***
Sesampai di rumah, seperti biasa, rumah ku pasti tak ada orang.Orang Tua ku mempunyai warung nasi Ampera di pasar, dan selalu menghabiskan waktunya dari pagi hingga petang untuk berjualan.
Aku anak ke dua dari tiga bersaudara,
Kakak pertama ku sudah tamat sekolah dan saat ini sedang membantu Ibu dan Ayah di warung.Sedangkan adik ku, masih berumur 5 tahun.Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah karena banyaknya aktivitas yang ku lalui hari ini.
Mengambil hp di laci, lalu baring sambil memainkannya.
Ada dua panggilan tak terjawab dari nomer baru di hp ku. Pasti bang Ardan dan bang Rian.
Ada juga beberapa pesan dari cowok online ku.
Saat ini pacar ku ada tiga, yang pertama Toni, aku mengenalnya saat aku pulang ke tempat nenek waktu libur sekolah.
Yang kedua Rudi, dia ku temui dari f*.
Dan yang ketiga tadi Bobi, teman satu sekolah.Mereka sangat baik padaku, tak jarang mereka selalu mengisi pulsa atau kuota internet ku agar kami tetap bisa berkomunikasi.
Hanya Bobi yang tak kuberi tahu nomerku .
Kebaikan Bobi dari seringnya dia mentraktirku dan Rere makan di kantin.Biarlah Bobi hanya menjadi pacar saat ku disekolah.Mendapatkan cowok sangatlah mudah, cukup mengandalkan wajah ku yang katanya 'cantik'.
Drrrttt Drtttr Hp ku berdering karena ada panggilan dari Toni.
Sebenarnya aku sangat malas mengangkat telfon dari nya, lebih tepatnya aku telah bosan."Hallo Ay, baru pulang sekolah ya?" ucap Toni saat panggilan telah tersambung.
"Iya ay, baru aja sampai rumah!"
"Oh, makan dulu ay, biar perutnya ga kosong!"
"Iya Ay, yasudah aku makan dulu,ya?"
"Gak mau di temani?"
"Enggak deh, batre hp ku juga lowbet tadi lupa ngecas" ucapku yang sudah pasti bohong.
"Oh yasudah, nanti kalau batre hpnya sudah ada, sms aku ya biar nanti aku telfon!"
"Maaf ay, aku gak ada pulsa jadi ga bisa sms deh!"
Ini selalu menjadi cara ku untuk mendapatkan pulsa dari Toni, dia gak akan pernah membiarkan aku kehabisan pulsa.
"Oh yasudah, nanti biar aku isi"
"Jangan ay, malu aku ah kamu isiin terus pulsa aku!" aku berpura pura menolak, padahal ngarep banget.
"Gak papa ay, aku kan sayang sama kamu. Yang penting di sana kamu setia ya?"
Setia katanya? Mana bisa!
Mana bisa aku menolak cowok yang bisa aku manfaatkan. Ada ada aja si Toni !"Iya Ay, pasti setia aku kok, yasudah aku makan dulu ya!"
"Iya Ay"
Setelah panggilan telah terputus, aku langsung mendapatkan sms dari Mkios.
Toni langsung mengirimkan aku pulsa dengan jumlah yang menurut ku banyak, 50.000.
"Yess,Lumayan banget dah!"
Aku segera mengirimnya pesan dengan tanda titik dua bintang.
"Assalammualaikum, Ketuaaa? Anggota masuk ya?" Teriak seseorang dari luar pintu yang sudah pasti si Rere.
"Iya masuk, ketua lagi di kamar!" Balas teriak ku.
"Buset dah, belum ganti baju sekolah udah senyum senyum, kenapa, cerita dong?"
"Aku lagi bahagia ni, oya kau ada pulsa gak? Kalau gak ada biar aku transperrrr" ucapku saat Rere sudah di dalam kamar.
"Di isikan pulsa sama siapa kau?"
"Biasalah, si Toni!"
"Oh, boleh deh transper yang 10 rebu ya?"
"Aman!"
Berbagi dari pemberian cowok hal yang biasa bagi kami, walaupun keseringan aku yang memberi ke Rere tapi sama sekali tak masalah bagiku. Hitung hitung juga sedekah untuk Rere,eh!
"Btw end baytheway kita kapan ni cari kayu untuk persiapan persami?" tanya Rere di sela kami bersantai ria.
"Sore aja deh, skrg mah panas!" sahutku dengan sambil memainkan f* kesayangan, mana tau ada yang kecantol.
"Tapi di mana?"
"Hmm, di belakang rumah bang Rian aja, kan banyak pohon tuh di belakang rumahnya!"
"Boleh juga!"
"Eh tp tunggu, kalau kita ambilnya d rumah bang Rian, mending minta tolong dia aja langsung yang ambilkan, yekan?"
Tanya ku seraya Menaik-turunkan alis."Bisa juga tuh,"
Toktoktok tiba tiba ketukan terdengar dari pintu depan.
"Siapa tu,Ci?" tanya Rere penasaran.
Aku juga penasaran, siapa siang siang begini datang ke rumah.
Apa Ibu atau Ayah? Tapi mereka tidak pernah pulang tengah hari begini.
Kalau ada apa apa pun, biasanya aku yang di suruh kesana."Yuk, Re kawanin aku buka pintu!" Aku mengajak Rere ke depan, karena sebenarnya aku takut.
"Takut ah!" jawab Rere yang tak kalah takut.
"Kan sama sama,Re. Yuk ah!" aku menarik paksa tangan Rere untuk membuka pintu.
Sebelum membuka pintu, kami membaca segala ayat yang kami ingat agar kami selalu di lindungi sama Allah.
Toktoktok
"Iya siapa?" tanya ku sebelum membuka pintu, tapi sama sekali tak ada sahutan.
Toktoktok
Aku dan Rere saling pandang dengan wajah yang ketakutan, padahal hari masih sangat terang.
Pelan ku genggam gagang pintu lalu klekk pintu terbuka.
"Bang Rian?" ucapku kaget dengan sosok yang ku temui tadi di depan gang.
"Hehe maaf abang menganggu jam istirahat kamu, abang cuma mau kasih ini, nasi bungkus untuk makan siang kamu" kata bang Rian sambil menyodorkan sebungkus nasi.
"Satu doang,eh!" Aku langsung menutup mulutku yang kebablasan.
"Eh maksudnya untuk Rere gak ada?" tanya ku dengan wajah yang pura pura polos.
Kulihat sekilas Rere sedikit merengut, apa dia cemburu?
"Maaf Re, abang gatau kalau kamu ada di sini, jd abang cuma beli satu"
"biasa aja kali!" Jawab Rere cuek dan langsung kembali kedalam kamar.
Aku dan Bang Rian saling menatap melihat tingkah Rere yang sedikit aneh.
"Rere merajuk?" tanya bang Rian kebingungan."Gak tau bang, biasanya dia juga gak gitu!" jawab ku."Yasudah kalau gitu, Abang pulang dulu,ya?""Iya, makasih ya nasi bungkusnya!"Sebenarnya aku sudah sangat bosan dengan yang namanya nasi bungkus, karena itu makanan yang sering aku makan.Tapi tak apalah,tetap ku hargai usaha bang Rian yang ingin mendapatkan hatiku, asek!"Re ... Kau merajuk?""Ih siapa juga yang merajuk!""Hmm ... Yasudah nah nasinya untuk kau aja, aku banyak lauk di rumah!""Males ah!""Please gak usah kayak anak kecil deh,Re?" ujarku yang sedikit sewot dengan tingkah Rere yang menurutku aneh."Apaansih, Ci? Kan kita emang masih kecil, kau nya aja yang keganjenan!" Sahut Rere tak kalah sewot."Keganjenan? Maksud kau apa? Aku gak ngerti ya, cuma gara gara nasi bungkus ini kau jadi aneh!""Entah lah, aku pulang dulu!" Rere bangkit dari duduknya dan langsung ber
