Beranda / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / 74. Pesan Tidak Pernah Dibalas

Share

74. Pesan Tidak Pernah Dibalas

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pengacara Lucy berusaha keras. Namun tetap saja tidak ada bukti bahwa Marsha meminjam ponsel Lucy. Apalagi selama ini ia memang membenci Sarah.

Sampai mereka menemukan bukti baru, Lucy tetap di penjara.

Setelah dirawat sekaligus didakwa atas percobaan pembunuhan, Tinna akhirnya dijebloskan ke penjara.

Sarah benar-benar dilarang Marc keluar dari rumah. Lama kelamaan ia bosan juga.

“Kamu ke kantor?” tanya Sarah yang melihat Marc bersiap-siap.

“Iya, hanya sebentar.”

Selesai bersiap, tangan Sarah digandeng menuju sofa. Ia tau Marc pasti akan mengganti perbannya.

“Kalau kamu buru-buru, aku bisa menggantinya sendiri kok.”

Lagi-lagi, Marc hanya menggeleng. Perlahan ia membuka perban dan mengamati luka Sarah. Ia bahkan memfoto lalu terlihat mengetik entah pada siapa.

“Dokter bilang luka ini sudah kering. Tidak perlu ditutup lagi.”

Setelah berkata dua kalimat, Marc membersihkan luka dan mengoleskan salep. Kalau saja bicaranya tidak irit, Sarah pasti akan lebih menyukai Marc.

“Sudah. Aku berang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   75. Pertemuan Kejutan

    Sepanjang perjalanan, Frank dan Sarah bernostalgia tentang Thomas, Ayah Sarah. Namun kali ini, mereka membicarakan hal yang lucu dan menyenangkan. Thomas tidak ingin menantunya mengenang hal-hal sedih tentang Ayahnya.“Kalau keadaan sudah membaik, Papa mau mengajakmu berziarah ke makam Thomas, ya.”Sarah mengangguk. “Iya, Pa. Sarah mau.”“Kapan terakhir kali kamu ke makam?”“Saat tau Sarah hamil.”Frank mengangguk. “Thomas dan Adara pasti bahagia sekali melihatmu sekarang.”“Memang benar ya, Pa. Orang tua yang sudah meninggal bisa melihat kita?”Kekehan kecil keluar dari tenggorokan Frank. “Papa tidak tau, sih. Tapi, mari kita anggap saja begitu, sehingga dalam setiap langkah, kita bisa tidak terlalu sedih mengenang mereka.”Benar juga. Sarah mengangguk setuju. Mulai sekarang, ia akan menganggap orang tuanya selalu melihatnya dan ingin ia berbahagia.Mobil mereka memasuki gedung apartemen mewah. Di dalam lift, Sarah menceritakan apa saja yang ia lakukan jika sedang berada di apartemen

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   76. Nostalgia

    “Apa? Wow ... ini benar-benar kejutan!” Sarah membelalakkan matanya.Namun melihat wajah sendu Frank, antusias Sarah berkurang. Mereka menatap Ibu Irma yang telah berjalan kembali dengan baki di tangannya.Bahkan, Sarah dapat melihat tangan Ibu Irma yang gemetar saat meletakkan cangkir teh dan piring kue di depan Frank.“Silahkan diminum dan dimakan.” Ibu Irma tersenyum pada Frank dan Sarah.Frank tidak pernah menolak kue tersebut. Ia segera mengambil dan memakannya. Wajahnya tampak menikmati sekali.“Keahlianmu sejak dulu belum berubah. Jago masak.” Frank memuji Ibu Irma. “Dan apa kamu ingat, aku selalu menjadi yang pertama kali mencicipi masakanmu.”“Kamu menilai dengan tidak jujur. Masa semua kamu bilang enak.” Ibu Irma terkekeh mengenang saat itu.Kepala Frank menggeleng keras. “Aku jujur. Memang semuanya enak. Buktinya aku tidak tau kue ini buatanmu dan aku menyukainya. Padahal kamu tau aku tidak terlalu menyukai kue.”Ibu Irma terkekeh. “Aku heran saat Sarah bilang kamu menyukai

