Share

BAB 8 ~ 30 Menit Saja!

Penulis: Kartika Rush
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Erlan tampak melangkah dengan pasti, memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Di belakangnya tampak pria berkemeja maroon yang tak lain adalah Ryan, sekretarisnya.

"Kamu bisa cepetan dikit nggak?"

Pria yang mengenakkan setelan kerja berwarna abu-abu itu, tampak memutar sebagian badannya ke belakang. Melirik Ryan yang berjalan terlalu santai dibandingkan dirinya. Padahal dia sedang terburu-buru karena klien yang akan meeting dengannya kali ini sudah menunggunya di salah satu resto di tempat itu.

"Baik, Bos!" tegas Ryan segera mendekati Erlan yang berjarak beberapa langkah dengannya. Tampaknya dia telah siap melakukan permintaan sang atasan.

Tak ada komentar apa pun lagi dari Erlan. Pria itu segera melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda. Namun, baru tiga langkah tiba-tiba dia berhenti kembali, tepat saat mendapati seorang wanita tidak asing di depannya tengah berjalan berlawanan arah.

"Kamu lagi?" Erlan membulatkan mata menatap wanita yang tak lain adalah Elfara.

Elfara yang sedang tidak fokus pun langsung menghentikan langkah dan terlonjak kaget, saat mendapat teguran tiba-tiba dari Erlan.

"Kamu?" Elfara menunjuk Erlan dengan mulut sedikit terbuka. Dia tercengang beberapa saat, seolah-olah tidak percaya akan bertemu dengan Erlan di tempat itu.

"Kenapa sih, di mana-mana selalu ada kamu? Kamu sengaja ngikutin saya?" ketus Elfara langsung memasang ekspresi tidak senang, begitu menyadari pria yang berdiri di depannya adalah Erlan.

"Apa? Ngikutin kamu?" Erlan mencondongkan sebelah telinganya ke depan, seolah-olah sedang memastikan bahwa apa yang didengarnya tidak salah.

"Nggak usah kegeeran! Emangnya kamu sepenting itu sampai harus saya ikutin?" tukas Erlan jelas tidak terima tuduhan semacam itu.

Wajah Elfara langsung menciut mendapat tanggapan seperti itu. Entah karena merasa bersalah lantaran telah menuduh Erlan sembarangan, atau merasa malu karena telah bersikap terlalu percaya diri. Padahal dia juga yakin jika Erlan tidak mungkin mengikutinya sampai ke tempat itu. Sudah jelas pria itu menolak dijodohkan dengannya.

Tidak ada komentar apa pun lagi dari Elfara. Dia hanya mengamati penampilan Erlan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sudah dapat ditebak jika Erlan datang ke tempat itu karena ada urusan pekerjaan.

Ditambah lagi keberadaan Ryan yang tampak berdiri di belakang Erlan. Meskipun Elfara tidak mengenal pria itu, tetapi dia semakin yakin dengan dugaannya. Ah, rasanya memalukan sekali telah menuduh Erlan seperti itu.

"Harusnya saya yang bilang kayak gitu. Kenapa kamu selalu ada di mana pun saya berada. Jangan-jangan—"

"Loh, emangnya kenapa?" pungkas Elfara segera menyangkal ucapan Erlan yang sudah pasti akan menuduhnya yang menguntit. "Ini tempat umum, kok," imbuhnya membela diri seraya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Ck!" Erlan berdecak kesal, lalu melengos sejenak. "Buang-buang waktu saja!" kesalnya seraya melangkahkan kaki kembali. Mengingat kliennya sudah menunggu sejak 15 menit lalu.

Semetara itu, Ryan yang sedari tadi hanya memperhatikan perdebatan mereka berdua pun, segera menyusul langkah Erlan. Wajahnya tampak bingung. Tidak biasanya dia melihat Erlan berbicara selantang Sssttststsitu pada seorang wanita.

Ryan tampak menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, tanpa menghentikan langkah kakinya mengikuti sang atasan.

"Tunggu!"

Langkah Erlan kembali terhenti. Dia berdiri tegak sambil memejamkan matanya, lalu menghela napas berat, sesaat sebelum membalikkan badan.

"Ada apa lagi?" tanyanya sinis. Entah apa yang akan dilakukan Elfara sampai menghentikan langkahnya seperti itu.

Ryan yang tidak mengerti pun tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, lagi-lagi hanya bisa menatap bingung keduanya.

Elfara mendekat tanpa memberikan jawaban apa pun. Hal itu sontak membuat Erlan menukik alisnya, karena merasa heran.

"Ini untukmu!"

Erlan tersentak melihat Elfara yang tiba-tiba mengulurkan sebuah paper bag kecil padanya. Dia melirik sejenak paper bag berwarna putih itu, tanpa berniat mengambilnya.

"Apa ini?" tanyanya penuh selidik. Heran saja mengapa Elfara tiba-tiba memberi sesuatu padanya.

"Maaf sudah membuat handphone kamu rusak. Sesuai janji, saya akan bertanggung jawab," balas Elfara semakin mengulurkan tangannya, berharap Erlan akan menerima benda itu sehingga masalah mereka selesai.

Akan tetapi, nyatanya harapan Elfara tidak sesuai dengan kenyataan. Bukannya mendapat tanggapan positif, Erlan justru hanya menarik sebelah sudut bibirnya membentuk senyuman getir. Ah, dia pikir pria itu sengaja meremehkan upayanya untuk menebus kesalahan tempo hari.

"Oh, jadi maksudnya kamu mau gantiin handphone saya yang rusak?" tanya Erlan memastikan kembali. Lagi-lagi dia melirik sejenak paper bag itu.

"Ya, saya rasa hanya itu yang bisa saya lakukan," ucap Elfara seraya menghela napas pendek. "Saya sengaja membeli handphone dengan merk dan tipe yang sama dengan handphone punyamu. Tolong diterima," lanjutnya datar.

Namun, tentu tidak semudah itu mengambil hati Erlan. Buktinya pria itu diam saja dan seolah-olah tidak berniat untuk mengambil paper bag di tangan Elfara.

"Maaf, saya sedang ada urusan dan harus pergi sekarang juga."

Alih-alih menerima pemberian Elfara, Erlan justru membalikkan badan dan hendak beranjak dari tempat itu. Namun, segera dihentikan oleh Elfara, hingga dia mengurungkan niatnya.

"Loh, terus ini gimana?" protes Elfara seraya mengangkat paper bag di tangannya, tepat di depan wajah Erlan.

"Oke, tunggu saya tiga puluh menit lagi!" tegas Erlan tanpa basa-basi.

Elfara tercengang, tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Erlan.

"Maksudnya?"

"Apa kamu nggak ngerti apa yang saya bilang barusan? Tunggu tiga puluh menit lagi!" tegas Erlan sekali lagi dengan tatapan sedikit membulat.

"Kenapa harus nunggu? Tinggal ambil saja apa susahnya, sih? Ribet amat jadi orang!" gerutu Elfara mulai naik darah.

"Mau masalahnya selesai, kan?" balas Erlan dengan tatapan tajam, membuat Elfara kembali menciut dan tidak bisa berkutik lagi.

"Ya sudah, kalau emang nggak bisa sekarang, kita bisa ketemu lain waktu saja! Aku juga ada perlu!" Lagi-lagi Elfara melayangkan protesnya. Entah mengapa dia merasa ada yang tidak beres.

"Tunggu saya tiga puluh menit saja, paham?" ucap Erlan penuh penekanan, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari hadapan Elfara.

"Saya tunggu di mana?" teriak Elfara, menatap Erlan yang sudah berjalan membelakanginya.

"Terserah! Asal jangan tunggu di neraka saja!" balas Erlan sambil melambaikan tangannya ke atas, tanpa membalikkan badan.

"Ish, nyebelin banget tuh orang! Dulu waktu kecil di kasih makan apa sih sama Om Haris?" gerutu Elfara seraya mengentakkan kaki kanannya, merasa sangat kesal.

