Share

SekolahDua

Penulis: Irma Hasmi Siahaan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Re,?" Panggilku  melambaikan tangan seraya memperlihatkan kotak cincin.

"Wiiiih apaan tuh? Cincin emas?" tanya Rere penasaran. Rere langsung merampas kotak cincin itu dan memperhatikannya.

"Kalau beneran emas bisa kita jual ni,Ci!" sambungnya lagi membolak-balik kotak itu.

"Iya 'kan? Lumayan tuh 500 rebu gak kemana!" jawabku penuh semangat.

"Aku buka,ya?" 

"Jangan, biar aku aja. Nanti kalau kau yang buka, yang tadinya emas asli bisa jadi emas palsu,hahaha,"

"Dasar kamvret, nah ambil. Buka cepat kepo aku ni" ucap Rere dengan mengembalikan kotak cincin itu.

"Oke, aku buka ya. Bismillah,satu dua ti..."

Mata kami terbelalak melihat isi yang ada di kotak itu. Isi di dalamnya benar benar di luar perkiraan.

Aku dan Rere diam dan saling pandang lalu, "Hahahahaha" Rere ketawa terpingkal-pingkal melihat isinya.

Aku yang tadinya kaget juga ikut ketawa.

"Hahaha, mamam tuh cincin emas!" ucap Rere mengejek, masih dengan ketawa besarnya.

"Hahaha resek tuh si Bobi, cincin bapaknya di kasihnya ke aku. Buat apa cobak,cincin batu giok begini. Yaelah gak modal amat!" 

Isi dari kotak merah itu bukanlah cincin emas yang seperti aku bayangkan, melainkan cincin dengan besi putih dan ada batu giok berwarna merah di tengahnya. 

Sama persis seperti cincin orang tua.

"Bobi bukan nyuruh kau jadi pacarnya, tapi jadi dukunnya. Haha,duh sakit perut aku liat cincin nya" 

"Haha pasti bapaknya di rumah lagi kecarik'an cincin nih. Memang deh tuh si Bobi, pantes aja ke campak di kelas E,  pa*oknya kelewatan sih!"

"Jual lah,Ci. 500 rebu tuh!" ucap Rere terus mengejek.

Seharusnya aku juga berpikir, dari mana coba anak SMP bisa beli emas. Walaupun si Bobi itu banyak uang, tapi aku yakin keuangannya pasti tetap di kontrol oleh orang tuanya.

"Kau aja yang jual,Re. Nanti uangnya untuk kau semua gakpapa deh, ikhlas aku!"

"Eh tapi kadang cincin beginian emang bisa di jual lo,Ci"

"Bodoh amat ah, untuk kau aja, nih sekalian untuk ruang tamu kau!" ucapku sambil melempar bunga yang ada di kantongku.

"Eh buset dah si Bobi,hahah bunga mawar kristal !. Fix ini bunga mamaknya, dan ini cincin bapaknya. Haha"

"Gila emang tuh si Bobi, orang kaya tapi ngasi hadiah malah comot yang ada dirumahnya!"

"Udah terima aja,Ci. Kan lumayan buat pajangan!"

"Ogah! Untuk kau aja, males pun aku bawanya yang ada jadi pertanyaan si emak!"

"Lah terus gak mungkin juga aku bawa pulang,Ci."

"Sedekahin aja kalau gak di buang,Re!"

"Kejam bed kau ah!"

"Bodo amat!"

Mood ku jadi jelek garagara cincin itu, kotaknya membuat aku sukses berekspektasi terlalu tinggi.

Tapi isinya benar benar zonk. 

"Duh" ucapku kaget saat ada botol minum bekas melayang tepat di belakangku.

"Rasain tuh karma dari hasil ngerjai orang!" ucap Prima sewot sambil mengacak pinggang.

Gara gara kotak cincin tadi aku jadi lupa dengan Prima yang tadi kerjain. 

"Hehe maaf prim, tadi niatnya emang mau ambil kertas, eh tapi malah salah jalan!" jawabku membela diri.

"Alasan aja!!

"Ya udah deh, nih aku kasih hadiah biar kau gak marah lagi," sahut Rere sambil memberikan cincin itu ke tangan Prima.

"Apaan nih?" tanya Prima yang kelihatan bingung.

"Cincin loh,Prim. Manatau kau suka yakan, tapi jangan bilang dari kami !"

"Kenapa rupanya jangan bilang dari kalian? Kalian dapat dari mencuri,ya?"

Plakk, Spontan tangan ku memukul kepala Prima dengan botol bekas tadi di lempar karena kaget dengan ucapannya.

"Duh,sakit tau!" Prima meringis memegang kepalanya.

"Rasain tuh, mulut di jaga jangan ngasal. Enak aja bilang dari mencuri, emang tampang kami, tampang pencuri apa!" ucapku sewot.

"Kan aku cuma nanyak!"

"Nanyak tuh pakek ini," Jawab Rere seraya menunjukan kepalanya.

Melihat kami yang sewot, ekspresi Prima berubah jadi takut. Padahal tadi dengan sok gayanya dia memarahi ku. Dasar, gak punya nyali aja sok sok'an.

"Iya maaf deh!" ucap Prima memelas. 

"Kau kira maaf geratis? Bayar tau dua rebu!" ucapku mencoba mengerjai Prima lagi.

Enak bener emang punya kawan yang polos  kayak Prima, gampang di kerjain!

"Kok bayar?" kulihat Prima semakin bingung.

"Tinggal bayar susah amat sih, nanti aku bilangin ke anak anak yang lain mau? Kalau kau suka memfitnah, biar gak ada lagi yang ngirim surat samamu!" ucap Rere menakut nakuti Prima.

Melihat ekspresi Prima yang semakin aneh, aku tak tahan menahan tawa.

"Cepat buruan!" sambung Rere.

"Yaudah nih dua rebu!" sahut Prima sambil memberi uang 2 ribuan ke Rere.

"Nah gitu,dong! Baik baik kau jadi orang yaa, jangan asal ngomong lagi loh. Yuk,Ci!" 

Aku dan Rere pun kembali berlalu dari hadapan Prima.

"Jahat kau,Re. Malak anak orang!"

"Kan kau luan yang malak?"

"Haha kan aku cuma pura pura,Re.!'

"Ah bodo amatlah, yang penting dapat dua rebu bisa belik teh gelas!"

Semoga kejahilan kami ini tidak membawa kami ke ruangan BP. Haha.

Aku dan Rere memasuki kelas masing masing. Dulunya kami sekelas, tapi karena kami sering ribut makanya kami dipisah.

Padahal sangat nyaman kalau sekelas sama orang yang sama bocornya.

Aku duduk sebangku dengan anak yang cukup diam tapi pintar namanya Raya.

Bukan aku yang memilih duduk disebelahnya, tapi wali kelas yang menyuruhku.

Katanya biar aku bisa mencontoh perilaku Raya yang tidak lasak sepertiku.

Ada ada saja wali kelas ku itu!

Bab terkait

  • Playgirl Kelas Teri   Bang Ardan

    Aku duduk sebangku dengan anak yang cukup diam tapi pintar,namanya Raya.Bukan aku yang memilih duduk disebelahnya, tapi wali kelas yang menyuruhku.Katanya biar aku bisa mencontoh perilaku Raya yang tidak lasak sepertiku.Ada ada saja wali kelasku itu!"Ray, kau tau Bobi gak?" tanyaku di sela guru menjelaskan."Syutt, jangan bicara saat guru sedang menjelaskan,Ci!" jawab Raya berbisik.Memang tidak enak duduk bersebelahan dengan Raya. Seperti tak ada kehidupan.Sangat senyap.Pelajaran yang di jelaskan pun sama sekali tak masuk di kepala ku, yang ada membuat aku menjadi ngantuk. Di tambah tak ada kawan yang bisa ku ajak bicara."Ray?" panggilku, mencoba mengajak bicara sekali lagi."Jangan berisik,Uci!" sentak Raya dengan mata sedikit melotot tanda tak suka."Dasar kuper" ucapku dalam hati.Karena ngantuk yang tak bisa ku tahan, aku pun memutuskan untuk ke toilet mencuci muka. Dari pada aku yang ketiduran,