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   77. Kekacauan Memori

    “Aku titip Sarah di sini, Irma. Jangan biarkan ia keluar dari apartemen.” Frank berdiri sambil memperhatikan ponselnya.Dengan sigap Irma mengangguk menyanggupi permintaan Frank.“Papa pergi sendiri?” Sarah bertanya dengab nada khawatir.“Tidak. Adrian akan menjemput. Sebentar lagi ia sampai.”Sarah mengangguk. Perutnya seketika kencang kembali. Ia tau ia selalu stress saat mendengar kabar tentang Ibu dan Kakak tirinya.Bagaimana tidak? Ia baru tau betapa bencinya mereka pada dirinya sampai-sampai ibu dan kakak tirinya sangat ingin melenyapkannya dari bumi.“Hati-hati ya, Pa. Sarah akan tunggu di sini.”Frank tersenyum tipis. Pintu apartemen diketuk seseorang. Frank tau itu pasti sang asisten pribadi yang datang menjemput.Ibu Irma membukakan pintu untuk Adrian. Sementara Frank menghampiri Sarah dan mencium dahinya sebelum pergi.Spontan, Sarah memeluk Frank. Hingga akhirnya kedua lengan lelaki setengah baya itu pun melingkari pinggang Sarah.“Maaf, Sarah merepotkan Papa, ya.” Sarah m

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   78. Dunia yang Sempit

    Marc dan Frank mengamati Marsha dari balik jendela. Wanita itu sedang berceloteh tentang kehamilannya. Ekspresi wajahnya terlihat berubah-ubah.Seorang psikiater didatangkan untuk memeriksa kejiwaan Marsha. Ia juga menanyai Frank dan Marc.“Siapa Sarah yang selalu dibicarakan Marsha?” Psikiater menatap Frank dan Marc.“Istriku. Sarah juga merupakan adik tiri Marsha.” Marc menjawab.“Apa betul Sarah menjual ginjalnya pada seorang lelaki kaya raya dan mendapatkan uang banyak?”Marc dan Frank saling melirik. Akhirnya, Marc menceritakan masalah keluarganya. Psikiater tampak mencatat apa yang diungkapkan Marc.“Apa saya bisa bertemu dengan Sarah?”Marc menggeleng. “Saya harus melindunginya. Sarah sedang hamil dan akhir-akhir ini kesehatannya tidak baik karena stress.”Psikiater mengangguk penuh pengertian. “Saya mengerti.”Setelah mengumpulkan informasi lengkap tentang Marsha dan kehidupannya yang lalu, psikiater kembali bicara dengan Marsha. Wanita itu sekilas tampak normal, namun saat bi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   79. Kamu Mencintai Sarah?

    “Kamu tinggal sendirian setiap hari?”Marc mengerutkan kening mendengar pertanyaan Papa-nya pada Ibu Irma. Memangnya kenapa jika Ibu Irma tinggal sendirian? Selama ini baik-baik saja, bukan?Apalagi, gedung apartemen ini relatif aman. Ada petugas keamanan dua puluh empat jam, CCTV di setiap lorong dan lift.“Setiap hari memang sendiri.” Ibu Irma menjawab. “Aman. Keamanan gedung ini sangat baik, kok.”“Ya sudah, hati-hati.”Frank diikuti Adrian segera masuk ke dalam lift. Sarah mencium kedua pipi Ibu Irma sebelum mengikuti suaminya.“Besok, Sarah telepon ya.”Ibu Irma mengangguk dan melambai. Ia pun masuk ke dalam apartemen dan mengunci ganda pintunya.Di dalam lift, Marc masih mengamati Papanya. Lelaki setengah baya itu sedang berdiskusi dengan Adrian tentang renovasi rumah yang baru dibeli Papa.“Papa menginap di rumahku malam ini, kan?”“Hmm ... sebenarnya tidak. Besok pagi, Papa ada janji dengan arsitek di rumah baru itu.”Marc terlihat kecewa. Frank bisa membaca ekspresi wajah put

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   80. Demi Bayi Dalam Rahim

    Marc terdiam mendapat pertanyaan tersebut. Dari caranya berpikir, Frank tau putranya masih ragu pada perasaannya sendiri."Yang pasti kamu sayang pada anak dalam rahim Sarah itu, kan?" cecar Frank lagi."Iya, Pa. Kalau itu sudah pasti."Frank berdecak. "Sayang anaknya masa dengan ibunya tidak."Kalimat bercandaan Frank itu dianggap serius oleh Marc. Embusan napas panjang terdengar dari hidung Marc."Papa sayang padaku tetapi tidak sayang lagi pada Mama, kan?.Apa bedanya?"Segera, Frank menggeleng. "Itu berbeda, Marc. Jangan samakan kondisi dan situasi kamu, Sarah dengan Papa Mamamu."Tidak ada komentar lagi dari Marc. Lelaki itu bersandar malas di punggung sofa dan memainkan ponselnya."Terus-terang saja, situasi dan kondisi Papa Mama membuatku tidak percaya dengan pernikahan.""Marc! Jangan begitu. Banyak yang berhasil. Sangat tidak adil menilai dari yang kurang beruntung dalam pernikahan saja.""Tapi contoh nyata ada di depan mataku. Papa Mama sudah menikah selama puluhan tahun dan

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   81. Penyesalan Lucy

    Sarah bangun lebih dulu sebelum alarm berbunyi. Kandung kemihnya sudah penuh. Akhirnya ia ke kamar mandi sekaligus membilas diri.Belum selesai, Marc masuk. Ia langsung menuju urinoir dan membuang air seninya.“Selamat pagi.” Marc kemudian ikut masuk ke dalam bathtub dalam keadaan tanpa busana.“Pagi juga.”Sapaan itu jarang sekali diucapkan Marc. Sarah berusaha mengalihkan pandangannya pada tubuh Marc dan fokus menyabuni tubuhnya.Selagi ia berusaha, Marc malah menyabuninya. Sarah sampai harus menahan napas merasakan tangan Marc mengusap halus setiap inci kulitnya.“Kamu tidak perlu menyabuniku. Aku bisa sendiri.”Marc sedang menikmati kegiatannya hingga tidak menjawab pernyataan istrinya. Ia fokus menyusuri tubuh Sarah dengan busa di tangan. Setiap lekuk ia perhatikan dengan seksama.Hingga akhirnya ia menyadari bagian tubuhnya mulai menegang. Marc menundukkan kepala dan mengeram pelan. Hingga Sarah spontan mengikuti arah pandang suaminya.“Argghh.” Sarah menutup mata.Entah kenapa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   82. Waktu Berkunjung

    Sarah akhirnya hanya mengamati Marc dan Lucy berbincang di meja lain. Meski begitu, terkadang ia dapat mendengar jelas perbincangan mereka.“Penjara ini jahat, Marc. Hampir setiap hari ada yang menghina bahkan memukuli Mama.” Lucy mengadu pada putranya.Marc terdiam. Ia juga pernah mendengar cerita bahwa penjara wanita yang ditempati ibunya termasuk penjara yang rawan kejahatan fisik. Itu semua karena penjara ini adalah tempat tahanan bagi orang yang menjadi terdakwa kekerasan.Tentu saja yang berada di dalam memang wanita-wanita yang akrab dengan hidup keras dan liar untuk bertahan hidup.Sebenarnya, pengacara Lucy sudah meminta kelonggaran agar Lucy ditempatkan di sel sendiri. Tetapi, hingga saat ini permintaan itu belum dikabulkan.“Bertahan ya, Ma. Mama wanita yang cerdas. Cobalah menghindari masalah dengan wanita-wanita di sini.”“Mama berusaha.”Mereka terdiam. Lucy mengamati Sarah yang sedang menunduk.“Pasti Sarah senang Mama dipenjara.”Cepat, Marc menggeleng. “Sarah bahkan i

