimas itu berbohong!"
"Lagian ya … Mama sama Papa itu aneh tau nggak, masa dengan mudahnya percaya sama Dimas yang jelas-jelas orang lain ketimbang sama anak sendiri!"
"Kau …."
"Memang kenyataannya begi …."
"Diam kamu, Dyta!" sergah Krisnata Willy.
Suasana menjadi hening seketika.
Aldo merasa tidak tega melihat Dyta diperlakukan seperti ini oleh papanya, ia menatap lirih Dyta yang sedang menunduk
Semua orang menatap Aldo tercengang. Jelas mereka sangat terkejut mendengar ucapan Aldo. Uang seratus miliar bukan sedikit, memangnya Aldo punya uang sebanyak itu?Dona dan Krisnata sampai memperhatikan Aldo atas bawah. Dari penampilannya, tentu saja Aldo terlihat biasa saja, mereka tidak percaya Aldo memiliki uang sebanyak itu.Yah … walaupun Aldo pernah memberikan sebuah kejutan besar pada mereka di bioskop beberapa waktu lalu, tetap saja itu bukan seberapa.Apalagi yang mereka tahu semua itu berkat Dave, bukan karena kekuasaan Aldo."Kamu serius mau melunasinya, Do? Uang darimana? Seratus miliar itu banyak banget," tanggap Dyta kemudian setelah terdiam beberapa detik.Bahkan Dyta saja meragukan kemampuan Aldo."Tentu, memangnya aku terlihat seperti sedang main-main?" tanggap Aldo santai saja.Sekali lagi Dyta terdiam, dan hanya bisa menatap Aldo sambil berkedip-kedip, tak dapat mempercayai semua ini."Dyta
“Halo, Dave … ada apa?”Dyta ikut tegang, ia juga teringat pada simbol warning yang muncul di website tadi. Ia menunggu percakapan Aldo dan Dave dalam kecemasan. Melihat ekspresi pasangan itu, Dona dan Krisnata mengerutkan dahi.“Oh … aku kira kamu mau ngomongin apa.”“Soal masalah yang di website apa sudah selesai?”Senyuman perlahan mengembang di wajah Aldo, sepertinya itu pertanda kabar gembira, Dyta agak lega melihatnya.“Aku udah tau kamu pasti dapat diandalkan. Makasih, Dave. Soal yang tadi kita bahas di kantor saja besok.”Mendengar kalimat positif di atas, Dyta pun bisa benar-benar bernapas lega sekarang.“Karena urusan sudah selesai, kamu boleh pulang, Dave” tutup Aldo kemudian.Ia lalu menatap Dyta, dan tersenyum padanya.“Udah beres ya yang tadi?” sosor Dyta.Aldo mengangguk, “Udah.”“Syukurlah
Semua orang menantikan jawaban Dyta, melihat Dyta yang terlihat ragu Aldo jadi merasa sedikit cemas. Ia takut perempuan kesayangannya ini akan menolaknya.Dona dan Krisnata merasakan hal yang sama, tapi mereka tidak mengatakan sepatah katapun, mereka sungguh menyerahkan semuanya pada Dyta saja. Mereka tak ingin mencecar walau sebenarnya berharap Dyta menerima Aldo. Sebab pasangan paruh baya ini telah melihat ketulusan Aldo.Pria mana yang mau mengeluarkan uang sebesar 100 miliar begitu saja pada seorang perempuan yang bahkan belum menjadi istrinya?!Sesungguh tidak sedang berbicara soal harta, bukan berarti Dona dan Krisnata orang yang matrealistis. Semua hanya berbicara perihal ketulusan.Sekian detik suasana menghening, suara Aldo memecahkan kesunyian.“Dyt, kalau kamu belum bisa menjawab sekarang, tidak apa-apa kok. Aku akan memberimu waktu.”“Bu-bukan begini juga … ak-aku … tapi …,” racau Dyta
“Sial, dia lagi!” gumam Recky yang membuat perempuan di sampingnya ikut melirik ke arah Aldo dan Dyta, menatap pasangan itu dengan tatapan tak suka.“Tuan Morgan terlalu baik padanya, selalu mengirim babu sialan itu buat gantiin dia,” maki Recky sambil menebak. Kali ini ia membatin.Yah, pasti Morgan yang mengirim Aldo mewakilinya menghadiri pesta, siapa lagi? Pikir Recky. Lagipula ini pesta ulang tahun seorang konglomerat sekelas walikota. Mana mungkin Aldo yang hanya seorang OB bisa mengenal orang sehebat ini.Recky saja termasuk beruntung. Tentu tidak mudah baginya mendapatkan undangan tersebut. Ia harus merogoh kocek yang cukup banyak untuk membeli tiket demi menghadiri pesta ini dari seorang tamu undangan yang menjual padanya.Recky dan Resti termasuk tamu ilegal yang otomatis membuat mereka harus diperiksa secara ketat oleh pengawal di depan ketika akan masuk tadi.Beberapa barang mereka harus ditahan oleh pengawal, se
