Sudah ratusan tahun yang lalu sejak Gentala menginjakkan ke dua kakinya di kota tanah merah ini.
Kota yang dulunya hanya berisikan puluhan gubuk yang di bangun menggunakan pohon bambu sebagai penompang gubuk tersebut dengan atap yang hanya menggunakan daun kelapa kering, tapi sekarang, kota ini sudah kembali menemukan kejayaannya.
Dengan rumah-rumah yang berdiri kokoh nan mewah, tak hanya itu saja, kota Tanah merah ini masih membudidayakan warisan leluhur mereka dengan masih menggunakan serta memproduksi alat alat makan seperti piring serta barang lainnya dengan menggunakan tanah merah sebagai bahan dasar .
Tepat di alun-alun kota, terdapat sebuah patung manusia yang di perkirakan sudah ada di sana ratusan tahun yang lalu, meski patung tersebut sudah termakan usia, namun Gentala masih mengenali sosok dari patung tersebut yaitu Nayaka Gantari. Jika di pikir kembali, sejak dirinya keluar dari segel it
Di malam yang dingin nan sunyi, langit yang begitu gelap dengan bertaburan bintang serta sinar rembulan yang menerangi dan menemani derap langkah kaki Juan yang tengah berjalan-jalan seorang diri untuk sekedar mencari kantuk, yang entah kenapa rasa kantuk itu tak pernah datang menghampirinya, hingga netranya tak sengaja menangkap sosok dari gurunya yang tengah termenung di menara pengawas seorang diri. Langkah kaki Juan pun terhenti, kepalanya menengadah menatap wajah sang guru yang terlihat berdiam diri menatap langit tanpa ekspresi. ' Apa yang guru lakukan di sana? ' batin Juan, tiba-tiba rasa penarasan mulai menghampirinya, ia pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri Sang guru. Sesampainya di atas menara pengawas, ke dua bola mata Juan begitu di manjakan oleh pemandangan Kota Tanah Merah yang begitu indah nan cantik dari atas sana. Ia pun berjalan menghampiri Gent
Setelah mengetahui semua itu hanyalah kesalahpahaman belaka, Mereka pun memutuskan kembali ke penginapan tentunya dengan perasaan yang sulit untuk di artikan, terutama Bajra Mahesa, ia begitu membeci Wuko karena membuatnya terkejut, selama perjalan menuju penginapan, netranya terus memperhatikannya dengan menatap tajam pada Wuko.Ternyata Wuko adalah seekor Kera raksasa api yang pernah Juan tolong di hutan dekat kampung Ilil.Ke dua bola mata Juan terbeliak, ia tak menyangka bahwa kera raksasa api itu bisa berubah menjadi sosok pria yang memiliki paras yang cantik seperti wanita.Wuko kemudian menjelaskan, setiap hewan spiritual yang sudah memasuki level tertentu bisa memiliki wujud manusianya sendiri, sama halnya seperti dirinya, namun tak berlaku pada Gentala yang berasal dari Klan Naga Istimewa yang sudah memiliki wujud manusianya saat menginjak di usia remaja.Kepala Juan pun mengangguk mengerti,
" Bagaimana dengan anda? Tuan Gentala. " ucapnya penuh penekanan di akhir kalimatnya. " apa kamu masih mengejar si hitam? " tambahnya, Gentala langsung mendelik tajam pada Wuko. " Jangan menatap ku seperti itu, aku kan hanya bertanya. "Lidah Gentala pun berdecih, kedua tangannya terlipat di dada seraya membuang muka sejenak. " Lalu bagaimana kamu bisa dari perang saat itu? "" Apa?! Aku tak bisa mendengarmu? " timpal Wuko setengah bercanda membuat mata Gentala kembali mendelik tajamn padanya, ia pun tergelak tak tahan menahan tawa, meski di masa lalu ia dan Gentala tak berada di kubu yang sama dengannya, tapi ternyata menggodanya sangatlah menyenangkan, jika saja ia tak berada di posisi yang menyulitkannya, mungkin saja dirinya akan menjadi sekutunya dan melawan iblis itu bersama dengan lainnya.Tak tahan dengan sikap pria di depannya, tangan Gentala pun mengepal dengan sempurna, ia kemudia
