Share

Dikejar Bobi

Author: Irma Hasmi Siahaan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dari kejauhan kulihat sosok yang sangat kukenal. Rere sedang ketemuan dengan cowok berseragam SMA. 

"Tumben gak ngajak!"gumamku merasa aneh. Biasanya kami selalu berbarengan, apalagi kalau soal cowok.

Apa Rere bener bener tersinggung karena  pertemuan ku dengan bang Ardan tadi?Tapi pertemuan tadi kan juga tidak ku rencanakan.

Aku meneruskan langkahku ke tempat Rere, pura pura gak tau sepertinya lebih baik.

"Uci?" Teriak seseorang dari belakang mengagetkan ku. Banyak sekali hari ini yang membuatku terkejut.

Kulihat kebelakang ternyata Bobi yang memanggil. 

Duh lagi lagi dia, untuk saat ini aku harus menghindar dari Bobi, karena aku belum menemukan jawaban yang tepat atas pertemuan tadi.

Aku langsung berlari sekuat tenaga menjauh dari Bobi, saat aku menoleh kebelakang rupanya  Bobi ikut mengejar.

"Ci tunggu!" Teriaknya lagi.

"Ya ampun tuh bocil pakai ngejar segala lagi!" ucapku terus berlari melewati Rere yang sedang ketemu'an.

"Loh,Ci kenapa lari?" tanya Rere yang bingung melihatku.

Aku tak menjawabnya karena tak sempat, aku terus berlari sampai ada angkot yang berhenti di sampingku, dan aku langsung naik.

Berhubung kota yang ku tempati hanya kota kecil, jadi angkot pun hanya ada satu jurusan.

"Alhamdulillah," ucapku menghela nafas.

Orang orang yang ada di dalam angkot melihatku dengan raut wajah yang bingung.

"Di kejar siapa dek?" tanya Ibu ibu berhijab kuning.

"Hantu,buk!" jawabku asal. Aku juga bingung harus menjawab apa.

"Masak iya siang siang gini ada hantu. Halu ya,dek?"

"Beneran tau,buk!"

"Ih kok saya merinding,ya. Bang kiri bang, saya berhenti disini aja, takut saya seangkot sama adek ini"

Ya ampun si ibu beneran turun dari angkot, ada ada saja. Padahal aku hanya asal menjawab.

"Beneran di kejar begituan, neng?" tanya supir angkot, mungkin dia juga takut kalau satu persatu penumpangnya malah turun.

"Hehe enggak kok,bang. Lagian mana ada yang begituan siang bolong gini,"

Kalau jawab iya bisa beneran turun semua penumpang yang ada di angkot ini. Haha!

***

  Setelah angkot berhenti di depan gang, aku harus berjalan sekitar 5 menit lagi untuk bisa sampai ke rumah.

Teriknya matahari semakin membuat tenggorokan ku kering, di tambah lagi tadi harus berlari untuk menghindar dari Bobi.

Aku memilih untuk istirahat dulu di warung  yang ada di depan gang.

Terlalu capek rasanya kalau untuk langsung jalan.

"Bang numpang duduk,ya!" teriak ku dari luar warung.

Pemilik warung ini juga tinggal di gang yang sama denganku.

Biasanya kalau siang hari begini, yang jaga anak lelakinya yang sudah tamat sekolah.

"Baru pulang sekolah,Ci?" tanya bang Rian, anak pemilik warung.

"Iya,bang. Mau lanjut jalan tapi panasnya masih terik kali!" Sebenarnya bukan karena teriknya matahari, tapi karena haus yang sungguh melanda yang membuat aku ingin istirahat sebentar.

"Mau pakai payung,gak?" 

"Tawarin minum dulu kek, baru payung!" Gumam ku dalam hati.

Dasar gak peka, apa dia ga lihat bibir ku kering kerontang begini butuh air.

"Gak usah bang, makasih!"

"Oh yasudah, kalau butuh apa apa panggil aja abg di dalam,ya!"

"Dedek butuh air bang" ucapku yang sudah pasti hanya di dalam hati.

"Iya iya bang!"

Aku menyenderkan punggungku di bangku kayu yang di cat berwarna hijau.

"Andai saja ada pangeran datang membawa sebotol minum, ah pasti dahaga ini akan langsung hilang!" Gumam ku sambil mengipas-ngipas diri dengan tangan.

"Nih pangeran datang bawa es tebu, Mau?" ucap bang Rian yang sudah ada di sebelahku. Kapan munculnya?

Bang Rian memberiku sebungkus es tebu.

"Kenapa gak bilang kalau haus?" tanya bang Rian lagi.

"Hehe gak papa,bang. Segan aja!"

"Yaelah, ngapain pakek acara segan segala. Tinggal minta aja kali,Ci. Kalau lagi gak ada uang ya tinggal ambil aja. Kalau untuk Suci mah semua yang ada di warung, abang geratisin,!"

"Haha beneran? Nanti di marahi emaknya?"

"Kalau untuk calon mantunya mana mungkin emak marah"

"Haha,Makasih Bang Rian!"

"Sama sama dedek cantik!"

Aku langsung menyeruput es tebu pemberian bang Rian. 

Alhamdulillah hilang sudah rasa haus yang dari tadi menyiksa tenggorokan.

"Suci, sebenarnya abang udah lama lo pengen minta nomer Suci, tapi takut Suci gak ngasih. Abang juga udah coba minta sama Regina, tapi dia bilang gak punya. Bukan nya kalian sering main sama ya, kok dia gak punya nomer kamu?" kata bang Rian sedikit membuatku terkejut.

Rere tak pernah bilang kalau bang Rian pernah minta nomerku dengannya.

Bahkan yang ada Rere selalu bilang kalau bang Rian ini sering memperhatikannya.

Sering mencuri curi pandang ketika ia belanja di warung bang Rian.

Apa mungkin Rere lupa memberi tahuku.

Padahal kan lumayan kalau bisa dekat dengan anak pemilik warung, bisa dapat jajan gratis.

Aku pun mengetik nomerku di hpnya bang Rian. 

Soal Rere nanti akan ku pertanyakan lagi.

"Makasih ya,Ci. Nanti malam kalau kamu tidak sibuk, abang telfon boleh?"

"Boleh, tapi kalau Suci gak sibuk ya,bang!"

"Iya, tapi gak ada yang marah kan, kalau abang nelpon Suci?" tanya nya memastikan.

"Emangnya siapa yang marah?" tanyaku pura pura tak tau.

"Ya pacar Suci lah"

"Suci gak punya pacar,bang. Kan Suci masih SMP!"

"Masak iya cantik cantik gak punya pacar? Terus Kalau gebetan?"

"Enggak juga,Abang!"

"Alhamdulillah, berarti ada kesempatan ya buat abang!"

Aku tertawa mendengar ucapannya pura pura tak mengerti sama sekali.

"Kesempatan apa ih? Suci gak ngerti. Yasudah Suci pulang dulu ya,"

"Tunggu,Ci!" cegah bang Rian. 

Bang Rian masuk ke dalam warung mengambil plastik dan memasukan beberapa roti dan jajan.

"Nih untuk Suci ngemil di rumah!" ucapnya memberiku sebungkus plastik.

"Beneran ni,bang? Kok banyak banget?"

"Iyadong, biar Suci senang!"

Tuh kan baru pedekate saja sudah dapat jajan, apalagi kalau jadi pacar.

"Makasih banyak,bang!"

"Sama sama. Besok pulang sekolah singgah lagi ya,Ci?"

"Iya "

Aku berlalu pergi dari warungnya bang Rian.

Saat aku hendak berjalan, kulihat Rere baru turun dari angkot.

Dengan cepat aku langsung menghampirinya.

"Buset dah, yang jumpaan gak ngajak ngajak!" ucapku mengejek.

"Samanya kita, kau pun tadi jumpa sama bang Ardan gak ngajak ngajak aku!"

Benarkan dugaan ku, Rere tersinggung karena perihal tadi.

"Ya maaf,Re. Lagi pula gak sengaja aku lo tadi jumpa sama bang Ardan, beneran deh!"

"Banyak kali alasan kau. Tuh apa dalam plastik kok banyak kali?" ucap Rere merampas plastik yang ku pegang.

"Jajan lah,!"

"Banyak duitmu?"

"Dikasih bang Rian" ucapku dengan bangga.

Sebenarnya ada rasa kesal karena Rere tak memberitahu ku soal bang Rian yang meminta nomerku. 

Tapi ku coba tepis rasa kesal itu, karena bagaimanapun persahabatan lebih penting dari segalanya.

"Kau mau? Bagi dua kita ya!" sambung ku. Aku pun membagi dua jajanan tadi dengan Rere. 

"Jadi kok bisa di kasih jajan kau sama bang Rian?" tanya Rere yang mungkin heran.

"Iya tadi aku istirahat sebentar di situ, eh malah di kasih jajan sebanyak ini. Eh btw tadi siapa yang ketemuan sama kau?" tanya ku penasaran dengan cowok yang tadi jumpaan dengan Rere.

"Oh tadi itu gak sengaja aja jumpa di jalan, trus di ajak kenalan"

"Terus kau mau?"

"Ya maulah, kan ganteng.!"

"Royal gak?"

"Kagak tau, kan baru kenal!"

"Pokoknya kalau royal jangan lupa ngajak aku ya,Re!"

"Aman, tenang aja kau,Haha!"

Kami pun tertawa bersama sambil berjalan pulang.

Hal ini yang membuat aku senang mempunyai sahabat seperti Rere.

"Oh iya, kapan kita cari perlengkapan untuk persami minggu depan,Ci?"

"Apa aja ya yang harus di siapkan, catatan ku hilang pulak ,Re!"

"Kau apa yang gak hilang, semua yang ada pasti hilang.Haha"

"Ada satu yang gak pernah hilang, Re"

"Apa?"

"Cowok, Haha" ucapku tertawa sambil memukul pundak Rere.

"Tuh kan kebiasaan banget si Uci mah, kalau ketawa pasti mukul!" jawab Rere sambil cemberut mengelus pundaknya.

"Sabar ya, Re punya sahabat kayak aku!"

"Sabar kali pun aku,haha"

 

Related chapters

  • Playgirl Kelas Teri   DiRumah

    ***Sesampai di rumah, seperti biasa, rumah ku pasti tak ada orang.Orang Tua ku mempunyai warung nasi Ampera di pasar, dan selalu menghabiskan waktunya dari pagi hingga petang untuk berjualan.Aku anak ke dua dari tiga bersaudara,Kakak pertama ku sudah tamat sekolah dan saat ini sedang membantu Ibu dan Ayah di warung.Sedangkan adik ku, masih berumur 5 tahun.Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah karena banyaknya aktivitas yang ku lalui hari ini.Mengambil hp di laci, lalu baring sambil memainkannya.Ada dua panggilan tak terjawab dari nomer baru di hp ku. Pasti bang Ardan dan bang Rian.Ada juga beberapa pesan dari cowok online ku.Saat ini pacar ku ada tiga, yang pertama Toni, aku mengenalnya saat aku pulang ke tempat nenek waktu libur sekolah.Yang kedua Rudi, dia ku temui dari fb.Dan yang ketiga tadi Bobi, teman satu sekolah.Mereka sangat baik padaku, tak jarang mereka selalu mengisi pulsa

  • Playgirl Kelas Teri   Ketahuan

    "Rere merajuk?" tanya bang Rian kebingungan."Gak tau bang, biasanya dia juga gak gitu!" jawab ku."Yasudah kalau gitu, Abang pulang dulu,ya?""Iya, makasih ya nasi bungkusnya!"Sebenarnya aku sudah sangat bosan dengan yang namanya nasi bungkus, karena itu makanan yang sering aku makan.Tapi tak apalah,tetap ku hargai usaha bang Rian yang ingin mendapatkan hatiku, asek!"Re ... Kau merajuk?""Ih siapa juga yang merajuk!""Hmm ... Yasudah nah nasinya untuk kau aja, aku banyak lauk di rumah!""Males ah!""Please gak usah kayak anak kecil deh,Re?" ujarku yang sedikit sewot dengan tingkah Rere yang menurutku aneh."Apaansih, Ci? Kan kita emang masih kecil, kau nya aja yang keganjenan!" Sahut Rere tak kalah sewot."Keganjenan? Maksud kau apa? Aku gak ngerti ya, cuma gara gara nasi bungkus ini kau jadi aneh!""Entah lah, aku pulang dulu!" Rere bangkit dari duduknya dan langsung ber

  • Playgirl Kelas Teri   Hukuman

    Aku terperanjat mendengar teriakan seseorang yang sangat aku takuti di sekolah ini."Bagus sekali kalian,ya? Apa kalian tidak sadar, kalau kalian itu masih di bawah umur? tidak seharusnya kalian berpegangan tangan!" Tegur guru BP yang terkenal sangat kejam di sekolah.Aku dan Bobi hanya menunduk, sama sekali tidak berani melihat ke arah Bu Rewe."Ikut saya ke ruang BP!" perintah Bu Rewe yang sudah pasti dengan mata melotot."Tapi, Bu, ini hanya salah paham!" ucapku mencoba membela diri.Aku sedikit menyenggol lengan Bobi agar ia juga ikut membela agar kami tidak di bawa ke Ruang BP."Maaf Bu, kami salah!" Sahut Bobi yang membuat ku tercengang.Dasar Bod*h batin ku berucap. Ucapan Bobi sama saja memperjelas yang di tuduhkan Bu Rewe, padahal yang terjadi benar benar salah paham."Nah yang lakinya saja sudah mengakui, kamu Suci, mau mengelak? cepat ikut saya!"Aku dan Bobi akhirnya mengikuti langkah kaki Bu Rewe

  • Playgirl Kelas Teri   Selamat

    Dasar poltak, polos tak berot*k!"Kau pikir sendiri!" ujar ku membentak Rere.Selama ini aku dan Rere tak pernah marahan, hal hal kecil selalu kami jadikan lelucon agar tak jadi ribut, tapi kali ini aku tak bisa bersikap seperti biasa, karena yang di lakukan Rere sudah di melewati batas." Oh, pasti kau marah karena aku tinggal tadi, kan? Okedeh aku minta maaf, aku tadi beneran lupa, habis dari toilet tadi aku langsung ke kelas karena bel sudah bunyi" jawab Rere."Alah, alasan kau aja itu bilang lupa, padahal emang sengaja, terus kau juga kan yang bilang sama Bobi kalau aku ada di belakang kelas!" Cerca ku dengan rasa kesal."Hah? Bobi? Aku sama sekali gak ada jumpa Bobi,Ci, hari ini. Aku juga gak tau kalau kau di cariin sama Bobi, beneran deh!""Banyak alasan!" aku langsung keluar kelas meninggalkan Rere yang bingung. Lebih tepatnya pura pura bingung."Ci, tunggu ... Aku beneran gak tau apa apa soal Bobi!" ucap Rere seraya meng

  • Playgirl Kelas Teri   Rere

    Ku percepat langkah kaki ku untuk menghampirinya.Baru saja tadi di sekolah ia meminta maaf,eh sudah buat kesel lagi."Udah di sini aja,Re?" Tanya ku mengagetkan Rere."Suci? Eh iyah, tadi di panggil bang Rian di suruh mampir, iya kan, bang?" jawab Rere meminta bang Rian membenarkan ucapannya."Ha? iya!" ucap bang Rian gugup.Aku yakin kegugupan bang Rian hanya menutupi kebohongan Rere."Tapi tadi janji pulang sama?" tanyaku.Kulihat Rere sedikit kebingungan menjawab pertanyaan ku."A- aku kira kau tadi udah pulang, makanya aku langsung pulang!""Aku nungguin loh,Re, dari tadi di depan kelas, masak iya kau gak tau? Ah gak jelas kau lama lama jadi sahabat!" cerca ku dengan nada yang sedikit membentak.Rasa kesal seketika menyelimuti hati.Tak ku pedulikan image ku di depan bang Rian, bodoh amat batinku. Cowok mah banyak!Bukan kali ini saja Rere meninggalkanku, tapi sudah berkali kali, lama lama aku

  • Playgirl Kelas Teri   Ketahuan

    Aku tertegun mendengar pertanyaan bang Rian,Apa Rere telah menceritakannya semua?Ya ampun Rere, dia merusak reputasi ku."Maksudnya,bang? Suci gak paham!" tanyaku memastikan."Tadi Rere bilang sebenarnya kamu sudah punya pacar di sekolah? Apa benar?"tanyanya lagi.Aku bingung harus jawab bagaimana, sebenarnya aku juga tidak suka dengan bang Rian, tapi kebaikannya itu yang aku sayangkan jika ku jawab iya.Pasti bang Rian tidak akan memperdulikan ku lagi jika ia tau aku punya pacar, apalagi pacar ku bukan hanya satu.Tega sekali Rere, padahal apa yang aku dapat dari bang Rian juga ku bagi padanya,dasar!Tapi tunggu, dari pertanyaan bang Rian sepertinya Rere tidak bilang total pacarku.Rere hanya bilang aku sudah punya pacar di sekolah, setidaknya masih sedikit aman."Emang Rere bilang kayak mana ke abang?" aku balik bertanya."Rere bilang, kemarin Suci di tembak sama cowok pakai cincin dan juga bunga, dan S

  • Playgirl Kelas Teri   Bekal

    Kulihat Rere sedikit merengut, mungkin karena hanya nama ku yang di panggil, padahal juga ada Rere di sampingku."Iya,bang?" jawab ku menoleh ke arah suara."Nih, yang abang janjikan semalam!" ujar bang Rian memberiku sebuah bekal.Ku buka isinya nasi goreng dengan telor ceplok, nugget, sosis dan udang, membuat selera ku meningkat sepuluh kali lipat."Ini abang masak sendiri loh, khusus untuk Suci" sambungnya lagi dengan senyum yang mengembang.Aku jadi tak enak dengan Rere, bang Rian memperlakukan seperti tak ada Rere di sampingku."Maaf bang, bukan nya Suci nolak tapi Suci sudah sarapan tadi di buatkan nasi goreng juga sama Emak" ucapku berbohong.Padahal tadi aku tidak sempat sarapan karena takut Rere pergi duluan."Yah, padahal Abang udah susah susah lo buatnya, sampai harus belajar di youtube" seru bang Rian terlihat tak bersemangat."Ambil aja kali,Ci, kasihan tau bang Rian udah capek buat nasi gorengnya!

  • Playgirl Kelas Teri   Toni

    Mungkin Emak juga tidak menyangka,Toni, anak kelas dua SMA mengendarai motor sendiri dengan jarak yang memakan waktu sampai tiga jam."Sudah,Buk, tuh dia" jawab Toni menunjuk ke arah ku."Si Suci?" tanya Emak kaget."Maksudnya, tuh si Suci numpahi air, Buk!"Aku tersentak saat melihat air yang ku tuang ke dalam gelas sudah penuh berluber, tadi aku hendak minum untuk menenangkan hati ku yang kaget karena kedatangan Toni ku, eh yang ada malah semakin kacau."Ya ampun,Ci, kok melamun!""Eh enggak, Mak, cuma sedikit terkejut aja jumpa Abang Toni di sini, yakan,Bang!"Toni tertawa kecil dan mengangguk.Lalu dia datang mendekat ke arahku, jantung ku serasa ingin copot, bukan karena di dekatinya, tapi karena ada Emak yang melihat. Untung Ayah sudah kebelakang, kalau masih ada Ayah, jantungku bisa copot dua kali."Toni, duduk di sini ya,Buk!" ucap Toni seraya meletakan tas punggungnya di kursi sampingnya."Oh iya, iya

Latest chapter

  • Playgirl Kelas Teri   Rere

    Sesampai di warung aku langsung mengambil ahli menjadi kasir, karena itu adalah bagian yang paling santai. Tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga.Berhubung warung sedang sepi, tidak lupa aku mengambil sepiring nasi karena cacing di perut ku sudah demo sedari tadi.“Laper,Ci?” Tanya Emak yang mungkin heran melihat porsi ku yang beda dari biasanya."Hehe. Iya, Mak. Labor Uci,Mak," jawab ku cengengesan."Apa labor?""Lapar borat, haha.""Dasar !" Seru Emak seraya mengeplak kepala ku dengan kertas nasi yang sedang Emak pegang."Aish, si Emak. Berdosa tau keplak kepala," ujar ku memanyunkan bibir."Gak berlaku itu sama Emak," jawab Emak santai.Emak mengambil nasi dan ikut makan di sampingku. Mungkin Emak selera melihat aku makan yang kelewat lahap."Bu, nasi satu,ya" tiba-tiba datang pembeli."Biar Suci aja,Mak," ucapku saat Emak hendak bangkit.Tak tega rasanya melihat Emak yang sedan

  • Playgirl Kelas Teri   Rudi

    Aku kembali berjalan melewati teman-teman kak Resti. Tiba-tiba ada yang sengaja menahan langkah ku hingga terjatuh."Aduh," kataku spontan. Semua teman kak Resti reflek ketawa melihat aku terjatuh. Kecuali satu, cowok yang tadi bilang aku cantik. Ia tak tertawa sama sekali, malahan ia menatap marah ke cewek yang sengaja membuat aku tersandung."Hati-hati,dek," ucap cewek itu. Nada ucapannya jelas seperti mengejek."Kok kamu gitu sih, Ntan?" Bentak cowok tadi. "Oh cewek kejam ini namanya Intan" kata ku dalam hati."Kan aku cuma bilang hati-hati, terus salah aku di mana?" tanyanya pura-pura tak merasa bersalah."Sudah,Bang. Aku gak papa," sahut ku mencoba menengahi."Noh, dianya aja bilang gak papa, kok malah kamu yang sewot.""Ada apa ini?" tanya kak Resti yang baru muncul dari dapur."Tuh adik mu jatuh, malah aku yang disalahkan sama Rudi," jawabnya ketus."Sudahlah, aku tak apa kok," ucapku kembali mencoba menenga

  • Playgirl Kelas Teri   Marah

    Harapan cuma harapan, Bang Ardan memberhentikan motornya tepat di depan warung Bang Rian.Seketika jantungku berdetak kencang dan serasa ingin kentut sangking gugupnya."Kau mau minum apa?" Tanya Bang Ardan."Ini aja,Bang. Btw, jauh banget kita beli minumnya," ujar Rahmat."Iya sekalian lihat pujaan hati," jawab Bang Ardan.Di balik kardus minuman aku terus mengintip mereka berdua. Untungnya Bang Rian diam dan tidak melihat ke arah ku."Abang ini temannya Suci kan yang tadi pagi?" Tanya Bang Ardan. Oh iya aku lupa, tadi pagi saat sedang bersama Bang Rian, Bang Ardan datang mengajak ku boncengan ke sekolah. Duh, kenapa aku lupa coba. Seharusnya Bang Rian juga ku ajak sembunyi. Eh tapi mana bisa!"Oh Abang ini yang tadi pagi pergi sekolah bareng Suci 'kan ?" tanya Bang Rian memastikan."Abang ada lihat Suci pulang sekolah?""Emm, kayaknya gak ada,deh. Mungkin belum pulang," ujar Bang Rian berboh

  • Playgirl Kelas Teri   Memilih

    Aku juga tak tahu harus berbuat apa dengan mereka berdua. Tidak ku sangka akan berjumpa dengan keduanya di sini.Kantong Doraemon, aku butuh bantuan mu agar aku bisa hilang dari hadapan mereka berdua."Apa kau nembak Suci juga,?" tanya Bang Ardan. Rahmat mengangguk cepat."Abang juga?" tanya Rahmat balik."Iya, ni datang menemui Suci untuk minta jawaban," jawab Bang Ardan."Bang Ardan, Rahmat, maaf ya, Suci kebelet nih. Boleh Suci ke toilet bentar?" alasanku berbohong. Aku hanya ingin lari dari mereka."Gak. Kamu harus selesaikan ini semua,Ci. Kamu harus kasih kami jawaban, siapa yang kamu pilih. Aku atau Bang Ardan?" Rahmat menahan tangan ku saat aku ingin bangkit.Sepertinya aku yang harus mengalah untuk tidak mendapatkan keduanya. Karena kalau ku pilih salah satu, yang ada mereka akan saling tak enak. Mereka sepupuan, aku tak ingin merusak hubungan mereka.Ku atur nafas sebelum menjawab. "Sebelumnya Suci mint

  • Playgirl Kelas Teri   Bertemu

    Aku berjalan keluar kelas dengan tangan yang sedang di tarik Ayu.Kulihat kebelakang tidak ada Rere.Apa dia masih di dalam kelas?Untuk apa?Aku jadi semakin yakin kalau Rere adalah pelakunya."Tungga,Yu," pinta ku pada Ayu."Kenapa?" tanya Ayu penasaran.Aku menunjuk ke arah kelas dengan gerakan kepala. "Noh, si Rere masih di dalam kelas!" ucapku ketus."Tuh 'kan? Buat curiga 'kan kayak gitu. Ngapain coba dia masih di dalam kelas?" seru Ayu kesal.Aku berjalan pelan balik ke arah kelas. Namun belum sampai ke kelas Rere sudah keluar."Ngapain kok lama?" tanyaku penuh selidik."Eh? Em anu, tadi ikat tali sepatu. Iya aku ikat tali sepatu. Begitu mau jalan eh malah lepas," jawab Rere yang terlihat gugup."Oh!" kataku singkat.Aku kembali berjalan dengan menggandeng tangan Ayu, sedangkan Rere mengekor dari belakang."Ayu, kau ada chatingan sama cowok gak?" tanya Rere saat kami telah duduk di kanti

  • Playgirl Kelas Teri   Bertengkar

    "Ayu jangan dekat-dekat sama Suci. Nanti di ajak jual diri juga lho," ucap Putri saat kami tiba di kelas."Siapa yang jual diri?" Bentak seseorang membuat kami bertiga terkejut."Kalian ya, masih SMP tapi bahasa kalian sudah seperti orang dewasa," Buk Ranti guru agama memarahi kami."Siapa yang kalian tuduh jual diri?" sambung Buk Ranti.Spontan Putri dan Ayu melihat ke arahku.Aku langsung menggeleng, "Enggak benar,Buk. Mereka menuduh Suci tanpa bukti. Iyakan, Yu?" ucapku sambil meminta pembelaan dari Ayu."Iya,Buk," jawab Ayu mengangguk."Tapi kamu memang di beri uang kan sama cowok?" ujar Putri membenarkan tuduhannya.Buk Ranti membenarkan kacamatanya dan memandang ku meminta penjelasan."Dia teman Suci dari kampung nenek,Buk. Kebetulan dia kemarin main ke rumah Suci. Bahkan Emak dan Ayah nyuruh dia nginap,""Tuhkan,Buk. Pasti di rumahnya tu mereka melakukannya." Putri memotong ucapan ku."Kau kira di ruma