Elfara tampak mengedarkan pandangan, menatap bingung ke sekeliling ruangan. Entah dia harus menunggu di mana. Jika menunggu di tempat lain, nanti bagaimana Erlan bisa menemuinya, sementara dia belum memiliki nomor handphone pria itu. Menunggu di tempat itu pun, rasanya tidak akan nyaman karena tidak ada tempat untuk duduk. Tiga puluh menit bukan waktu yang sebentar, bukan?

Di tengah kebingungannya, sebuah notifikasi pesan seketika membuat Elfara tersadar. Dia segera mengambil ponsel dari saku celana jeans yang dikenakannya. Tampak sebuah pesan dari nomor baru.

[Tunggu saya di Sky Cafe!]

Bab terkait

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 9 ~ Kepo

    "Gila! Sumpah demi apa pun tuh cowok gila banget!" umpat Elfara seraya memasuki sebuah kafe mewah. "Ngapain coba harus jauh-jauh ketemu di tempat ini? Di sana 'kan juga bisa? Kayaknya tuh orang sengaja mau ngerjain gue!" imbuhnya tak berhenti menggerutu. Sejak mendapat notifikasi pesan dari Erlan beberapa menit lalu, darah Elfara langsung naik dalam sekejap. Tidak habis pikir dengan Erlan yang memintanya untuk menunggu di kafe yang jelas cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Padahal niat dia sangat baik, hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah dia lakukan. Namun, Erlan justru bersikap sangat menyebalkan, seolah-olah tidak bisa mentolelir kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan. Andai bisa memutar waktu kembali, dia ingin sekali pertemuan dengan pria itu ditiadakan. Dia tidak ingin melihat pengkhianatan mantan kekasih dengan sahabatnya, sehingga hidupnya tidak menjadi kacau seperti sekarang ini. "Huh!" Elfara mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi dengan

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 10 ~ Dipaksa

    "Sa-saya—" "Kenapa? Kamu nggak bisa, kan?" pungkas Erlan memotong ucapan Elfara yang sedikit terputus-putus. Alih-alih menjawab, Elfara justru memejamkan mata sambil mengeraskan rahangnya. Sungguh hari ini sangat menjengkelkan. Entah apa yang salah dengan dirinya, seingga dipertemukan dengan pria modelan Erlan. "Aku—""Kalau mau minta maaf nggak usah sambil marah-marah." Lagi-lagi Erlan memotong pembicaraan Elfara. Tentu Elfara semakin murka. Hal itu terbukti dari tatapannya yang tajam dan membulat sempurna. Belum lagi bibirnya yang terlihat mengerucut dan sedikit bergetar seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi terpaksa ditahan. Wanita itu hanya bisa mendengkus, berusaha menetralkan perasaannya. Dalam hati ingin sekali mencaci maki pria di depannya, tetapi itu hanya akan membuat masalahnya semakin panjang. Percuma saja. Sementara itu, Erlan kembali tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya tidak sulit untuk menaklukkan hati wanita seperti Elfara. Buktinya hari ini dia bisa me

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 1 ~ Pengkhianatan

    "Jadi ini kelakuanmu di belakangku selama ini?" Sepasang anak muda tampak terkejut, ketika suara sopran tiba-tiba memecah di kamar apartemen tempat mereka berada. Keduanya tampak saling beradu pandang dengan sedikit terperangah, setelah mendapati seorang wanita bersurai panjang berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang menghunus tajam. Entah sejak kapan wanita tidak asing itu berdiri di sana. "El-Elfa?" ucap pria berkaus putih dengan mata yang membeliak sempurna. Pria yang tengah duduk bersama wanita lain di atas tempat tidur, segera bangkit dan menghampiri Elfa yang masih berdiri di tempat yang sama. Terlihat jelas tremor yang tengah menguasai tubuhnya saat ini. Tentu saja karena dia khawatir melihat amarah yang tampak jelas di wajah sang kekasih.Ya, wanita bernama lengkap Elfara Adhinata itu adalah kekasih yang sudah menemani hari-harinya selama dua tahun belakangan. Bahkan, pasalnya mereka akan segera melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat, sebagai tanda keseriusan keduan

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 2 ~ Salah Paham

    "Arrgh! Kenapa jadi kacau begini, sih?" erang David seraya mengacak rambutnya sendiri, beberapa saat setelah kepergian Elfara dari apartemennya. Dia tidak menyangka jika sang kekasih akan datang di waktu yang tidak tepat, ketika dirinya meminta Aleena untuk mencoba memakai kalung berlian yang akan dia berikan untuk Elfara di hari ulang tahun wanita itu. Entah kesialan apa ini. Baru kali ini dia bertengkar dengan Elfara hanya karena kesalahpahaman tentang orang ketiga. Sialnya, dugaan sang kekasih tidaklah benar. Sedikit pun dia tidak memiliki niat untuk menduakan Elfara, terlebih berselingkuh dengan Aleena, sahabat yang selama ini sangat dekat dengannya dan juga sang kekasih. Ya, tentu saja. Elfara adalah satu-satunya wanita yang sangat dia cintai selama ini. Meskipun hubungan mereka masih belum mendapatkan restu dari orang tua Elfara, tetap saja dia tidak menyerah. Merasa yakin bahwa suatu saat hubungannya akan mendapatkan restu dari kedua orang tua Elfara. Bahkan, setelah dia b

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 3 ~ Kecelakaan

    "Sudah bangun kamu?" Elfara sedikit terlonjak mendengar suara bariton, saat dirinya baru saja siuman setelah tidak sadarkan diri selama satu jam. Insiden yang terjadi saat dia mencoba melarikan diri, nyaris membuatnya kehilangan nyawa. Elfara tertabrak mobil, ketika hendak menyeberang jalan. Itulah yang membuatnya pingsan dan terluka di bagian kaki, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. "Kenapa saya ada di sini?" Elfara mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. "Apa kejadian tadi membuatmu amnesia, Nona?" celetuk pria asing yang berdiri di sampingnya dengan tatapan serius, lalu tersenyum getir seolah-olah tidak merasa iba. Elfara bergeming sambil menundukkan kepala. Mengingat kembali kejadian yang terjadi sebelumnya. Sesaat kemudian, dia menatap kembali pria yang tengah mengamati wajahnya, seolah-olah sedang menunggu jawaban. Ya, wajar saja. Kecelakaan yang menimpa Elfara memang berhasil membuat pria itu ketar-ketir. Walau bagaimanapun dia memiliki andil atas kejadian ters

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 4 ~ Rencana Perjodohan

    "Bagaimana? Apa kamu sudah menemui wanita itu, Er?" Pria jangkung yang baru saja masuk ke sebuah rumah bergaya eropa itu tampak menghela napas pendek, begitu mendapat sambutan tidak menyenangkan dari mamanya. Ya, bagaimana tidak? Setiap kali bertatap muka dengan kedua orang tuanya, sudah pasti mereka akan membahas wanita yang akan dijodohkan dengannya. Entah siapa wanita itu. Dia menatap kesal wajah sang mama yang tengah menatapnya balik sambil menunggu jawaban. Namun, sesaat kemudian tatapannya berubah sayu. Selalu saja merasa tidak tega jika harus membuat wanita yang melahirkannya itu bersedih. Suara helaan napas pendek kembali terdengar, sesaat sebelum pria itu menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya yang berdiri di depannya. "Maafkan aku, Ma. Aku belum sempat menemui wanita itu. Tadi ada insiden kecil. Handphone-ku terjatuh dan mati total. Aku belum sempat melihat foto wanita yang Mama kirim tadi," jelas pria itu seraya memegang kedua bahu mamanya. "Kamu tidak sedang menca

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 5 ~ Pertemuan

    Elfara terkejut saat tiba-tiba pintu ruang rawatnya terbuka dan muncul sosok tidak asing menghampirinya. "Kamu?" Wanita itu menatap geram ke arah pria yang tak lain adalah David. Entah dari mana pria itu tahu jika dirinya sedang dirawat di rumah sakit. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Elfara dengan tatapan sinis. "El, apa yang terjadi sama kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya David penuh kecemasan. "Jangan mendekat!" Secepat kilat Elfara menghalau David dengan tangannya saat akan mendekati dan memeluknya. Langkah David refleks terhenti, tepat di samping ranjang tempat Elfara duduk saat ini. Dia menatap sendu wajah wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak lama. Raut yang biasanya terlihat senang saat bertemu dengannya, kini hilang entah ke mana. Hanya kemarahan dan kekecewaan yang dia dapati dari wajah itu. "Sayang, kamu salah paham. Aku sama Aleena nggak ada hubungan apa pun. Kita cuma—" "Mau apa lagi kamu ke sini?" Belum berhasil David melanjutkan perkataannya, tiba-tiba suar

