"Tapi apa sih,Ci? Lagi pula ya, yang bisa bawa motor kan juga cuma Ayah dan Toni. Yasudah, Mak luan ya. Hati hati, ya Ton!"
"Mak????" teriak ku seperti anak kecil yang di tinggal Emaknya pergi.
Ya ampun tega sekali Emak, meninggalkan ku yang cantik ini, dengan seorang lelaki.
Apa Emak tak takut kalau aku di culik terus di jual. Kenapa Emak dan Ayah juga begitu percaya dengan Toni-ku, apa jangan jangan Toni sudah menghipnotis Emak.Seketika aku langsung merinding membayangkannya."Ayuk,ay, naik, nanti kesore'n loh!" ucap Toni membuyarkan lamunanku.
"Iya iya!" sahut ku. Aku menaiki motor Toni dengan rasa yang was was, karena ini juga kali pertama aku berboncengan satu motor dengan lelaki selain Ayah.
Ku bacakan segala ayat yang ku tahu agar aku selalu di lindungi dengan sang Pencipta.
"Kita beli buah dulu ya,ay. Masak iya, aku main ke rumah calon mertua gak bawa apa apa!" ucap Toni saat kami sedang di per
Aku berharap Emak dan Ayah sudah menunggu di depan pintu, lalu memarahi Toni karena telah mengajak ku keliling dulu.Tapi kenyataan tak sesuai harapan, Emak dan Ayah malah senang menyambut buah buahan dari Toni."Gak perlu repot repot loh,Ton!" ucap Emak seraya menyusun buah di keranjang buah yang terbuat dari rotan."Enggak repot kok,Buk." Aku meninggalkan Toni yang sedang duduk bersama di ruang depan.Aku langsung mandi karena sudah sangat gerah. Sebelum mandi aku mengecek HP dulu, sambil menghapus beberapa pesan dari gebetan gebetan ku. Mana tau nanti malam Toni memaksa untuk melihat HP ku, kan sudah aman.Ada pesan dan panggilan dari Bang Ardan dan juga Bang Rian.[Suci tadi abang lihat kamu boncengan sama cowok, apa dia pacar kamu?] Pesan dari Bang Rian.Rupanya Bang Rian melihat ku, padahal aku sama sekali tidak melihatnya.Tanpa ku balas, aku memilih menghapusnya.[Tadi Suci bilang pergi sama Ema
"Lebih baik jangan izinin Suci ikut kemah ke sana,Pak. Di sana kan hutan, Suci anak perempuan takutnya hal yang tidak di inginkan terjadi!" ujar Toni. "Iya juga ya?" Sahut Ayah yang membuat ku melototkan mata ke arah Toni. "Iya,Nak. Lebih baik Uci ga usah ikut aja ya?" "Apa?" sentak ku spontan Enak saja si Toni, datang datang malah merusak agenda ku. Dasar pacar gaje! "Mak gak bisa gitu, dong. Nama Suci tuh sudah terdaftar, Mak. Kalau Suci batal ikut Suci bisa di black list dari Pramuka, gak akan pernah bisa ikut lagi selama lamanya" jawab ku asal. Padahal aku sendiri tidak tahu sanksi apa yang akan di beri kakak pembina jika tidak ikut Persami kali ini. "Ya itu lebih baik,ay?" "Ay?" tanya Emak terkejut mendengar cara Toni memanggil ku. "Eh Suci,buk maksudnya, hehe" jawab Toni cengengesan. "Lebih baik kamu tidak ikut Pramuka sama sekali, Ci. Cari ekstrakulikuler lain aja!" sambung Toni.
"Sudah sudah, masih kecil kok sibuk sama gebetan. Suci hari ini kamu di antar Toni aja ya, biar lebih cepat sampai sekolahnya. Gak pakek bantahan!""Ayah!!!!" Aku melongo mendengar ucapan Ayah.Sebegitu percaya nya kah Ayah terhadap Toni, ya ampun dan bagaimana kalau bang Ardan beneran menunggu ku di sekolah. Ah Abang Tampan ku, aku belum siap kamu jauhi."Pokoknya Suci pergi sma Rere aja naik angkot!"Dengan cepat aku bangkit dari meja makan dan berlalu keluar tanpa salam sama Emak dan Ayah.Tapi begitu sampai di ambang pintu kaki ku mendadak berhenti, aku melupakan sesuatu, uang saku.Bagaimama aku mau naik angkot kalau uang nya saja tidak ada.Dengan sangat terpaksa aku kembali ke dapur dengan wajah yang sedikit menahan malu."Haha ... Tuh kan balik lagi. Gak ada uang aja sok sokan mau kabur!" ujar kak Resti mengejek.Dasar kakak sebijik, gak pernah baik sama adeknya yang cantik ini."Mak?" panggil ku yang
Brakk, tiba tiba seseorang memukul kuat meja ku."Bagus,ya, tadi di antar laki laki, sekarang duduk sama laki laki, perempuan macam apa kamu?" Bentak seseorang membuat jantungku serasa ingin lepas dari tempatnya.Bukan hanya aku yang terkejut, tapi satu kelas juga terkejut. Mereka memegang dada masing masing dan melihat ke arahku."Bagus sedikit kalau bicara! Emang kau kira aku lagi ngapain? Ci*um*an? Iya? Lagi pula ya, aku mau duduk dan di antar siapapun itu bukan urusan kau!" ucapku tak kalah emosi."Aku ini pacar kau, aku berhak atas diri kau!"Lagi lagi seisi kelas terkejut mendengar ucapan Bobi. Mungkin mereka tidak menyangka kalau aku dan Bobi berpacaran."Kau dengar ya,Bob. Kau itu bukan siapa siapa aku. Aku gak pernah merasa pacaran sama kau!""Yasudah kalau gitu, kembalikan cincin dan bunga yang ku kasih untuk kau. Susah payah aku mengambilnya dari rumah khusus untuk kau, malah tega kau ginikan aku!" Mata Bobi ter
"Eh Ci, betewe, tadi kau kenapa campak uang 50 rebu di muka,Bobi? Apa dia minta kembali cincin sama bunga yang dia kasih pas nembak kau?" Seketika mata ku melotot dan mulut ku menganga mendengar pertanyaan Rere yang di ucapkan dengan santai dan tanpa beban.Kenapa Rere tiba tiba mendadak poltak begini?Kulihat Toni pun menatap tajam ke arah ku."Eh aku salah waktu ya bertanyanya?" tanya Rere yang semakin sok polos."Gak, gak salah kok. Si Bobi itu nembak kamu,Ay?""Mending kau pulang Re!" Sentak ku."Kenapa kamu suruh Rere pulang? Kamu takut ketahuan?""Duh jangan ribut. Maaf ya maaf, memang ada yang nembak Suci,Bang. Tapi di tolak kok, bunga sama cincinnya aja yang di ambil karena kasihan. Percayalah Rere gak bohong, Suci tuh orangnya setia!" Ujar Rere.Tadi dia sengaja menjatuhkan ku sekarang dengan gayanya sok menolongku. Dasar sahabat, gaje!"Yaudah deh aku mau pulang, mau siap siap. Dahh!" Rere pulan
Aku tau Rere mengingatkan ku soal Toni sebab takut kalau Rahmat malah kepincut dengan ku.Makanya Re, cantik, batinku sombong."Kau suka sama Rahmat?" tanyaku pelan."Dia ganteng,Ci," jawab Rere."Tapi kau udah pdkt dengan Bang Rian?""Kan mau pasang banyak juga kayak kau!""Asekk. Kita liat saja nanti Rahmatnya mau kemana, ke kau atau ke aku. Oke?""Oke, pasti dia maunya ke aku!" jawab Rere yakin.Setelah berjuang keras, akhirnya tenda kami selesai juga.Kami membuat dua tenda.Aku membaringkan badan di dalam tenda, meski hanya beralaskan terpal tapi terasa begitu nikmat."Ganti baju yuk,Ci?" ucap Rere saat kami sama sama baring."Aku ganti bajunya aja,Re" aku mengganti baju Pramuka ku dengan baju kaos.Sedangkan Rere dia mengganti baju dan juga celana Pramuka."Lega banget,Ci. Enak tau, ganti celana juga. Plonggg!""Bodoh amat!""Semua Anggota berkumpul dengan pakaian le
"Hey, kalian! Cepat sedikit jalannya!" teriak kakak pembina dari arah pos satu.Aku langsung berlari dan di susul dengan Rahmat.Aku lebih dulu maju untuk melapor, selanjutnya aku di suruh untuk ke pos dua beristirahat seraya menunggu yang lain.Sudah ada Bima dengan gayanya yang santai duduk di atas tanah tanpa alas.Aku juga ikut duduk di samping Bima dan di ikuti dengan Rahmat.Jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, tapi masih ada sekitaran 8 orang lagi yang masih mengambil kacu.Kini Rere juga sudah selesai mengambil kacu, sepertinya Rere ketakutan. Terlihat dari wajahnya yang pucat dan nafasnya yang tidak karuan."Tegang,Re?" tanyaku."Terakhir ini lah,Ci, aku ikut kek gini. Jantungan aku!" ucapnya mengundang tawa orang yang mendengarnya."Baru gitu aja udah takut. Anak Pramuka harus berani!" sahut kakak pembina."Hehe ... Tapi ini serem banget, kak.!" jawab Rere.Tiba tiba kami mendengar
Pelan aku berjalan menjaga keseimbangan.Saat hampir sampai diujung, kaki ku kepleset dan untungnya Rahmat berhasil menangkapku.Jantungku berdegup kencang, antara karena mau jatuh dan ditangkap Rahmat.Aku yakin Rere yang melihat pasti semakin hareudang. Panas panas panas.Setelah semua selesai kami diberi waktu membersihkan diri.Kami juga diberi waktu untuk mengelilingi sekitar Swimbath. Aku hanya memilih duduk di depan tenda."Kau kok tega sih bilang aku bukan sahabat kau?" tanya Rere yang ikut duduk di depan tenda."Kau yang kok tega bicara seperti itu didepan Rahmat, kau mau merusak image aku? Kau kesal sama aku karena Rahmat lebih milih aku?" aku meluapkan emosi yang sedari tadi tertahan."Aku tadi keceplosan,Ci!" jawaban Rere sama sekali tak masuk akal."Aku masih tau mana yang keceplosan mana yang memang sengaja!" hardikku."Yasudah aku minta maaf,Ci""Iya aku maafin!"Aku malas be