  • Playgirl Kelas Teri   Fitnah

    "Hm ... Aku dengar kamu jual diri ya,Ci? Terus kamu di bayar 300 ribu. Aku gak nyangka,Ci. Kamu gunain wajah cantik mu untuk itu," jawaban Raya membuat aku terkejut.Jantungku berdetak sangat kencang dan hatiku seperti tersayat-sayat.Siapa yang sudah tega memfitnah ku!"Aku jual diri? Aku gak sebodoh itu,Ray. Bilang sama aku siapa yang sudah nyebarin fitnah." Aku menatap Raya serius."Aku sih,di bilang Putri!" jawab Raya.Aku langsung menghampiri Putri yang berdiri di depan pintu kelas."Maksud kamu apa fitnah aku,ha?" Aku langsung menghardik Putri."Lagian benar, kan? Kamu jual diri terus di bayar 300 ribu. Mana ada cowok yang mau ngasih uang dengan cuma-cuma,Ci. Kami gak bodoh," jawab Putri dengan santai.Perihal uang 300 ribu hanya Rere yang tahu.Saat Toni memberiku uang juga tak ada siapa pun di situ.Apa mungkin Rere?"Emangnya kamu punya bukti?""Enggak sih, aku juga dengar dari orang!"

  • Playgirl Kelas Teri   Ditembak

    "A-aku... Kita harus pergi dari sini!" ucapku seraya menarik tangan Rahmat saat melihat dua sosok yang menakutkan.Bisa kena ceramah tujuh hari tujuh malam aku kalau ketahuan duduk berduaan sama lelaki."Kenapa?" tanya Rahmat dengan nafas yang ngos-ngosan."Ada Emak dan Ayah ku," jawabku juga dengan nafas yang tersendat."Kan gak papa, jadinya aku bisa kenalan!" jawab Rahmat enteng."Duh,Rahmat... Kita ini masih SMP tahu, masih jauh untuk tahap perkenalan dengan orang tua!"Kami bersembunyi di balik wahana 'Tong Setan'. Dulu aku mengira isi tong sebesar ini setan beneran, rupanya tong setan ini seperti pertunjukan aksi motor. Begitulah kira-kira."Mau sampai kapan kita di sini?" tanya Rahmat. Sepertinya ia sudah lelah kaerna di serbu dengan nyamuk. Kulihat beberapa kami Rahmat memukul dan menggaruk bagian tubuhnya."Kita pulang saja,ya!" ajak ku."Tapi?" Cegah Rahmat.Aku tau, Rahmat belum siap mengungkapkan

  • Playgirl Kelas Teri   Pasar Malam

    Pelan aku berjalan menjaga keseimbangan.Saat hampir sampai diujung, kaki ku kepleset dan untungnya Rahmat berhasil menangkapku.Jantungku berdegup kencang, antara karena mau jatuh dan ditangkap Rahmat.Aku yakin Rere yang melihat pasti semakin hareudang. Panas panas panas.Setelah semua selesai kami diberi waktu membersihkan diri.Kami juga diberi waktu untuk mengelilingi sekitar Swimbath. Aku hanya memilih duduk di depan tenda."Kau kok tega sih bilang aku bukan sahabat kau?" tanya Rere yang ikut duduk di depan tenda."Kau yang kok tega bicara seperti itu didepan Rahmat, kau mau merusak image aku? Kau kesal sama aku karena Rahmat lebih milih aku?" aku meluapkan emosi yang sedari tadi tertahan."Aku tadi keceplosan,Ci!" jawaban Rere sama sekali tak masuk akal."Aku masih tau mana yang keceplosan mana yang memang sengaja!" hardikku."Yasudah aku minta maaf,Ci""Iya aku maafin!"Aku malas be

DMCA.com Protection Status