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 6 ~ Penolakan

    "Jadi kamu yang mau dijodohin sama saya?" tanya Erlan seraya menatap sinis Elfara yang duduk di hadapannya. Kini, mereka berdua tampak menempati meja lain. Sengaja memisahkan diri dari kedua orang tua mereka, atas permintaan Erlan yang beralasan ingin mengenal Elfara lebih dekat tanpa campur tangan siapa pun. Bahkan, Erlan memilih meja yang cukup jauh dengan yang ditempati oleh orang tua mereka. Elfara menghela napas berat, sebelum menanggapi pertanyaan Erlan. Pertemuan ini tentu membuatnya sedikit syok. Dia masih belum percaya jika yang dijodohkan dengannya adalah Erlan, pria menyebalkan yang bertemu secara tidak sengaja dengannya tempo hari. "To the point saja. Saya nggak setuju dijodohin sama wanita sombong kayak kamu!" celetuk Erlan yang berhasil membuat Elfara membeliak kesal. Bagaimana tidak? Sudah dicap sebagai wanita sombong, merasa direndahkan pula. Seolah-olah dirinya setuju dengan adanya perjodohan itu. "Heh, tolong ya jaga omonganmu! Kamu pikir saya setuju dijodohin sa

Bab terbaru

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 10 ~ Dipaksa

    "Sa-saya—" "Kenapa? Kamu nggak bisa, kan?" pungkas Erlan memotong ucapan Elfara yang sedikit terputus-putus. Alih-alih menjawab, Elfara justru memejamkan mata sambil mengeraskan rahangnya. Sungguh hari ini sangat menjengkelkan. Entah apa yang salah dengan dirinya, seingga dipertemukan dengan pria modelan Erlan. "Aku—""Kalau mau minta maaf nggak usah sambil marah-marah." Lagi-lagi Erlan memotong pembicaraan Elfara. Tentu Elfara semakin murka. Hal itu terbukti dari tatapannya yang tajam dan membulat sempurna. Belum lagi bibirnya yang terlihat mengerucut dan sedikit bergetar seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi terpaksa ditahan. Wanita itu hanya bisa mendengkus, berusaha menetralkan perasaannya. Dalam hati ingin sekali mencaci maki pria di depannya, tetapi itu hanya akan membuat masalahnya semakin panjang. Percuma saja. Sementara itu, Erlan kembali tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya tidak sulit untuk menaklukkan hati wanita seperti Elfara. Buktinya hari ini dia bisa me

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 9 ~ Kepo

    "Gila! Sumpah demi apa pun tuh cowok gila banget!" umpat Elfara seraya memasuki sebuah kafe mewah. "Ngapain coba harus jauh-jauh ketemu di tempat ini? Di sana 'kan juga bisa? Kayaknya tuh orang sengaja mau ngerjain gue!" imbuhnya tak berhenti menggerutu. Sejak mendapat notifikasi pesan dari Erlan beberapa menit lalu, darah Elfara langsung naik dalam sekejap. Tidak habis pikir dengan Erlan yang memintanya untuk menunggu di kafe yang jelas cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Padahal niat dia sangat baik, hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah dia lakukan. Namun, Erlan justru bersikap sangat menyebalkan, seolah-olah tidak bisa mentolelir kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan. Andai bisa memutar waktu kembali, dia ingin sekali pertemuan dengan pria itu ditiadakan. Dia tidak ingin melihat pengkhianatan mantan kekasih dengan sahabatnya, sehingga hidupnya tidak menjadi kacau seperti sekarang ini. "Huh!" Elfara mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi dengan

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 8 ~ 30 Menit Saja!

    Erlan tampak melangkah dengan pasti, memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Di belakangnya tampak pria berkemeja maroon yang tak lain adalah Ryan, sekretarisnya. "Kamu bisa cepetan dikit nggak?" Pria yang mengenakkan setelan kerja berwarna abu-abu itu, tampak memutar sebagian badannya ke belakang. Melirik Ryan yang berjalan terlalu santai dibandingkan dirinya. Padahal dia sedang terburu-buru karena klien yang akan meeting dengannya kali ini sudah menunggunya di salah satu resto di tempat itu. "Baik, Bos!" tegas Ryan segera mendekati Erlan yang berjarak beberapa langkah dengannya. Tampaknya dia telah siap melakukan permintaan sang atasan. Tak ada komentar apa pun lagi dari Erlan. Pria itu segera melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda. Namun, baru tiga langkah tiba-tiba dia berhenti kembali, tepat saat mendapati seorang wanita tidak asing di depannya tengah berjalan berlawanan arah. "Kamu lagi?" Erlan membulatkan mata menatap wanita ya

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 7 ~ Menolak Penolakan

    “Bagaimana wanita pilihan papa? Cantik, kan?” Erlan langsung menghentikan kegiatannya, begitu mendengar pertanyaan dari sang papa yang jelas mengganggu konsentrasinya dalam hitungan detik. Dia tampak menggantung sendok berisi makanan di depan mulutnya, lalu memfokuskan pandangan ke arah pria paruh baya yang duduk berhadapan dengannya. Sebenarnya, dia masih enggan untuk berbicara dengan sang papa lantaran perdebatan tadi malam yang membuat mood-nya berantakan. Bagaimana tidak? Setelah berbagai alasan dia keluarkan, nyatanya keputusan sang papa sudah bulat dan perjodohannya dengan Elfara benar-benar tidak bisa dibatalkan.Kini, lagi-lagi dia harus mendengarkan pembahasan tentang wanita itu, padahal waktu masih sangat pagi. Tidak adakah waktu lain? Atau tidak adakah pembahasan yang lebih penting daripada membahas wanita itu? begitu pikirnya. “Semua wanita cantik, nggak ada yang tampan, Pa,” jawab Erlan seraya melahap sendok makan itu dengan kesal. “Papa sedang serius, Erlan!” bentak H

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 6 ~ Penolakan

    "Jadi kamu yang mau dijodohin sama saya?" tanya Erlan seraya menatap sinis Elfara yang duduk di hadapannya. Kini, mereka berdua tampak menempati meja lain. Sengaja memisahkan diri dari kedua orang tua mereka, atas permintaan Erlan yang beralasan ingin mengenal Elfara lebih dekat tanpa campur tangan siapa pun. Bahkan, Erlan memilih meja yang cukup jauh dengan yang ditempati oleh orang tua mereka. Elfara menghela napas berat, sebelum menanggapi pertanyaan Erlan. Pertemuan ini tentu membuatnya sedikit syok. Dia masih belum percaya jika yang dijodohkan dengannya adalah Erlan, pria menyebalkan yang bertemu secara tidak sengaja dengannya tempo hari. "To the point saja. Saya nggak setuju dijodohin sama wanita sombong kayak kamu!" celetuk Erlan yang berhasil membuat Elfara membeliak kesal. Bagaimana tidak? Sudah dicap sebagai wanita sombong, merasa direndahkan pula. Seolah-olah dirinya setuju dengan adanya perjodohan itu. "Heh, tolong ya jaga omonganmu! Kamu pikir saya setuju dijodohin sa

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 5 ~ Pertemuan

    Elfara terkejut saat tiba-tiba pintu ruang rawatnya terbuka dan muncul sosok tidak asing menghampirinya. "Kamu?" Wanita itu menatap geram ke arah pria yang tak lain adalah David. Entah dari mana pria itu tahu jika dirinya sedang dirawat di rumah sakit. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Elfara dengan tatapan sinis. "El, apa yang terjadi sama kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya David penuh kecemasan. "Jangan mendekat!" Secepat kilat Elfara menghalau David dengan tangannya saat akan mendekati dan memeluknya. Langkah David refleks terhenti, tepat di samping ranjang tempat Elfara duduk saat ini. Dia menatap sendu wajah wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak lama. Raut yang biasanya terlihat senang saat bertemu dengannya, kini hilang entah ke mana. Hanya kemarahan dan kekecewaan yang dia dapati dari wajah itu. "Sayang, kamu salah paham. Aku sama Aleena nggak ada hubungan apa pun. Kita cuma—" "Mau apa lagi kamu ke sini?" Belum berhasil David melanjutkan perkataannya, tiba-tiba suar