" Hanya itu saja? " Tanya Gentala dengan setengah percaya dengan apa yang di katakan oleh Wuko, salah satu alisnya terangkat sebelah, awalnya ia berharap bahwa Wuko bisa memberinya sebuah petunjuk, walau pun itu hanya sebuah titik hitam namun, dirinya harus menelan pil kecewa karena terlalu berharap lebih padanya. " Apa tak ada lain lagi? "Kepala Wuko menggeleng." Lalu bagaimana mana dengan iblis itu? " Tanya Gentala kembali.Salah satu tangan Wuko menggaruk lehernya yang tidak gatal, " Maaf, setelah aku meninggalkan istana itu, aku di sibukkan dengan penguasa gunung lain yang ingin membalas dendam terhadap ku. " Timpalnya secara hati-hati, ia tak mau jika pukulan milik Gentala kembali mendarat di bagian tubuh lainnya. "Tapi Gentala masih meragukan perkataannya, ia pun menyipitkan kedua matanya, takutnya Wuko ini sebenarnya berpura-pura tak tahu, ia pun mencoba mengancam akan mengurungnya di
Meski Air terjun itu bukan lah tempat yang patut untuk di pertahankan seperti ini. Namun, Gentala sangat menghargai dan memuji ketulusan serta kepintaran dari Raden Brama Wijaya, ternyata dia sungguh-sungguh mengabulkan semua permintaan nya.Sebelumnya, malam sebelum Gentala berangkat ke kerajaan Natu. Malam itu Raden Brama Wijaya mengajak dirinya untuk berbicara secara empat mata di kamar pribadinya.Sesampainya di sana, keduanya terduduk saling berhadapan dengan sebuah meja kecil yang memisahkan jarak di antara keduanya.Salah satu alis Gentala berkedut, melihat penampakan kamar tidur Raden Brama Wijaya yang sangat berantakan, ada banyak gulungan serta buku yang berceceran di mana-mana dengan Hadiyata yang meringkuk tertidur di atasnya." Maaf, tempat ini sedikit berantakan. " Raden Brama Wijaya berkata seraya berusaha merapihkan kamarnya, namun malah berak
Sejak lepas dari cengkraman Wuko berkat bantuan Rengganis. Tiba-tiba perasaan Juan menjadi tak enak, ia langsung teringat dengan gurunya. Jika di ingat kembali, akhir akhir ini gurunya sering menghilang dari pandangannya, padahal sebelumnya dia tak pernah menjauh darinya. Ia merasa bahwa gurunya tengah menyembunyikan sesuatu darinya." Ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggu mu? Sejak tadi, kamu hanya mempermainkan makanan mu. Apa itu tak enak? Jika iya aku akan meminta pelayan untuk menggantinya. " Tanya Ling ling beruntun. " Jika perlu akan memasaknya khusus untuk mu. " Tambahnya.Di sampingnya Rengganis mendelik tajam, sedangkan Wulandari, Kerta Putra, beserta Bajra Mahesa hanya menonton mereka, ke tiganya sudah mulai terbiasa dan tak memperdulikan dengan apa yang terjadi di depan mereka.Kepala Juan menggeleng keras, " Bukan apa-apa, " elaknya. " oh iya, apa kalian melihat guruku? "" Bukankah t
Kobaran api itu terus menyala dan semakin membesar. Walau gelapnya malam telah menelan Sang Mentari. Tapi, cahaya redupnya mampu menyinari wajah Gentala yang terlihat pucat.Meski kekuatannya sedang melemah dari biasanya, tapi tubuh Gentala tubuh tak bergeming tak sama sekali. Dengan gagah ia bersama Widura berdiri melindungi Juan, dirinya sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan melindungi muridnya apapun yang terjadi meski nyawanya menjadi taruhan." Guru, katakan pada ku, bahwa apa yang di katakan pria ini adalah sebuah kebohongan? " Juan menatap lekat wajah gurunya, kedua tangannya mengepal dengan sempurna, kedua pelupuk matanya sedang menahan air mata yang siap tumpah kapan saja.Tak ada niatan untuk menjawab, Gentala memilih membisu, walau Agri Brata mengungkap kondisi tubuhnya, namun, raut wajahnya tak berubah sama sekali. Netranya masih menatap Agri Brata
" Guru!! " Pekiknya seraya berlari dengan sempoyongan menghampiri tubuh Gentala yang tertunduk di atas tanah, tangannya gemetar berusaha meraih wajah gurunya yang sudah tak berbentuk, air matanya mengalir membasahi kedua pipinya, dirinya masih tak percaya dengan apa yang di lihat oleh kedua kepalanya. Sosok hebat dari gurunya yang senantiasa memanggilnya dengan panggilan murid bodoh, kini tertunduk tak berdaya.Di belakang punggung Juan, Widura berdiri melindungi punggung tuannya.Seakan memberinya kesempatan, tubuh Agri Brata pun mundur, membiarkan pasangan guru dan murid itu untuk bersama sejenak." Guru, jangan tinggalkan aku. " tangan gemetar Juan membelai pelan salah satu bengkak di wajah Gentala.Meski luka di tubuhnya amat berat, tapi sebagai sosok guru yang selalu di puja oleh muridnya itu, Gentala berusaha sekeras mungkin untuk tetap terlihat kuat. " Uhuk! Uhuk!
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat