Share

77. Kekacauan Memori

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku titip Sarah di sini, Irma. Jangan biarkan ia keluar dari apartemen.” Frank berdiri sambil memperhatikan ponselnya.

Dengan sigap Irma mengangguk menyanggupi permintaan Frank.

“Papa pergi sendiri?” Sarah bertanya dengab nada khawatir.

“Tidak. Adrian akan menjemput. Sebentar lagi ia sampai.”

Sarah mengangguk. Perutnya seketika kencang kembali. Ia tau ia selalu stress saat mendengar kabar tentang Ibu dan Kakak tirinya.

Bagaimana tidak? Ia baru tau betapa bencinya mereka pada dirinya sampai-sampai ibu dan kakak tirinya sangat ingin melenyapkannya dari bumi.

“Hati-hati ya, Pa. Sarah akan tunggu di sini.”

Frank tersenyum tipis. Pintu apartemen diketuk seseorang. Frank tau itu pasti sang asisten pribadi yang datang menjemput.

Ibu Irma membukakan pintu untuk Adrian. Sementara Frank menghampiri Sarah dan mencium dahinya sebelum pergi.

Spontan, Sarah memeluk Frank. Hingga akhirnya kedua lengan lelaki setengah baya itu pun melingkari pinggang Sarah.

“Maaf, Sarah merepotkan Papa, ya.” Sarah m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   78. Dunia yang Sempit

    Marc dan Frank mengamati Marsha dari balik jendela. Wanita itu sedang berceloteh tentang kehamilannya. Ekspresi wajahnya terlihat berubah-ubah.Seorang psikiater didatangkan untuk memeriksa kejiwaan Marsha. Ia juga menanyai Frank dan Marc.“Siapa Sarah yang selalu dibicarakan Marsha?” Psikiater menatap Frank dan Marc.“Istriku. Sarah juga merupakan adik tiri Marsha.” Marc menjawab.“Apa betul Sarah menjual ginjalnya pada seorang lelaki kaya raya dan mendapatkan uang banyak?”Marc dan Frank saling melirik. Akhirnya, Marc menceritakan masalah keluarganya. Psikiater tampak mencatat apa yang diungkapkan Marc.“Apa saya bisa bertemu dengan Sarah?”Marc menggeleng. “Saya harus melindunginya. Sarah sedang hamil dan akhir-akhir ini kesehatannya tidak baik karena stress.”Psikiater mengangguk penuh pengertian. “Saya mengerti.”Setelah mengumpulkan informasi lengkap tentang Marsha dan kehidupannya yang lalu, psikiater kembali bicara dengan Marsha. Wanita itu sekilas tampak normal, namun saat bi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   79. Kamu Mencintai Sarah?

    “Kamu tinggal sendirian setiap hari?”Marc mengerutkan kening mendengar pertanyaan Papa-nya pada Ibu Irma. Memangnya kenapa jika Ibu Irma tinggal sendirian? Selama ini baik-baik saja, bukan?Apalagi, gedung apartemen ini relatif aman. Ada petugas keamanan dua puluh empat jam, CCTV di setiap lorong dan lift.“Setiap hari memang sendiri.” Ibu Irma menjawab. “Aman. Keamanan gedung ini sangat baik, kok.”“Ya sudah, hati-hati.”Frank diikuti Adrian segera masuk ke dalam lift. Sarah mencium kedua pipi Ibu Irma sebelum mengikuti suaminya.“Besok, Sarah telepon ya.”Ibu Irma mengangguk dan melambai. Ia pun masuk ke dalam apartemen dan mengunci ganda pintunya.Di dalam lift, Marc masih mengamati Papanya. Lelaki setengah baya itu sedang berdiskusi dengan Adrian tentang renovasi rumah yang baru dibeli Papa.“Papa menginap di rumahku malam ini, kan?”“Hmm ... sebenarnya tidak. Besok pagi, Papa ada janji dengan arsitek di rumah baru itu.”Marc terlihat kecewa. Frank bisa membaca ekspresi wajah put

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   80. Demi Bayi Dalam Rahim

    Marc terdiam mendapat pertanyaan tersebut. Dari caranya berpikir, Frank tau putranya masih ragu pada perasaannya sendiri."Yang pasti kamu sayang pada anak dalam rahim Sarah itu, kan?" cecar Frank lagi."Iya, Pa. Kalau itu sudah pasti."Frank berdecak. "Sayang anaknya masa dengan ibunya tidak."Kalimat bercandaan Frank itu dianggap serius oleh Marc. Embusan napas panjang terdengar dari hidung Marc."Papa sayang padaku tetapi tidak sayang lagi pada Mama, kan?.Apa bedanya?"Segera, Frank menggeleng. "Itu berbeda, Marc. Jangan samakan kondisi dan situasi kamu, Sarah dengan Papa Mamamu."Tidak ada komentar lagi dari Marc. Lelaki itu bersandar malas di punggung sofa dan memainkan ponselnya."Terus-terang saja, situasi dan kondisi Papa Mama membuatku tidak percaya dengan pernikahan.""Marc! Jangan begitu. Banyak yang berhasil. Sangat tidak adil menilai dari yang kurang beruntung dalam pernikahan saja.""Tapi contoh nyata ada di depan mataku. Papa Mama sudah menikah selama puluhan tahun dan

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   81. Penyesalan Lucy

    Sarah bangun lebih dulu sebelum alarm berbunyi. Kandung kemihnya sudah penuh. Akhirnya ia ke kamar mandi sekaligus membilas diri.Belum selesai, Marc masuk. Ia langsung menuju urinoir dan membuang air seninya.“Selamat pagi.” Marc kemudian ikut masuk ke dalam bathtub dalam keadaan tanpa busana.“Pagi juga.”Sapaan itu jarang sekali diucapkan Marc. Sarah berusaha mengalihkan pandangannya pada tubuh Marc dan fokus menyabuni tubuhnya.Selagi ia berusaha, Marc malah menyabuninya. Sarah sampai harus menahan napas merasakan tangan Marc mengusap halus setiap inci kulitnya.“Kamu tidak perlu menyabuniku. Aku bisa sendiri.”Marc sedang menikmati kegiatannya hingga tidak menjawab pernyataan istrinya. Ia fokus menyusuri tubuh Sarah dengan busa di tangan. Setiap lekuk ia perhatikan dengan seksama.Hingga akhirnya ia menyadari bagian tubuhnya mulai menegang. Marc menundukkan kepala dan mengeram pelan. Hingga Sarah spontan mengikuti arah pandang suaminya.“Argghh.” Sarah menutup mata.Entah kenapa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   82. Waktu Berkunjung

    Sarah akhirnya hanya mengamati Marc dan Lucy berbincang di meja lain. Meski begitu, terkadang ia dapat mendengar jelas perbincangan mereka.“Penjara ini jahat, Marc. Hampir setiap hari ada yang menghina bahkan memukuli Mama.” Lucy mengadu pada putranya.Marc terdiam. Ia juga pernah mendengar cerita bahwa penjara wanita yang ditempati ibunya termasuk penjara yang rawan kejahatan fisik. Itu semua karena penjara ini adalah tempat tahanan bagi orang yang menjadi terdakwa kekerasan.Tentu saja yang berada di dalam memang wanita-wanita yang akrab dengan hidup keras dan liar untuk bertahan hidup.Sebenarnya, pengacara Lucy sudah meminta kelonggaran agar Lucy ditempatkan di sel sendiri. Tetapi, hingga saat ini permintaan itu belum dikabulkan.“Bertahan ya, Ma. Mama wanita yang cerdas. Cobalah menghindari masalah dengan wanita-wanita di sini.”“Mama berusaha.”Mereka terdiam. Lucy mengamati Sarah yang sedang menunduk.“Pasti Sarah senang Mama dipenjara.”Cepat, Marc menggeleng. “Sarah bahkan i

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   83. Hey, Itu Suamiku!

    “Bagaimana ini bisa terjadi?”“Ada apa?” Marc dengan wajah khawatir langsung mendekati Dokter Samuel dan istrinya.Namun pertanyaan penasaran itu tidak dijawab. Dokter Samuel malah sibuk membuka-buka berkas dan membacanya. Selain itu ia juga banyak mengajukan pertanyaan pada Sarah.“Dan kamu sedang hamil satu bulan sekarang?”Sarah mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Dokter Samuel. Kali ini ia khawatir. Apa kehamilannya akan terganggu?Dokter Samuel mengembuskan napas panjang. Lelaki berjas putih itu meminta suster membantu Sarah kembali berpakaian karena ia telah selesai memeriksa pasiennya.Mereka harus sabar menunggu karena saat ini Dokter sedang menulis beberapa catatan pada berkas kesehatan Sarah. Setelah itu, ia meminta Frank naik ke atas ranjang hidrolik.Hanya sebentar waktu yang Dokter Samuel butuhkan untuk memeriksa Frank. Ia melihat berkas data bahwa Frank sangat rajin memeriksakan kesehatannya pasca operasi. Kini, semuanya duduk di kursi dan menunggu penjelasan Dokt

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   84. Gangguan Jiwa

    “Kamu mengenaliku?”Marsha tersenyum menatap Marc. Wanita yang masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit itu terkekeh. “Kamu suamiku yang tampan dan kaya raya.”Marc menggeleng keras dan membalas, “Bukan. Aku bukan suamimu.”Seketika wajah Marsha menegang. Secara tiba-tiba ia melihat Sarah lalu tangannya terjulur berusaha menggapai adik tirinya tersebut.“Kamu pelakor! Iya, kan? Kamu yang merebut suamiku. Tolong! Ada pelakor!” Marsha menjerit kembali tak terkendali.Kegaduhan itu mulai menjadi perhatian para pengunjung dan staff rumah sakit. Seorang dokter berlari mendekat lalu memerintahkan Marsha dibawa ke ruang perawatan.Tentu saja Marsha meronta. Ia memanggil-manggil nama Marc dengan suara keras. Frank dan Marc memandang dengan wajah Marsha tanpa belas kasihan.Sementara Sarah terlihat takut. Ia menggigit bibirnya dan menunduk hingga Marc sadar lalu segera memeluk Sarah serta menenangkannya.“Tenang.”Sarah mengangguk mendengar satu kata dari Marc. Sebenarnya ia sangat ingin pu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   85. Berbalas Pesan

    Frank menghampiri Sarah. Ia duduk di depan menantunya dan menatap Sarah dan mengelengkan kepala.“Terbuat dari apa hatimu, Sarah. Mereka menghinamu, membuangmu, membohongi, mengancam bahkan melakukan percobaan pembunuhan tetapi kamu masih mau membantu mereka.”“Kasihan mereka, Pa. Siapa lagi yang bantu kalau bukan aku?”“Dan menurutmu mereka akan berterima kasih padamu?”“Aku tidak butuh ucapan terima kasih, Pa.”Marc akhirnya juga gemas mendengar ucapan istrinya. Lelaki itu membuang napas berat sebelum berkata tegas pada Sarah.“Lalu, jika kamu membantu mereka dan mereka meminta maaf kamu bersedia memaafkan?”Sarah tidak langsung menjawab. Ia bingung sendiri. Otaknya mengatakan ibu dan kakak tirinya tidak akan pernah menyesal dan berbaik hati padanya namun hati kecilnya tetap merasa kasihan pada mereka.“Biarkan Adrian yang mengurus aset itu, ya. Tolong Papa, Jangan berhubungan lagi dengan Tinna dan Marsha.”Akhirnya Sarah mengangguk setuju atas permintaan Frank. Marc terkesima melih

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   202. Mengaku Salah

    “Maafkan aku. Aku mengaku salah.” Khanza menunduk dalam-dalam.Adrian dan pengacara mendatangi kantor penerbit buku Vania. Mereka memberikan data bahwa Khanza membuat berita kebohongan agar publik tertarik pada cerita Vania dan membeli buku terbarunya.Direktur penerbitan menggeleng samar melihat data-data tersebut. Ia tidak menyangka Khanza berbuat seperti itu.“Aku melakukannya untuk Vania.” Khanza berkilah, membela diri.“Aku yakin Vania pun tak setuju kamu membantu dengan cara ini.” Adrian mengecam.“Vania sedang tidak fokus. Banyak pikiran. Jadi, aku pikir, aku perlu membantunya sedikit.”Direktur menggeleng. Ia juga tampak tidak setuju. Apalagi sampai ada pengacara yang menuntut mereka.“Masalahnya, Nona.” Pengacara menatap wajah Khanza dengan pandangan tajam. “Yang anda cemarkan adalah keluarga Carrington, terutama Tuan Marc.”“Lelaki yang selama ini terkenal dingin dan tidak bersosialisasi dengan media.” Adrian menambahkan.Direktur menengahi. Mereka akan membuat pengumuman pe

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   201. Terima Kasih

    Pagi di bumi perkemahan cukup cerah setelah semalaman hujan. Pengelola bahkan tidak mengizinkan peserta kemping untuk melakukan trekking.“Terus kita ngapain, Om?” Arzan mengguncang-guncang tangan Irwan.“Masih ada pilihan untuk memancing. Kamu mau?”“Om bisa memancing?”“Bisa, dong.”“Mauuu.” Arzan menjerit senang.Vania menatap kebersamaan Irwan dan Arzan. Seandainya Bryan masih hidup, mungkin yang berdiri di depannya sekarang ada sosok Bryan dan Arzan. Vania menggeleng membuyarkan lamunannya.Telah lima tahun berlalu, tetapi rasanya masih sama. Kehilangan dan kedukaan itu masih sangat jelas di mata Vania.“Ibu, ayo ikut memancing,” ajak Arzan.Vania tau, Arzan pasti disuruh Irwan. Ia sebenarnya tidak tau apa-apa tentang memancing, tetapi demi menemani Arzan, Vania mengangguk.Perahu disiapkan pengelola perkemahan. Vania melihat Irwan berbincang dengan penjaga Arzan. Seperti setiap kegiatan Arzan, harus dilaporkan pada keluarga Carrington.Akhirnya mereka bertiga di atas perahu. Mer

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   200. Pendengar yang Baik

    Irwan menunggu. Vania mungkin sedang mengumpulkan kekuatan untuk memceritakan kisah kelamnya pada seseorang. Apalagi ia adalah orang baru yang pertama kali ditemui."Aku dan Bryan, ayah Arzan menikah tanpa restu. Kami lari dari keluarga karena memilih mempertahankan cinta."Vania mengembuskan napas kasar. Ia menyandarkan punggung pada dinding. Jari-jari tangannya saling bertautan."Di perkemahan seperti ini lah kami berbulan madu. Tiga bulan kemudian, aku hamil. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan berikutnya, Bryan didiagnosis menderita kanker usus."Isakan Vania membuat Irwan memeluk erat Arzan. Ia tak ingin Arzan terbangun. Vania lalu sadar untuk segera menguasai diri.Sembari mengatur napas, Vania mengusap air matanya. Kini ia duduk sambil memeluk kaki-kakinya yang ditekuk.Dalam keadaan hamil, Vania merawat Bryan. Bryan cukup tegar dan berusaha menjalani pengobatan didampingi Vania.Pilihan itu datang saat Vania melahirkan. Kondisi Bryan bertambah lemah. Keuanga

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   196. Jangan Mencegahku

    "Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   195. Selalu Begitu

    Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   194. Tidak Mau Membahas

    “Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran

DMCA.com Protection Status