Wulandari adalah salah satu murid paling berbakat di Akademi Kancah Nangkub yang memiliki kekuatan element tumbuhan. Element ini adalah element terlemah dari ke empat element lain nya. Meski begitu, tak banyak yang tahu bahwa dengan element yang milikinya ini Gadis ini mampu membunuh monster dan iblis tingkat tinggi seorang diri dengan mudah.
Karena sisi kuat yang di milikinya jarang terlihat oleh orang lain, membuatnya tetap di pandang lemah baik itu di luar Akademi maupun di dalam Akademi. Namun seluruh murid Akademi Kancah Nangkub sangat menghormatinya, sebab, dengan kemampuannya dalam mengobati segala macam luka dan tak pernah pandang bulu, siapa pun datang padanya dengan luka? Maka ia langsung mengobatinya sebisa mungkin.
Karena sikapnya yang tak pernah pandang bulu, membuatnya mendapat julukan sebagai Ibu Perinya Akademi Kancah Nangkub,
Sebelum Wulandari menjadi murid Akademi Kancah Na
" Juan, aku kecewa padamu, bagaimana bisa kamu tak mempercayai ku bahwa aku adalah murid di sini. " Ucap Kerta Putra yang di penuhi nada kecewa setelah melihat raut wajah yang di berikan Juan padanya." Maafkan aku Kerta, aku tak bermaksud menyakiti perasaan mu, hanya saja aku sedikit terkejut. " ungkap Juan penuh sesal.Kedua tangan Kerta Putra terlipat di depan dada seraya mendengus, ia menyadari bahwa dirinya memang lah lemah, apalagi ia masuk ke Akademi ini berkat koneksi yang di mliki kakaknya, Wulandari.Terkadang memiliki seorang teman yang terlalu jujur membuat hatinya terasa sakit dengan sikapnya, salah satunya teman nya ini, yang langsung memberinya raut terkejut ketika dirinya mengatakan bahwa dirinya adalah murid di Akademi ini.Hal yang di alaminya ini bukan sekali dua kali, tapi sangat sering, apalagi ketika semua orang tahu bahwa ia masuk ke Akademi berkat koneksi yang di milikin
Sesampainya di rumah, Kerta Putra langsung di hadang oleh kakaknya yang sudah berkacak pinggang di depan gerbang, namun, bukannya takut atau merasa bersalah seperti biasanya, ia malah langsung berlari terbirit-birit menuju ke tempat Nenek nya berada, melewati kakaknya begitu saja.Sesampainya di kamar Sang Nenek, tanpa berpikir panjang Kerta Putra langsung menyuntikkan obat itu ke dalam tubuh Sang nenek,Jantung nya semakin berpacu, antara habis berlari atau karena dirinya merasa harap-harap cemas, takut jika dirinya terlambat menolong sang nenek, setelah menunggu beberapa saat, kedua kelopak Sang Nenek terbuka perlahan, dan sekali lagi lebam hitam di tubuhnya menghilang sepenuhnya,Kedua sudut bibir Kerta Putra tertarik ke atas, air matanya mengalir begitu saja di antara ke dua pipinya, tubuhnya merosot ke bawah dengan perasaan lega dan juga lelah, Wulandari yang awalnya berniat marah
" Kenapa kamu tidak bilang dari tadi? " ucap kesal Gentala, ia pun beranjak bangkit dari kursinya, tak lupa sebelumnya ia merapihkan terlebih dahulu satu set pakaian itu dengan hati-hati, merapihkan nya dengan penuh kasih sayang, serta memperlakukan nya layaknya sebuah harta yang sangat berharga.Ke dua iris mata Juan menatap iri pada satu set pakaian itu, sebab ia tak pernah mendapatkan perlakuan istimewa seperti yang di dapat pakaian itu dari gurunya.Menyadari bahwa murid nya tak berada di belakangnya, Gentala pun menghentikan langkahnya lalu berbalik, menyadarkan muridnya yang masih termenung. " Apa yang sedang kamu lakukan? Cepat bawa aku ke sana. "Dengan mencebikkan bibirnya, Juan pun memimpin gurunya, membawanya ke tempat Wulandari di mana bunga itu berada.Alis Gentala naik sebelah, memperhatikan sikap aneh dari muridnya, namun ia tak ambil pusing sebab ad
" Se. . .Dengan buru-buru, jari Sekar menghentikan gerak bibir Juan, kepalanya celingak celinguk mengamati keadaan. Tanpa berbicara, tangan gadis itu menarik tangan Juan membawanya ke jalan gang-gang sempit nan gelap, padahal sinar matahari telah menyinari beberapa tempat di sana.Meski kepalanya tengah penuhi oleh sejuta pertanyaan, namun Juan memilih membungkam mulutnya, ia terus mengikuti langkah kaki Sekar yang entah kemana gadis itu membawanya pergi?Setelah melewati banyak gang sempit, Sekar pun membawanya ke sebuah kedai makanan sederhana, tapi, meski dari luar tampak sederhana dan juga kecil, namun begitu masuk ke dalam kedai itu memiliki banyak ruangan dengan berbagai gaya dan juga ukuran yang beragam.Salah satunya adalah ruangan yang berada tetap di depan Juan saat ini, dari depan ruangan itu tampak biasa saja, namun begitu pintu ruangan itu di buka, ruangan
