"Oh iya, Dave … ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu," ucap Aldo tiba-tiba.
Saat ini Dave dan Aldo berada di ruang kerja Aldo di mansion.
"Soal apa, Tuan?"
"Ini—" Aldo mengeluarkan ponselnya. "Soal Dyta …."
Ia teringat pada kejadian beberapa hari lalu.
"Kenapa dengan nona, Tuan?"
"Mengenai kontak Dyta, coba kamu lihat, kok bisa terblokir begini ya? Apa kamu yang melakukannya?"
Deg!
Wajah Dave memucat.
"M-maaf, saya tidak mengerti maksud Tuan. B-bukan saya, Tuan." Dia menjawab gagap.
"Benarkah?" Aldo mengerutkan kening melihat ekspresi Dave yang agak aneh.
"Benar, Tuan. Bukan saya. Oh iya … saya baru ingat masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan. Saya pergi dulu, Tuan. Permisi."
Aldo tidak menjawab Dave, ia hanya menatap kepergian pria itu dengan penuh keheranan.
"Sepertinya ada yang disembunyikan," curiga Aldo.
Kendati demikian ia tidak
"Katakan, dimana bos kalian, aku harus bicara padanya!"Suara Recky terdengar begitu jelas di kuping Aldo. Sebab ia berbicara dengan nada tinggi. Sepertinya Recky marah besar, dia memang sangat murka. Bagaimana tidak? Perusahaannya direbut paksa oleh Aldo."Tuan, orang itu memaksa masuk," lapor Rio. Tatapannya sendiri tertuju pada Recky."Berikan telepon padanya," titah Aldo tersenyum sinis yang tentu saja tidak dapat dilihat olehnya."Baik, Tuan."Ini saatnya! Penuntutan pembalasan akan sebentar lagi terjadi. Aldo akan membiarkan identitasnya terbongkar sekarang di depan Recky, dia tidak menutupi apapun lagi pada detik ini.Telepon genggam di tangan Rio segera berpindah. Ketika ia baru akan menjulurkan tangannya hendak memberikan ponsel, Recky segera merampas benda persegi itu cepat. Kemudian menempelkannya pada kuping sebelah kiri."Anda bisa mendengarku? Apa maksud dari semua ini?" pelan Recky mengawali sembari menelan ludah
Setelah menyelesaikan urusan Recky, Aldo menuju kantor, ada satu hal lagi yang harus ia lakukan di sana. Tepat jam 1 siang, Aldo tiba di kantor. Ketika ia memasuki gedung, ia bertemu dengan Resti.Prok … prok … prok."Gembel, baru datang segini, wow!"Resti mengitari Aldo.Mengingat kejadian yang menimpa Recky tadi, ia sangat membenci Aldo. Yang dia tahu, Aldo yang menjadi dalang dari semua itu, membuat pacarnya harus kehilangan sebuah perusahaan.Demikian informasi yang berhasil dia dapatkan dari Recky sebelum pria itu benar-benar diseret keluar dari gedung oleh ketiga petugas keamanan. Resti sama sekali tidak tahu-menahu soal Morgan adalah Aldo. Sebab, Recky belum sempat memberitahukan dia.Karena alasan ini pula, membuatnya semakin kesal terhadap Aldo. Ia menatap Aldo dengan tatapan membunuh ketika mengitarinya, dan Aldo membiarkan itu terjadi, sebentar pria itu akan menuntut pembalasan terhadapnya. Ia membiarkan
Memikirkan itu membuat Resti merinding sedap, jika saja benar Aldo adalah Morgan, ia tidak bisa membayangkan lebih banyak. Soal apa yang harus dia lakukan, apa yang akan terjadi selanjutnya, hingga merasa tak sudi selama ini sudah turut mengembangkan perusahaan tersebut.“Ah, mungkin dia hanya menggertak aku. Dasar gembel tidak tau diri!”“Ini nggak bisa dibiarin. Makin hari makin melunjak aja. Aku harus segera singkirin dia dari perusahaan ini sebelum dia yang menyingkirkan aku lebih dulu.”“Iya … aku harus melakukan sesuatu. Aku akan temui Tuan Morgan gimanapun caranya!”“Sayang banget aku nggak rekam apa yang dia bicarakan tadi, kan bisa jadi bukti buat memjerat dia supaya Tuan Morgan mau pecat dia.Resti nampak memasang aja menyesal yang disertai dengan hembusan napas kasar, tapi dia juga tidak terlalu berlarut di dalam rasa penyesalan itu sendiri. Malahan yang mesti dilakukannya saat ini adalah
“Hahah … kamu ini ada-ada aja, Res. OK, aku serius Tuan Morgan nyari kamu. Katanya dia mau bertemu. Darimana aku tau? Barusan aku dipanggil ke ruangannya, terus dia memberiku perintah agar memanggilmu. Dia mau bertemu denganmu.”Kalimat Tere tentu begitu mengejutkan, Resti sampai memutar wajah menatap lekat wajah temannya itu ketika ia sedang berbicara. Tidak, ini sangat sulit dipercaya, rasanya Resti masih belum bisa mempercayainya.Masalahnya selama ini Morgan belum pernah menampakkan diri di perusahaan ini, bagaimana bisa dia berada di ruagannya saat ini. Terus, Tuan Morgan juga mencarinya. Rasanya lebih tidak mungkin lagi.Tapi masalahnya Tere berkata ia berbicara langsung dengan Tuan Morgan, ini yang paling mustahil. Pertanyaannya sejak kapan Morgan datang ke perusahaan dan tidak ada kehebohan sedikitpun? Bahkan Resti tidak mengetahui kedatangan pemimpin mereka ini padahal jabatannya lebih tinggi daripada Tere. Jelas sangat membuatnya ter
Resti melangkah penuh semangat menuju ruang presdir untuk bertemu dengan Tuan Morgan. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya ia memiliki kesempatan itu juga. Ia begitu berantusias.Apalagi mengingat dia akan melaporkan tentang tingkah Aldo yang dia yakin akan membuat Morgan naik pitam, membayangkan wajah marah Morgan membuat dia semakin bersemangat saja. Senyuman tak henti-hentinya merekah di wajah perempuan itu.“Tapi … kata Tere Tuan Morgan mencariku, kan? Buat apa ya?”Ketika ia sedang semangat-semangatnya, ia juga tiba-tiba teringat dengan ucapan Tere saat menemuinya tadi. Tuan Morgan mencarinya, jelas membuatnya gugup. Ada masalah apa coba?“Apa semua ini ada hubungannya dengan gembel sialan itu lagi?” Ya … mungkin ada hubungannya dengan Aldo. Begitu pikir Resti.“Sialan! Dia pasti fitnah aku di depan Tuan Morgan kayak yang dia lakukan terhadap Recky. Semua ini tidak bisa dibiarkan, Tuan Morgan harus
Jegrek!Ternyata ruangan itu memang tidak kosong, seorang pria sedang duduk di kursi kebesaran sambil berbicara di telepon. Mungkin ini penyebab dia tidak menjawab Resti.Masalahnya Resti bisa melihat jelas wajah pria itu yang tak lain adalah Aldo, jelas membuatnya mematung sekarang dengan sepasang Retina membulat.“Baiklah, Rio … aku tunggu kamu di ruanganku sekarang juga,” tutup Aldo sambil menatap serius Resti.“J-jadi ….” Resti bahkan tidak mampu meneruskan ucapannya yang hendak mengatakan, “Jadi kamu memang Tuan Morgan?”Ia justru menambahkan kalimat lain, “Ini nggak mungkin! Atau kamu yang tidak tau malu udah membujuk Tuan Morgan seperti biasa supaya bisa mewakilinya menghakimiku?”Aldo tersenyum singkat mendengar kalimatnya itu. Ia sudah tidak heran akan mendengar tuduhan seperti ini, yah … di balik dia sering mengalami tudingan demikian, dia memang terlalu sering me
Sella yang sedari tadi berusaha mencari cara agar memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Tuan Morgan akhirnya dia berhasil menemukan sebuah cara juga.Entahlah … terdengar konyol pastinya … ia berpikir akan menemui Aldo dan mengambil alih tugasnya mengantarkan minuman ke ruangan presdir. Saat ini Sella sedang melangkah penuh semangat menuju dapur.Tiba di sana, ia pastinya tidak menemukan sosok Aldo, yang ada hanya Friska, salah satu teman sekerja Aldo selama menjabat sebagai OB.“Eh, kamu liat Aldo si miskin itu nggak?” tanyanya tanpa ada sopan-sopannya sama sekali.Friska tentu tahu Sella sedang berbicara dengannya, tapi dia berpura-pura tidak dengar karena tidak menyukai sikap perempuan itu, hingga Sella pun murka.“Heh! Kamu tuli?! Aku lagi ngomong sama kamu!” bentaknya sambil membalikkan bahu Friska.“Oh … maaf Mbak …,” santai Friska menanggapi, bahkan sambil tersenyum ma
Ting nong!Selang 2 detik saja pintu lift terbuka, dan dia telah berada di lantai paling atas. Sella buru-buru keluar dari lift. Dia melanjutkan langkah menuju ruangan presdir tapi dengan langkah pelan saja sekarang. Terlebih saat ia mendengar suara pembicaraan samar di sekitar sana. Sella berjalan mengikuti suara itu, dan semakin jelas pula suara itu terdengar.“Friska, mulai hari ini Tuan Morgan akan mengangkatmu sebagai sekretaris menggantikan Resti.”Deg!Kalimat tersebut berhasil menghentikan gerakan Sella. “Friska, maksudnya si OB miskin itu?”Sella buru-buru mengintip dari balik tembok, dimana di depan sana ada yang sedang berbicara. Dia seperti mengenal suara perempuan yang kemudian menyahut, sepertinya memang suara Friska si babu itu, tapi dia tidak ingin menebak-nebak. Lebih baik melihat secara langsung saja.Selalu melongo, mengintip sedikit saja, dan ternyata memang benar perempuan itu adalah Friska si OB
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak