"Iya mas, nggak ap-apa aku paham dan mengerti. Lama kan aku nanti sebentar akan aku tunggu," ucap Tiara dengan tersenyum.
"Baiklah sayang, terima kasih sudah memahami kondisiku sayang. Aku sangat menyayangimu dan mencintaimu Tiara,"ungkapku dengan tersenyum.
"Sama-sama mas Adrian, aku juga sangat menyayangi dan mencintaimu sayang. Kamu adalah suami kesayanganku," ucap Tiara dengan tersenyum.Aku dan Tiara saling memuji satu sama lain, setelah kami saling memuji satu sama lain.
Aku dan Tiara, saling memuji satu satu sama lain. Kami berdua adalah sepasang suami istri yang sangat serasi."Mas ini bawa makanan dan pakaian untuk kamu bawa ke Aceh iya," ucap Tiara dengan senyuman."Iya sayang, terima kasih iya istriku sayang. Karena kamu udah care dan peduli kepadaku," ucapku dengan mengecup kening istriku."Sama-sama mas, sungguh sesuatu kebanggaan bagiku bisa membahagiakanmu. Sudah kewajiban seoBenar saja aku mulas sekali, aku menuntaskan hajatku sebanyak sepuluh kali. Setelah selesai, aku membuang hajat air besarku. Aku buang hajat, kurang lebih selama dua jam. Setelah usai aku kembali tertidur karena sudah malam sekali.Revin dan aku berangkat dinas bersama, aku dan Revin ketika berdua mempergunakan bahasa asing jika tidak ada prajurit lain."Pourquoi es-tu Adrien ? Ton visage est si pâle, tu es malade ?" tanya Revin kepadaku. Dalam bahasa Perancis, ia dengan tersenyum.(Kamu kenapa Adrian? Wajahmu pucat sekali, apakah kau sakit?)"Oui, je suis malade, j'ai vraiment mal au ventre, Revin. Avez-vous un médicament efficace contre les maux d'estomac?" jawab dan tanyaku kepada Revin.(Iya aku sedang sakit, sangat sekali perutku Revin. Kamu ada obat sakit perut yang mujarab?)"Vous venez de boire de nouveaux diatabs," jawab Revin dengan tersenyum.(Ada kamu minum saja ne
Aku merasakan seakan cahaya sangat gelap, aku merasakan sekujur tubuhku sakit. Karena banyak peluru yang bersarang di dalam tubuhku, aku merasakan obat bius menancap di tubuhku. Setelah selesai di bius, aku tidak merasakan apa-apa, walaupun cahaya hitam dan pekat. Cahaya seakan sangat pekan dan tak bersilau. Seakan ada suara, yang melarangku ke tempat ruangan yang sangat gelap."Kamu belum saatnya pergi, kamu masih dapat hidup. Jadilah orang yang sangat berguna bagi nusa, bangsa agama dan negara. Kamu harus hidup Adrian berjuanglah ikuti arah cahaya putih itu nanti kamu akan bertemu dengan keluargamu dan orang-orang yang kamu sayangi," ucap seseorang yang tidak aku kenal.Aku mengikuti cahaya putih, ketika aku sadarkan diri. Sudah ada kawan-kawanku, Komandan, Ayah, Ibu, Mami, Papi dan kedua adikku. Tetapi aku tidak melihat Tiara istriku, apakah mungkin Tiara istriku sedang sibuk di Papua. Makanya dia tidak hadir dan datang, padahal aku sangat merindukannya.
Meneer, breng me alstublieft naar uw land, ik wil dat u mij als kind adopteert. Help me, ik ben alleen," ucap Debora dengan menatap sedih ke arahku.(Pak tolong bawa saya ke Negara Bapak, saya ingin Bapak mengangkat saya sebagai anak. Tolong saya saya sebatang kara,)"Maar ik kan niet meteen beslissen zoon, ik moet praten met mijn vrouw, familie en commandant. Als ze het ermee eens zijn, zal ik je als kind adopteren," ucapku dengan tersenyum.(Tetapi saya tidak dapat memutuskan langsung nak, saya harus bicarakan ke istri, keluarga dan Komandan saya. Jika mereka setuju saya akan mengangkatmu sebagai anak,)Aku akhirnya remukan bersama kawan militerku, bersama Komandanku. Bapak Komandanku mengusulkan untuk aku segera menghubungi keluargaku dan istriku."Adrian saran saya kamu segera menghubungi keluargamu dan istrimu, masalahnya anak ini sebatang kara. Gadis ini hanya meminta kau menjadi ayahnya," ucap Komandanku dengan tersen
"Ya ampun sayang, jangan menangis sayang. Mama nggak bermaksud nak," ucap Tiara dengan mengecup Debora."Iya Nggak apa-apa Ma, aku juga yang salah karena berbicara bahasa Neterland. Tanpa memikirkan peraasaan Mama yang nggak paham dan mengerti bahasa Neterland,"ungkap Debora dengan senyuman."Maaf kan Mama nak, kamu bisa kok mengajari Mama bahasa Neterland. Mama mau belajar kok," ucap Tiara dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya."Terima kasih Mama," ucap Debora yang memeluk Tiara.Sungguh pemendangan indah dan menakjubkan, istri dan anak-anakku berpelukan.Tiara di rawat kurang lebih seminggu, aku menggendong Baby Bayu sedangkan Debora memapah Tiara. Kami pulang dengan mengendarai taksi.Setibanya di rumah, Tiara langsung aku baringkan di tempat tidur bersama Bayu. Debora beres-beres rumah sedangkan aku memasak untuk kami.Setelah selesai aku memasak, aku segera menghindang kepada anak dan istriku. Sem
"Kau sedang apa Adrian?" tanya Ragil sinis kepadaku."Aku sedang menunggu kehadiran putriku Debora," jawabku singkat."Hebat sekali kau Adrian, padahal tampang kau jelek sekali. Kok mau gadis bule menjadi selingkuhanmu dan bodohnya lagi istrimu Tiara mau menerima anak hasil perselingkuhanmu dengan gadis bule itu," ejek Ragil kepadaku dengan berbisik.Darahku langsung mendidih, mendebgarkan penghinaan ini. Aku hanya membalasnya dengan senyuman kecut. Aku hanya menyindir balik hingga ia terbungkam."Terserah kamu mau bicara apa tentangku dan keluargaku, ketahuilah Debora adalah putriku dengan Tiara. Aku tidak peduli masa lalu Debora di Neterland dengan keluarga lamanya yang aku ketahui sekarang Debora putriku, iya dia putri pertamaku dengan Tiara. Aku akan menjaga dan melindunginya," ungkapku dengan menyidirnya balik.Ternyata Tiara, mendengarkan pembicaraan kami. Tiara masuk dengan anggunnya. Putriku mengenakan gaun khas gaya gadis Eropa
Putra kesayangan kami terbangun, aku langsung menenangkan putra kesayanganku.Aku memeluk dan mengecupnya, memberikan pelukan terbaik sebagai seorang Papa."Cep Bayu sayang, jangan menangis nak. Suaramu kencang sekali nak. Sangat menggelegar," ucapku dengan mengecup kening putraku.Putraku sekarang sudah tidak menangis lagi, aku kini mengecup kening Tiara.Karena sudah malam, aku menidurkan istri dan anakku.Besok pagi aku akan berangkat pagi sekali, aku yang terbangun pagi sekitar jam empat pagi. Aku segera berangkat ke Bataliaon. Aku langsung melaporkan masalah ini kepada Komandan Batalionku."Permisi Komandan, ada yang saya ingin bicarakan. Dengan Komandan masalah penting Komandan," ucapku dengan membawakan bukti yang mengarahkan tentang penghinaan Ragil kepadaku dan keluargaku."Baik Apa yang ingin kamu sampaikan Adrian? Saya akan dengarkan, itu bukti apa Adrian yang kamu berikan ke saya?"
Aku dan Tiara, berusaha untuk menenangkan putraku Bayu. Bayu masih menangis, Bayu menangis dengan sangat lamanya. Setelah di tenangkan akhirnya Bayu tenang dan tidak menangis lagi."Akhirnya Bayu tidur juga," ucapku dengan tersenyum."Sayang Bayu sudah tertidur, sebaiknya kita tertidur sayang. Sudah malam juga, besok kan kamu mau dinas," ajak Tiara dengan senyuman.Aku dan istriku Tiara kembali tertidur. Aku yang sangat mengantuk akhirnya tertidur kembali setelah Tiara lebih dahulu tertidur dengan pulasnya.Aku terbangun pagi sekali, sekitar jam empat pagi. Aku segera mandi, setelah aku telah rapih mengenakan seragam Militer PDL (Pakaian Dinas Loreng.)Aku mengajak Tiara, untuk keluar dari kamar menuju ruang makan. Nampaknya putri kami Debora sedang menyiapkan sarapan untuk kami.Untuk kami ber dua dia memasak Nasi Goreng, sedangkan untuk dirinya putri kami sarapan dengan roti
Aku merasa apa yang Ragil fitnahkan untukku, sungguh sangat keterlaluan sekali. Aku menghamipirinya dan bertanya maksudnya apa dia memfitnah aku seperti itu."Ragil kamu kenapa?" tanyaku."Aku nggak apa-apa Adrian," jawab Ragil dengan santainya."Kenapa kamu jahat Ragil?" tanyaku kepadanya dengan emosi yang sudah meningkat."Aku nggak paham Adrian," jawab Ragil dengan santainya."Kamu nggak paham? Kamu yakin nggak paham?" tanyaku dengan tatapan sengit."Iya aku memang nggak paham," jawab Ragil dengan singkat."Untuk apa kau meminta maaf, jika kamu memfitnah aku. Kau tak pernah berubah Ragil," ucapku dengan nada meninggi."Aku minta maaf Adrian, tolong maafkan aku Adrian. Maafkan atas kesalahanku," ungkap Ragil dengan permintaan penuh penyesalan."Baiklah aku akan memaafkan, aku akan memaafkan semua kesalahanmu. Kesalahan yang kamu lakukan kepadaku," ucapku dengan tersenyum ketus.