“Mereka penyusupnya, Pak. Cepat usir mereka!”Suara Recky menyerbu kuping Aldo dan Dyta. Jika Dyta langsung menoleh, berbeda dengan Aldo yang tak peduli sama sekali. Ia terlihat santai saja, masih bisa meneguk anggur merah.Si satpam itu pastinya tidak gegabah mengambil keputusan, jujur saja ia meragukan ucapan Recky yang mengatakan ada penyusup di gedung ini mengingat pengawasan mereka sangat ketat di depan sana, tapi melihat penampilan Aldo dan Dyta si satpam ini agak heran juga karena sama sekali tak terlihat menyerupai para konglomerat lainnya.“Heh! Apa benar kata orang ini kalian penyusup? Coba tunjukkan tiket kalian!”Trak!Usai meletakkan gelas pada meja, Aldo baru menanggapi.“Maaf, kami tidak memiliki tiket.”Petugas itu jelas kaget mendengarnya, memang ada satu tamu spesial yang tidak memerlukan tiket untuk menghadiri pesta ini, dia tahu persis, tapi dia sama sekali tak berpikir Aldo oran
Si satpam pastinya reflek melepaskan genggamannya dari tangan Dyta. Ia sangat terkejut, ia benar-benar tidak menyangka kedua orang di hadapannya ini sungguh tamu spesial itu. Ia menatap Aldo dan Dyta bergantian dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Kemudian segera menunduk.“Tamu spesial?” Semua orang juga membicarakan hal ini. Bisik-bisik kasar semakin jelas terdengar.Selanjutnya mereka memperhatikan Alexander mendekati Aldo dan Dyta.“Anda tidak apa-apa, Nona?” tanya Alexander masih kental akan rasa panik menghiasi wajahnya.Dyta menggeleng lemah, “Saya baik-baik saja.”“Syukurlah.” Ia lalu beralih pada Aldo,Alexander, seorang pengusaha terkaya seasia, marah besar serta nampak sekhawatir ini melihat Dyta diperlakukan tak layak oleh pekerjanya … orang-orang mulai berpikir, sebenarnya siapa Aldo? Sehingga orang sekelas Alex begitu menghormatinya.Pastinya Recky tetap berpiki
“Aku mau kau tampar perempuan itu!” titah Aldo.Jika Resti terbelalak, Recky justru bernapas lega. Bodoamat dengan perempuan itu, mau ditelanjangi juga dia tidak akan peduli.Eit, tunggu dulu … padahal Aldo belum selesai bicara, dia sudah kesenangan sendiri.“Dan dia juga!” tunjuk Aldo pada Recky.Senyuman Recky lenyap seketika.“Hanya itu?” Sementara sang satpam nampak girang. Ia hanya perlu melakukan hal semudah ini untuk menyelamatkan kelima jarinya, juga tidak merugikan dia. Ia tentu langsung bergerak.Plak! Plak!Dengan mudah ia menyelesaikan tugasnya. Gerakannya yang terkesan tiba-tiba dan begitu cepat tidak mendapatkan perlawanan dalam bentuk apapun dari Resti serta Recky. Sebab mereka bahkan sedang melamun serta sibuk menatap Aldo.Perihnya tamparan tidak lebih sakit dari harga diri mereka yang terasa diinjak-injak di tempat umum, ditampar seorang satpam, yang benar saja. Merek
"Oh iya, Dave … ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu," ucap Aldo tiba-tiba.Saat ini Dave dan Aldo berada di ruang kerja Aldo di mansion."Soal apa, Tuan?""Ini—" Aldo mengeluarkan ponselnya. "Soal Dyta …."Ia teringat pada kejadian beberapa hari lalu."Kenapa dengan nona, Tuan?""Mengenai kontak Dyta, coba kamu lihat, kok bisa terblokir begini ya? Apa kamu yang melakukannya?"Deg!Wajah Dave memucat."M-maaf, saya tidak mengerti maksud Tuan. B-bukan saya, Tuan." Dia menjawab gagap."Benarkah?" Aldo mengerutkan kening melihat ekspresi Dave yang agak aneh."Benar, Tuan. Bukan saya. Oh iya … saya baru ingat masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan. Saya pergi dulu, Tuan. Permisi."Aldo tidak menjawab Dave, ia hanya menatap kepergian pria itu dengan penuh keheranan."Sepertinya ada yang disembunyikan," curiga Aldo.Kendati demikian ia tidak