Sepulangnya dari kota, Juan langsung berlari ke ruangan tempat kakeknya berada, beruntung saat itu tak ada siapa pun di sana, dengan antusias ia kemudian menceritakan tentang pertemuan nya dengan ibunya tadi pagi di kota, ia juga mengungkapkan kekecewaan nya terhadap Sang Kakek, karena tak memberitahukan tentang keberadaan ibunya yang sudah berada di rumahnya.Uhuk! uhuk! Tiba-tiba Yodha Wisesa terbatuk hingga menyemburkan air yang berada di dalam mulutnya, dirinya terkejut, begitu mendengar penuturan dari cucunya yang mengatakan bahwa putrinya sudah berada di rumahnya, di rumah apanya? Dia bahkan belum mengetahui jelas di mana keberadaan putrinya. Ia pun terdiam seraya menimang-nimang apakah ia harus memberitahu cucunya atau merahasiakan nya?" Ada apa Simbah? " tanya Juan penasaran dengan sikap terdiamnya sang kakek seraya membantu menyeka air yang berada di sudut bibirnya menggunkan sapu tangan yang selalu di bawan
Sejak Juan yang pernah menghilang waktu lalu, membuat Rengganis maupun Ling ling semakin menempelinya, mereka berdua bahkan diam-diam menyuruh bawahan mereka untuk mengawasi dan memperhatikan gerak gerik dari Juan, serta melaporkan jika ada orang yang mencurigakan yang berusaha mendekati Juan.' Dasar kurang kerjaan. ' batin GentalaMenyadari kelakuan ke dua gadis itu yang menurutnya sangat berlebihan, membuat kepala Gentala terasa pening, ia tak mengerti kenapa kedua gadis itu sangat terobsesi dengan muridnya yang bodoh, padahal masih ada banyak pria yang lebih baik dan lebih tampan dari muridnya itu salah satunya Raden Rahadyan, tak hanya seorang putra mahkota dengan kehidupan yang menjanjikan, dia juga memiliki paras yang tampan, meski tak setampan dirinya. Ada pula Bajra Mahesa, meski pria itu menyebalkan, tapi dia merupakan salah satu pria yang menurutnya memiliki paras yang tak jauh berbeda dari saudaranya.&nb
Sudah ratusan tahun yang lalu sejak Gentala menginjakkan ke dua kakinya di kota tanah merah ini.Kota yang dulunya hanya berisikan puluhan gubuk yang di bangun menggunakan pohon bambu sebagai penompang gubuk tersebut dengan atap yang hanya menggunakan daun kelapa kering, tapi sekarang, kota ini sudah kembali menemukan kejayaannya.Dengan rumah-rumah yang berdiri kokoh nan mewah, tak hanya itu saja, kota Tanah merah ini masih membudidayakan warisan leluhur mereka dengan masih menggunakan serta memproduksi alat alat makan seperti piring serta barang lainnya dengan menggunakan tanah merah sebagai bahan dasar .Tepat di alun-alun kota, terdapat sebuah patung manusia yang di perkirakan sudah ada di sana ratusan tahun yang lalu, meski patung tersebut sudah termakan usia, namun Gentala masih mengenali sosok dari patung tersebut yaitu Nayaka Gantari. Jika di pikir kembali, sejak dirinya keluar dari segel it
Di malam yang dingin nan sunyi, langit yang begitu gelap dengan bertaburan bintang serta sinar rembulan yang menerangi dan menemani derap langkah kaki Juan yang tengah berjalan-jalan seorang diri untuk sekedar mencari kantuk, yang entah kenapa rasa kantuk itu tak pernah datang menghampirinya, hingga netranya tak sengaja menangkap sosok dari gurunya yang tengah termenung di menara pengawas seorang diri. Langkah kaki Juan pun terhenti, kepalanya menengadah menatap wajah sang guru yang terlihat berdiam diri menatap langit tanpa ekspresi. ' Apa yang guru lakukan di sana? ' batin Juan, tiba-tiba rasa penarasan mulai menghampirinya, ia pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri Sang guru. Sesampainya di atas menara pengawas, ke dua bola mata Juan begitu di manjakan oleh pemandangan Kota Tanah Merah yang begitu indah nan cantik dari atas sana. Ia pun berjalan menghampiri Gent