  • Playgirl Kelas Teri   Hukuman

    "Uci?" Panggil lagi seseorang dari belakang yang membuat jantungku benar benar ingin lepas dari tempatnya.Kenapa banyak sekali orang mengagetkanku."Ngapain disini?" tanyanya lagi."Eh Rere?" ucapku gugup. Kok Rere juga bisa ada di luar jam kelas? Apa dia kebelet juga?"Bang Ardan?" ucap Rere yang terkejut melihat ada sosok manusia tampan di depannya.Bang Ardan hanya mengangguk dan tersenyum."Gila,Ci. Lesung pipitnya makin dalam!" ucap Rere berbisik."Berisik, ah!""Yasudah abang balik dulu ya,Ci. Nanti malam kalau tidak sibuk abang telfon" ucap bang Ardan melelehkan hatiku."Iya hati hati bang Ardan!" ucapku melambaikan tangan.Kaki serasa tak sanggup lagi untuk berpijak melihat aura bang Ardan yang bener bener memukau."Parah kau ah,Ci. Jumpa cogan gak ngajak ngajak. Malah mau di telfon lagi, teman makan teman kau ah!" ucap Rere cemberut."Haha apa pulak teman makan teman, emangnya ada ku rebut

  • Playgirl Kelas Teri   Dikejar Bobi

    Dari kejauhan kulihat sosok yang sangat kukenal. Rere sedang ketemuan dengan cowok berseragam SMA."Tumben gak ngajak!"gumamku merasa aneh. Biasanya kami selalu berbarengan, apalagi kalau soal cowok.Apa Rere bener bener tersinggung karena pertemuan ku dengan bang Ardan tadi?Tapi pertemuan tadi kan juga tidak ku rencanakan.Aku meneruskan langkahku ke tempat Rere, pura pura gak tau sepertinya lebih baik."Uci?" Teriak seseorang dari belakang mengagetkan ku. Banyak sekali hari ini yang membuatku terkejut.Kulihat kebelakang ternyata Bobi yang memanggil.Duh lagi lagi dia, untuk saat ini aku harus menghindar dari Bobi, karena aku belum menemukan jawaban yang tepat atas pertemuan tadi.Aku langsung berlari sekuat tenaga menjauh dari Bobi, saat aku menoleh kebelakang rupanya Bobi ikut mengejar."Ci tunggu!" Teriaknya lagi."Ya ampun tuh bocil pakai ngejar segala lagi!" ucapku terus berlari melewati Rere

  • Playgirl Kelas Teri   DiRumah

    ***Sesampai di rumah, seperti biasa, rumah ku pasti tak ada orang.Orang Tua ku mempunyai warung nasi Ampera di pasar, dan selalu menghabiskan waktunya dari pagi hingga petang untuk berjualan.Aku anak ke dua dari tiga bersaudara,Kakak pertama ku sudah tamat sekolah dan saat ini sedang membantu Ibu dan Ayah di warung.Sedangkan adik ku, masih berumur 5 tahun.Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah karena banyaknya aktivitas yang ku lalui hari ini.Mengambil hp di laci, lalu baring sambil memainkannya.Ada dua panggilan tak terjawab dari nomer baru di hp ku. Pasti bang Ardan dan bang Rian.Ada juga beberapa pesan dari cowok online ku.Saat ini pacar ku ada tiga, yang pertama Toni, aku mengenalnya saat aku pulang ke tempat nenek waktu libur sekolah.Yang kedua Rudi, dia ku temui dari fb.Dan yang ketiga tadi Bobi, teman satu sekolah.Mereka sangat baik padaku, tak jarang mereka selalu mengisi pulsa

  • Playgirl Kelas Teri   Ketahuan

    "Rere merajuk?" tanya bang Rian kebingungan."Gak tau bang, biasanya dia juga gak gitu!" jawab ku."Yasudah kalau gitu, Abang pulang dulu,ya?""Iya, makasih ya nasi bungkusnya!"Sebenarnya aku sudah sangat bosan dengan yang namanya nasi bungkus, karena itu makanan yang sering aku makan.Tapi tak apalah,tetap ku hargai usaha bang Rian yang ingin mendapatkan hatiku, asek!"Re ... Kau merajuk?""Ih siapa juga yang merajuk!""Hmm ... Yasudah nah nasinya untuk kau aja, aku banyak lauk di rumah!""Males ah!""Please gak usah kayak anak kecil deh,Re?" ujarku yang sedikit sewot dengan tingkah Rere yang menurutku aneh."Apaansih, Ci? Kan kita emang masih kecil, kau nya aja yang keganjenan!" Sahut Rere tak kalah sewot."Keganjenan? Maksud kau apa? Aku gak ngerti ya, cuma gara gara nasi bungkus ini kau jadi aneh!""Entah lah, aku pulang dulu!" Rere bangkit dari duduknya dan langsung ber

  • Playgirl Kelas Teri   Hukuman

    Aku terperanjat mendengar teriakan seseorang yang sangat aku takuti di sekolah ini."Bagus sekali kalian,ya? Apa kalian tidak sadar, kalau kalian itu masih di bawah umur? tidak seharusnya kalian berpegangan tangan!" Tegur guru BP yang terkenal sangat kejam di sekolah.Aku dan Bobi hanya menunduk, sama sekali tidak berani melihat ke arah Bu Rewe."Ikut saya ke ruang BP!" perintah Bu Rewe yang sudah pasti dengan mata melotot."Tapi, Bu, ini hanya salah paham!" ucapku mencoba membela diri.Aku sedikit menyenggol lengan Bobi agar ia juga ikut membela agar kami tidak di bawa ke Ruang BP."Maaf Bu, kami salah!" Sahut Bobi yang membuat ku tercengang.Dasar Bod*h batin ku berucap. Ucapan Bobi sama saja memperjelas yang di tuduhkan Bu Rewe, padahal yang terjadi benar benar salah paham."Nah yang lakinya saja sudah mengakui, kamu Suci, mau mengelak? cepat ikut saya!"Aku dan Bobi akhirnya mengikuti langkah kaki Bu Rewe

  • Playgirl Kelas Teri   Selamat

    Dasar poltak, polos tak berot*k!"Kau pikir sendiri!" ujar ku membentak Rere.Selama ini aku dan Rere tak pernah marahan, hal hal kecil selalu kami jadikan lelucon agar tak jadi ribut, tapi kali ini aku tak bisa bersikap seperti biasa, karena yang di lakukan Rere sudah di melewati batas." Oh, pasti kau marah karena aku tinggal tadi, kan? Okedeh aku minta maaf, aku tadi beneran lupa, habis dari toilet tadi aku langsung ke kelas karena bel sudah bunyi" jawab Rere."Alah, alasan kau aja itu bilang lupa, padahal emang sengaja, terus kau juga kan yang bilang sama Bobi kalau aku ada di belakang kelas!" Cerca ku dengan rasa kesal."Hah? Bobi? Aku sama sekali gak ada jumpa Bobi,Ci, hari ini. Aku juga gak tau kalau kau di cariin sama Bobi, beneran deh!""Banyak alasan!" aku langsung keluar kelas meninggalkan Rere yang bingung. Lebih tepatnya pura pura bingung."Ci, tunggu ... Aku beneran gak tau apa apa soal Bobi!" ucap Rere seraya meng

  • Playgirl Kelas Teri   Rere

    Ku percepat langkah kaki ku untuk menghampirinya.Baru saja tadi di sekolah ia meminta maaf,eh sudah buat kesel lagi."Udah di sini aja,Re?" Tanya ku mengagetkan Rere."Suci? Eh iyah, tadi di panggil bang Rian di suruh mampir, iya kan, bang?" jawab Rere meminta bang Rian membenarkan ucapannya."Ha? iya!" ucap bang Rian gugup.Aku yakin kegugupan bang Rian hanya menutupi kebohongan Rere."Tapi tadi janji pulang sama?" tanyaku.Kulihat Rere sedikit kebingungan menjawab pertanyaan ku."A- aku kira kau tadi udah pulang, makanya aku langsung pulang!""Aku nungguin loh,Re, dari tadi di depan kelas, masak iya kau gak tau? Ah gak jelas kau lama lama jadi sahabat!" cerca ku dengan nada yang sedikit membentak.Rasa kesal seketika menyelimuti hati.Tak ku pedulikan image ku di depan bang Rian, bodoh amat batinku. Cowok mah banyak!Bukan kali ini saja Rere meninggalkanku, tapi sudah berkali kali, lama lama aku

Bab terbaru

  • Playgirl Kelas Teri   Rere

    Sesampai di warung aku langsung mengambil ahli menjadi kasir, karena itu adalah bagian yang paling santai. Tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga.Berhubung warung sedang sepi, tidak lupa aku mengambil sepiring nasi karena cacing di perut ku sudah demo sedari tadi.“Laper,Ci?” Tanya Emak yang mungkin heran melihat porsi ku yang beda dari biasanya."Hehe. Iya, Mak. Labor Uci,Mak," jawab ku cengengesan."Apa labor?""Lapar borat, haha.""Dasar !" Seru Emak seraya mengeplak kepala ku dengan kertas nasi yang sedang Emak pegang."Aish, si Emak. Berdosa tau keplak kepala," ujar ku memanyunkan bibir."Gak berlaku itu sama Emak," jawab Emak santai.Emak mengambil nasi dan ikut makan di sampingku. Mungkin Emak selera melihat aku makan yang kelewat lahap."Bu, nasi satu,ya" tiba-tiba datang pembeli."Biar Suci aja,Mak," ucapku saat Emak hendak bangkit.Tak tega rasanya melihat Emak yang sedan

  • Playgirl Kelas Teri   Rudi

    Aku kembali berjalan melewati teman-teman kak Resti. Tiba-tiba ada yang sengaja menahan langkah ku hingga terjatuh."Aduh," kataku spontan. Semua teman kak Resti reflek ketawa melihat aku terjatuh. Kecuali satu, cowok yang tadi bilang aku cantik. Ia tak tertawa sama sekali, malahan ia menatap marah ke cewek yang sengaja membuat aku tersandung."Hati-hati,dek," ucap cewek itu. Nada ucapannya jelas seperti mengejek."Kok kamu gitu sih, Ntan?" Bentak cowok tadi. "Oh cewek kejam ini namanya Intan" kata ku dalam hati."Kan aku cuma bilang hati-hati, terus salah aku di mana?" tanyanya pura-pura tak merasa bersalah."Sudah,Bang. Aku gak papa," sahut ku mencoba menengahi."Noh, dianya aja bilang gak papa, kok malah kamu yang sewot.""Ada apa ini?" tanya kak Resti yang baru muncul dari dapur."Tuh adik mu jatuh, malah aku yang disalahkan sama Rudi," jawabnya ketus."Sudahlah, aku tak apa kok," ucapku kembali mencoba menenga

  • Playgirl Kelas Teri   Marah

    Harapan cuma harapan, Bang Ardan memberhentikan motornya tepat di depan warung Bang Rian.Seketika jantungku berdetak kencang dan serasa ingin kentut sangking gugupnya."Kau mau minum apa?" Tanya Bang Ardan."Ini aja,Bang. Btw, jauh banget kita beli minumnya," ujar Rahmat."Iya sekalian lihat pujaan hati," jawab Bang Ardan.Di balik kardus minuman aku terus mengintip mereka berdua. Untungnya Bang Rian diam dan tidak melihat ke arah ku."Abang ini temannya Suci kan yang tadi pagi?" Tanya Bang Ardan. Oh iya aku lupa, tadi pagi saat sedang bersama Bang Rian, Bang Ardan datang mengajak ku boncengan ke sekolah. Duh, kenapa aku lupa coba. Seharusnya Bang Rian juga ku ajak sembunyi. Eh tapi mana bisa!"Oh Abang ini yang tadi pagi pergi sekolah bareng Suci 'kan ?" tanya Bang Rian memastikan."Abang ada lihat Suci pulang sekolah?""Emm, kayaknya gak ada,deh. Mungkin belum pulang," ujar Bang Rian berboh

  • Playgirl Kelas Teri   Memilih

    Aku juga tak tahu harus berbuat apa dengan mereka berdua. Tidak ku sangka akan berjumpa dengan keduanya di sini.Kantong Doraemon, aku butuh bantuan mu agar aku bisa hilang dari hadapan mereka berdua."Apa kau nembak Suci juga,?" tanya Bang Ardan. Rahmat mengangguk cepat."Abang juga?" tanya Rahmat balik."Iya, ni datang menemui Suci untuk minta jawaban," jawab Bang Ardan."Bang Ardan, Rahmat, maaf ya, Suci kebelet nih. Boleh Suci ke toilet bentar?" alasanku berbohong. Aku hanya ingin lari dari mereka."Gak. Kamu harus selesaikan ini semua,Ci. Kamu harus kasih kami jawaban, siapa yang kamu pilih. Aku atau Bang Ardan?" Rahmat menahan tangan ku saat aku ingin bangkit.Sepertinya aku yang harus mengalah untuk tidak mendapatkan keduanya. Karena kalau ku pilih salah satu, yang ada mereka akan saling tak enak. Mereka sepupuan, aku tak ingin merusak hubungan mereka.Ku atur nafas sebelum menjawab. "Sebelumnya Suci mint

  • Playgirl Kelas Teri   Bertemu

    Aku berjalan keluar kelas dengan tangan yang sedang di tarik Ayu.Kulihat kebelakang tidak ada Rere.Apa dia masih di dalam kelas?Untuk apa?Aku jadi semakin yakin kalau Rere adalah pelakunya."Tungga,Yu," pinta ku pada Ayu."Kenapa?" tanya Ayu penasaran.Aku menunjuk ke arah kelas dengan gerakan kepala. "Noh, si Rere masih di dalam kelas!" ucapku ketus."Tuh 'kan? Buat curiga 'kan kayak gitu. Ngapain coba dia masih di dalam kelas?" seru Ayu kesal.Aku berjalan pelan balik ke arah kelas. Namun belum sampai ke kelas Rere sudah keluar."Ngapain kok lama?" tanyaku penuh selidik."Eh? Em anu, tadi ikat tali sepatu. Iya aku ikat tali sepatu. Begitu mau jalan eh malah lepas," jawab Rere yang terlihat gugup."Oh!" kataku singkat.Aku kembali berjalan dengan menggandeng tangan Ayu, sedangkan Rere mengekor dari belakang."Ayu, kau ada chatingan sama cowok gak?" tanya Rere saat kami telah duduk di kanti

  • Playgirl Kelas Teri   Bertengkar

    "Ayu jangan dekat-dekat sama Suci. Nanti di ajak jual diri juga lho," ucap Putri saat kami tiba di kelas."Siapa yang jual diri?" Bentak seseorang membuat kami bertiga terkejut."Kalian ya, masih SMP tapi bahasa kalian sudah seperti orang dewasa," Buk Ranti guru agama memarahi kami."Siapa yang kalian tuduh jual diri?" sambung Buk Ranti.Spontan Putri dan Ayu melihat ke arahku.Aku langsung menggeleng, "Enggak benar,Buk. Mereka menuduh Suci tanpa bukti. Iyakan, Yu?" ucapku sambil meminta pembelaan dari Ayu."Iya,Buk," jawab Ayu mengangguk."Tapi kamu memang di beri uang kan sama cowok?" ujar Putri membenarkan tuduhannya.Buk Ranti membenarkan kacamatanya dan memandang ku meminta penjelasan."Dia teman Suci dari kampung nenek,Buk. Kebetulan dia kemarin main ke rumah Suci. Bahkan Emak dan Ayah nyuruh dia nginap,""Tuhkan,Buk. Pasti di rumahnya tu mereka melakukannya." Putri memotong ucapan ku."Kau kira di ruma

  • Playgirl Kelas Teri   Fitnah

    "Hm ... Aku dengar kamu jual diri ya,Ci? Terus kamu di bayar 300 ribu. Aku gak nyangka,Ci. Kamu gunain wajah cantik mu untuk itu," jawaban Raya membuat aku terkejut.Jantungku berdetak sangat kencang dan hatiku seperti tersayat-sayat.Siapa yang sudah tega memfitnah ku!"Aku jual diri? Aku gak sebodoh itu,Ray. Bilang sama aku siapa yang sudah nyebarin fitnah." Aku menatap Raya serius."Aku sih,di bilang Putri!" jawab Raya.Aku langsung menghampiri Putri yang berdiri di depan pintu kelas."Maksud kamu apa fitnah aku,ha?" Aku langsung menghardik Putri."Lagian benar, kan? Kamu jual diri terus di bayar 300 ribu. Mana ada cowok yang mau ngasih uang dengan cuma-cuma,Ci. Kami gak bodoh," jawab Putri dengan santai.Perihal uang 300 ribu hanya Rere yang tahu.Saat Toni memberiku uang juga tak ada siapa pun di situ.Apa mungkin Rere?"Emangnya kamu punya bukti?""Enggak sih, aku juga dengar dari orang!"

  • Playgirl Kelas Teri   Ditembak

    "A-aku... Kita harus pergi dari sini!" ucapku seraya menarik tangan Rahmat saat melihat dua sosok yang menakutkan.Bisa kena ceramah tujuh hari tujuh malam aku kalau ketahuan duduk berduaan sama lelaki."Kenapa?" tanya Rahmat dengan nafas yang ngos-ngosan."Ada Emak dan Ayah ku," jawabku juga dengan nafas yang tersendat."Kan gak papa, jadinya aku bisa kenalan!" jawab Rahmat enteng."Duh,Rahmat... Kita ini masih SMP tahu, masih jauh untuk tahap perkenalan dengan orang tua!"Kami bersembunyi di balik wahana 'Tong Setan'. Dulu aku mengira isi tong sebesar ini setan beneran, rupanya tong setan ini seperti pertunjukan aksi motor. Begitulah kira-kira."Mau sampai kapan kita di sini?" tanya Rahmat. Sepertinya ia sudah lelah kaerna di serbu dengan nyamuk. Kulihat beberapa kami Rahmat memukul dan menggaruk bagian tubuhnya."Kita pulang saja,ya!" ajak ku."Tapi?" Cegah Rahmat.Aku tau, Rahmat belum siap mengungkapkan

  • Playgirl Kelas Teri   Pasar Malam

    Pelan aku berjalan menjaga keseimbangan.Saat hampir sampai diujung, kaki ku kepleset dan untungnya Rahmat berhasil menangkapku.Jantungku berdegup kencang, antara karena mau jatuh dan ditangkap Rahmat.Aku yakin Rere yang melihat pasti semakin hareudang. Panas panas panas.Setelah semua selesai kami diberi waktu membersihkan diri.Kami juga diberi waktu untuk mengelilingi sekitar Swimbath. Aku hanya memilih duduk di depan tenda."Kau kok tega sih bilang aku bukan sahabat kau?" tanya Rere yang ikut duduk di depan tenda."Kau yang kok tega bicara seperti itu didepan Rahmat, kau mau merusak image aku? Kau kesal sama aku karena Rahmat lebih milih aku?" aku meluapkan emosi yang sedari tadi tertahan."Aku tadi keceplosan,Ci!" jawaban Rere sama sekali tak masuk akal."Aku masih tau mana yang keceplosan mana yang memang sengaja!" hardikku."Yasudah aku minta maaf,Ci""Iya aku maafin!"Aku malas be

DMCA.com Protection Status