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   196. Jangan Mencegahku

    "Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   195. Selalu Begitu

    Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   194. Tidak Mau Membahas

    “Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   193. Capek Marah-Marah

    “Jadi, kamu tidak berfoto sama Vania?” Sarah mengulangi pernyataan Marc yang menyangkal ia berada satu frane bersama Arzan dan Vania.“Tidak.” Marc menggeleng tegas. “Aku lebih dulu yang berfoto berdua dengan Arzan. Setelah itu Vania dan Arzan.”Tetapi, Marc berkata saat itu memang banyak kamera yang mengarah pada mereka. Marc tidak menaruh curiga karena mereka sedang berada di sekolah.“Jadi, kamu jangan berprasangka buruk padaku.”“Siapa yang berprasangka buruk?”“Aku takut kamu cemburu.”Sarah mencebik. “Tidak. Lagipula kalau kamu mau sama Vania, ya silahkan saja.”Marc terperanjat mendengar pernyataan istrinya. “Kok gitu?”“Yaa ... kamu suka nggak sama Vania?”“Enggak lah. Pertanyaanmu aneh sekali, Sayang.”“Ya, sudah. Kalau begitu, aku tidak curiga, cemburu, kesal atau marah padamu.”Marc mengembuskan napas lega. Meski ia jadi merasa aneh karena Sarah seperti cuek saja. Rasanya ia lebih suka Sarah cemburu.Bukankah cemburu tanda cinta? Tanda bahwa seorang istri tidak ingin suamin

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   192. Foto Editan

    Berita peluncuran buku Vania diiringi pemberitaan yang cukup menghebohkan. Beredar gosip bahwa Marc adalah ayah kandung dari anak Vania. Berita mengguncang itu dilengkapi foto Arzan saat kemping di mana anak itu berdiri di antara Marc dan Vania.Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kenapa kamu tidak ikut berfoto, Sarah?” Frank terlihat protes pada menantunya.“Saat akan foto, Vivi rewel, Pa. Jadi aku membawa Vivi ke suster dulu.” Sarah mengembuskan napas berat mendapat berita tersebut. Ia juga tidak tau ternyata Marc berfoto bertiga dengan Arzan dan Vania.“Mama akan marahi suster. Sudah tau Vivi sakit, kenapa ia tidak siaga di dekatmu.” Lucy dengan kesal juga ikut protes.“Aku yang suruh suster menunggu di luar, Ma. Itu kan area khusus pengantar anak-anak yang kemping.”“Lalu, kenapa Vania ikut-ikutan?” Lucy masih tidak terima.Sarah mengaku bahwa ia mengizinkan Vania ikut. Bahkan ia sendiri yang meminta izin pada sekolah agar ibu kandung Arzan itu bisa mengikuti upaca

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   191. Rujuk?

    “Wah sepertinya acara peluncuran buku Vania cukup besar, ya. Itu ada bannernya di depan mall.” Ibu Irma menunjuk promosi yang ia maksud.“Semua event di mall pasti akan diletakkan di depan, Bu. Agar banyak orang yang tertarik.” Irwan menanggapi.Siang ini, Irwan mengantar Ibu Irma ke mall. Vania mengundangnya dalam peluncuran novel terbaru di toko buku terbesar di kota mereka yang berada di lantai dasar mall tersebut.Setelah memarkir kendaraannya, Irwan berjalan di sisi sang Ibu. Tangan Irma memegang undangan dari Vania serta membaca lokasi acara. Seorang sekuriti menunjuk bagian tengah mall yang terlihat ramai.“Kamu yakin tidak mau ikut?” Irma bertanya pada putranya.“Aku kan bukan penggemar novel, Bu. Males, ah.”“Sayang, lho. Undangan ini harusnya untuk dua orang. Sarah juga diundang, tetapi kebetulan Vivi sedang sakit jadi Sarah batal datang.”“Vivi sakit? Sakit apa?”“Badannya anget karena mau tumbuh gigi. Kata Sarah, Vivi jadi rewel banget.”“Oh, kasihan.”Ibu Irma lalu masuk

DMCA.com Protection Status