Aku terperanjat mendengar teriakan seseorang yang sangat aku takuti di sekolah ini."Bagus sekali kalian,ya? Apa kalian tidak sadar, kalau kalian itu masih di bawah umur? tidak seharusnya kalian berpegangan tangan!" Tegur guru BP yang terkenal sangat kejam di sekolah.Aku dan Bobi hanya menunduk, sama sekali tidak berani melihat ke arah Bu Rewe."Ikut saya ke ruang BP!" perintah Bu Rewe yang sudah pasti dengan mata melotot."Tapi, Bu, ini hanya salah paham!" ucapku mencoba membela diri.Aku sedikit menyenggol lengan Bobi agar ia juga ikut membela agar kami tidak di bawa ke Ruang BP."Maaf Bu, kami salah!" Sahut Bobi yang membuat ku tercengang.Dasar Bod*h batin ku berucap. Ucapan Bobi sama saja memperjelas yang di tuduhkan Bu Rewe, padahal yang terjadi benar benar salah paham."Nah yang lakinya saja sudah mengakui, kamu Suci, mau mengelak? cepat ikut saya!"Aku dan Bobi akhirnya mengikuti langkah kaki Bu Rewe
Dasar poltak, polos tak berot*k!"Kau pikir sendiri!" ujar ku membentak Rere.Selama ini aku dan Rere tak pernah marahan, hal hal kecil selalu kami jadikan lelucon agar tak jadi ribut, tapi kali ini aku tak bisa bersikap seperti biasa, karena yang di lakukan Rere sudah di melewati batas." Oh, pasti kau marah karena aku tinggal tadi, kan? Okedeh aku minta maaf, aku tadi beneran lupa, habis dari toilet tadi aku langsung ke kelas karena bel sudah bunyi" jawab Rere."Alah, alasan kau aja itu bilang lupa, padahal emang sengaja, terus kau juga kan yang bilang sama Bobi kalau aku ada di belakang kelas!" Cerca ku dengan rasa kesal."Hah? Bobi? Aku sama sekali gak ada jumpa Bobi,Ci, hari ini. Aku juga gak tau kalau kau di cariin sama Bobi, beneran deh!""Banyak alasan!" aku langsung keluar kelas meninggalkan Rere yang bingung. Lebih tepatnya pura pura bingung."Ci, tunggu ... Aku beneran gak tau apa apa soal Bobi!" ucap Rere seraya meng
Ku percepat langkah kaki ku untuk menghampirinya.Baru saja tadi di sekolah ia meminta maaf,eh sudah buat kesel lagi."Udah di sini aja,Re?" Tanya ku mengagetkan Rere."Suci? Eh iyah, tadi di panggil bang Rian di suruh mampir, iya kan, bang?" jawab Rere meminta bang Rian membenarkan ucapannya."Ha? iya!" ucap bang Rian gugup.Aku yakin kegugupan bang Rian hanya menutupi kebohongan Rere."Tapi tadi janji pulang sama?" tanyaku.Kulihat Rere sedikit kebingungan menjawab pertanyaan ku."A- aku kira kau tadi udah pulang, makanya aku langsung pulang!""Aku nungguin loh,Re, dari tadi di depan kelas, masak iya kau gak tau? Ah gak jelas kau lama lama jadi sahabat!" cerca ku dengan nada yang sedikit membentak.Rasa kesal seketika menyelimuti hati.Tak ku pedulikan image ku di depan bang Rian, bodoh amat batinku. Cowok mah banyak!Bukan kali ini saja Rere meninggalkanku, tapi sudah berkali kali, lama lama aku
Aku tertegun mendengar pertanyaan bang Rian,Apa Rere telah menceritakannya semua?Ya ampun Rere, dia merusak reputasi ku."Maksudnya,bang? Suci gak paham!" tanyaku memastikan."Tadi Rere bilang sebenarnya kamu sudah punya pacar di sekolah? Apa benar?"tanyanya lagi.Aku bingung harus jawab bagaimana, sebenarnya aku juga tidak suka dengan bang Rian, tapi kebaikannya itu yang aku sayangkan jika ku jawab iya.Pasti bang Rian tidak akan memperdulikan ku lagi jika ia tau aku punya pacar, apalagi pacar ku bukan hanya satu.Tega sekali Rere, padahal apa yang aku dapat dari bang Rian juga ku bagi padanya,dasar!Tapi tunggu, dari pertanyaan bang Rian sepertinya Rere tidak bilang total pacarku.Rere hanya bilang aku sudah punya pacar di sekolah, setidaknya masih sedikit aman."Emang Rere bilang kayak mana ke abang?" aku balik bertanya."Rere bilang, kemarin Suci di tembak sama cowok pakai cincin dan juga bunga, dan S
Kulihat Rere sedikit merengut, mungkin karena hanya nama ku yang di panggil, padahal juga ada Rere di sampingku."Iya,bang?" jawab ku menoleh ke arah suara."Nih, yang abang janjikan semalam!" ujar bang Rian memberiku sebuah bekal.Ku buka isinya nasi goreng dengan telor ceplok, nugget, sosis dan udang, membuat selera ku meningkat sepuluh kali lipat."Ini abang masak sendiri loh, khusus untuk Suci" sambungnya lagi dengan senyum yang mengembang.Aku jadi tak enak dengan Rere, bang Rian memperlakukan seperti tak ada Rere di sampingku."Maaf bang, bukan nya Suci nolak tapi Suci sudah sarapan tadi di buatkan nasi goreng juga sama Emak" ucapku berbohong.Padahal tadi aku tidak sempat sarapan karena takut Rere pergi duluan."Yah, padahal Abang udah susah susah lo buatnya, sampai harus belajar di youtube" seru bang Rian terlihat tak bersemangat."Ambil aja kali,Ci, kasihan tau bang Rian udah capek buat nasi gorengnya!
Mungkin Emak juga tidak menyangka,Toni, anak kelas dua SMA mengendarai motor sendiri dengan jarak yang memakan waktu sampai tiga jam."Sudah,Buk, tuh dia" jawab Toni menunjuk ke arah ku."Si Suci?" tanya Emak kaget."Maksudnya, tuh si Suci numpahi air, Buk!"Aku tersentak saat melihat air yang ku tuang ke dalam gelas sudah penuh berluber, tadi aku hendak minum untuk menenangkan hati ku yang kaget karena kedatangan Toni ku, eh yang ada malah semakin kacau."Ya ampun,Ci, kok melamun!""Eh enggak, Mak, cuma sedikit terkejut aja jumpa Abang Toni di sini, yakan,Bang!"Toni tertawa kecil dan mengangguk.Lalu dia datang mendekat ke arahku, jantung ku serasa ingin copot, bukan karena di dekatinya, tapi karena ada Emak yang melihat. Untung Ayah sudah kebelakang, kalau masih ada Ayah, jantungku bisa copot dua kali."Toni, duduk di sini ya,Buk!" ucap Toni seraya meletakan tas punggungnya di kursi sampingnya."Oh iya, iya
"Tapi apa sih,Ci? Lagi pula ya, yang bisa bawa motor kan juga cuma Ayah dan Toni. Yasudah, Mak luan ya. Hati hati, ya Ton!""Mak????" teriak ku seperti anak kecil yang di tinggal Emaknya pergi.Ya ampun tega sekali Emak, meninggalkan ku yang cantik ini, dengan seorang lelaki.Apa Emak tak takut kalau aku di culik terus di jual.Kenapa Emak dan Ayah juga begitu percaya dengan Toni-ku, apa jangan jangan Toni sudah menghipnotis Emak.Seketika aku langsung merinding membayangkannya."Ayuk,ay, naik, nanti kesore'n loh!" ucap Toni membuyarkan lamunanku."Iya iya!" sahut ku. Aku menaiki motor Toni dengan rasa yang was was, karena ini juga kali pertama aku berboncengan satu motor dengan lelaki selain Ayah.Ku bacakan segala ayat yang ku tahu agar aku selalu di lindungi dengan sang Pencipta."Kita beli buah dulu ya,ay. Masak iya, aku main ke rumah calon mertua gak bawa apa apa!" ucap Toni saat kami sedang di per