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 4 ~ Rencana Perjodohan

    "Bagaimana? Apa kamu sudah menemui wanita itu, Er?" Pria jangkung yang baru saja masuk ke sebuah rumah bergaya eropa itu tampak menghela napas pendek, begitu mendapat sambutan tidak menyenangkan dari mamanya. Ya, bagaimana tidak? Setiap kali bertatap muka dengan kedua orang tuanya, sudah pasti mereka akan membahas wanita yang akan dijodohkan dengannya. Entah siapa wanita itu. Dia menatap kesal wajah sang mama yang tengah menatapnya balik sambil menunggu jawaban. Namun, sesaat kemudian tatapannya berubah sayu. Selalu saja merasa tidak tega jika harus membuat wanita yang melahirkannya itu bersedih. Suara helaan napas pendek kembali terdengar, sesaat sebelum pria itu menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya yang berdiri di depannya. "Maafkan aku, Ma. Aku belum sempat menemui wanita itu. Tadi ada insiden kecil. Handphone-ku terjatuh dan mati total. Aku belum sempat melihat foto wanita yang Mama kirim tadi," jelas pria itu seraya memegang kedua bahu mamanya. "Kamu tidak sedang menca

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 3 ~ Kecelakaan

    "Sudah bangun kamu?" Elfara sedikit terlonjak mendengar suara bariton, saat dirinya baru saja siuman setelah tidak sadarkan diri selama satu jam. Insiden yang terjadi saat dia mencoba melarikan diri, nyaris membuatnya kehilangan nyawa. Elfara tertabrak mobil, ketika hendak menyeberang jalan. Itulah yang membuatnya pingsan dan terluka di bagian kaki, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. "Kenapa saya ada di sini?" Elfara mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. "Apa kejadian tadi membuatmu amnesia, Nona?" celetuk pria asing yang berdiri di sampingnya dengan tatapan serius, lalu tersenyum getir seolah-olah tidak merasa iba. Elfara bergeming sambil menundukkan kepala. Mengingat kembali kejadian yang terjadi sebelumnya. Sesaat kemudian, dia menatap kembali pria yang tengah mengamati wajahnya, seolah-olah sedang menunggu jawaban. Ya, wajar saja. Kecelakaan yang menimpa Elfara memang berhasil membuat pria itu ketar-ketir. Walau bagaimanapun dia memiliki andil atas kejadian ters

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 2 ~ Salah Paham

    "Arrgh! Kenapa jadi kacau begini, sih?" erang David seraya mengacak rambutnya sendiri, beberapa saat setelah kepergian Elfara dari apartemennya. Dia tidak menyangka jika sang kekasih akan datang di waktu yang tidak tepat, ketika dirinya meminta Aleena untuk mencoba memakai kalung berlian yang akan dia berikan untuk Elfara di hari ulang tahun wanita itu. Entah kesialan apa ini. Baru kali ini dia bertengkar dengan Elfara hanya karena kesalahpahaman tentang orang ketiga. Sialnya, dugaan sang kekasih tidaklah benar. Sedikit pun dia tidak memiliki niat untuk menduakan Elfara, terlebih berselingkuh dengan Aleena, sahabat yang selama ini sangat dekat dengannya dan juga sang kekasih. Ya, tentu saja. Elfara adalah satu-satunya wanita yang sangat dia cintai selama ini. Meskipun hubungan mereka masih belum mendapatkan restu dari orang tua Elfara, tetap saja dia tidak menyerah. Merasa yakin bahwa suatu saat hubungannya akan mendapatkan restu dari kedua orang tua Elfara. Bahkan, setelah dia b

DMCA.com Protection Status