Beranda / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Bahwa Yang Kulihat Saat Ini Adalah ...

Share

Bahwa Yang Kulihat Saat Ini Adalah ...

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-07 23:09:33
Sebelum ke ruang rapat, kami satu rombongan diajak oleh supervisor untuk melihat bagaimana proses produksi sigaret.

Lautan manusia sebanyak ini didominasi oleh perempuan-perempuan tangguh berseragam kerja warna kuning berlengan pendek. Memakai hairnet dan masker dengan tatapan fokus pada jemari tangan mereka yang sedang mencetak batang demi batang sigaret.

"Ini gedung pertama. Masih ada sepuluh gedung lagi." Terang supervisor yang rambutnya mulai ditumbuhi uban.

"Apa?!" Aku terkejut mendengarnya.

“Pabrik sigaret ini terbesar kedua di negara kita. Wajar jika memiliki banyak gedung dan anak cabang penyimpanan tembakau di luar daerah.”

Lalu kami diajak melihat bagaimana proses produksi sigaret dan mencermati hal-hal kecil yang menimbulkan permasalahan. Kemudian dilanjutkan ke bagian penyimpanan tembakau dan pengepakan sigaret siap kirim.

Tidak semua gedung dikunjungi, hanya tiga gedung saja sebagai penambah wawasan kami yang berada di kantor pusat. Itu saja membutuhkan waktu selama
Juniarth

enjoy reading ... maaf up nya malam-malam.

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Suamiku Sebenarnya Pewaris Keluarga Hartadi

    Persetan dengan panggilan Pak Prasetyo. Aku tetap berlari keluar ruang rapat untuk mengejar Lois. Suamiku itu berjalan cepat di lorong gedung lalu aku memanggilnya dengan suara lantang. "Lois! Tunggu!" Langkah suamiku itu terhenti lalu menoleh ke arahku yang berlari ke arahnya. Dengan nafas naik turun aku berhenti tepat di hadapannya yang menatap serius. "Aku ... butuh penjelasan," ucapku sambil menetralkan degub jantung. "Gimana caranya kamu bisa sampai kemari?" "Aku disuruh Pak Rudy gantiin Gia."Tanpa menjawab apapun, Lois berbalik badan akan pergi meninggalkanku. Tapi dengan cepat tanganku meraih pergelangan tangan kanannya. "Jangan pergi dulu. Aku butuh penjelasan, Lois."Telunjuk Lois mengarah ke arah belakangku."Silahkan kembali ke ruang rapat. Kamu itu karyawan perusahaan ini. Dan apapun yang kita lakukan di dalam kantor atau pabrik ini, harus dijalankan secara profesional. Jangan campurin masalah pribadi dengan pekerjaan.""Aku tahu. Tapi apa salahnya kalau minta waktu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Perempuan Yang Kamu Jaga Hatinya

    “Mbak yang duduk di ujung belakang, apa ada saran yang bisa anda utarakan?” Pandanganku masih tertuju pada Lois yang sedang berdiri di depan sana sambil membaca dokumen yang tadi dibawa. Sungguh, suamiku itu sangat mempesona dengan kaca mata bening yang dikenakan. Aku tidak menduga jika ia bisa setampan ini hingga sanggup mengalihkan duniaku. Padahal dulu aku masih ingat sekali jika sangat membenci dan jijik menjadi istrinya. Tapi kini aku seakan tidak bisa berpaling dan hidup tanpa Lois. Dia adalah separuh nyawaku dan semoga saja Tuhan mewujudkan harapanku untuk membuat Lois memaafkan segala kesalahanku di masa lalu. “Mbak?” Lamunan tentang masa depan bersama Lois dan membayangkan memiliki anak dengannya membuat senyumku tidak pudar sedari tadi. Bahkan apa yang ia jelaskan sejak tadi tentang kinerja perusahaan sigaret ini tidak masuk sama sekali ke dalam otakku. Sepertinya semua panca indraku terlalu sibuk mengkhayalkan tentang Lois. Lalu sebuah tepukan di tangan membuatku ters

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Jangan Coba-Coba Dekati Pangeranku!

    "Mbak, kenapa jongkok sama nangis disini?" Aku menoleh dengan derai air mata lalu mengusapnya dengan cepat. Menghentikan isakan karena malu dipergoki petugas office girls yang akan membersihkan lantai. "Maaf, permisi."Sepanjang jalan menuju tempat dimana rekan-rekan kerja berada, aku terus mengusap air mata dan menghentikan isak tangis. "Aku harus kuat! Harus kuat!"Setibanya di sana, rekan-rekan terlihat masih sibuk berswafoto. Lalu tidak berapa lama, kami bersiap kembali ke dalam mini bus. Tapi ada beberapa rekan berhenti di dekat helikopter perusahaan yang masih diam terparkir gagah. Mereka berswafoto kembali dengan background alat transportasi udara private milik keluarga Hartadi itu. "Ya ampun, gimana ya rasanya naik helikopter lalu disupirin sama pilotnya?" celetuk Adelia. "Ya enak lah, Del. Yang bisa naik ini cuma keluarga Hartadi dan jajaran direksi doang," jawab teman satu circle-nya."Pak Lubis tiap hari naik ini kalau kesini. Ya ampun, putra mahkota keluarga Hartadi e

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lelaki Halalku

    "Butuh tumpangan?" Langkahku yang tertatih itu terhenti lalu kepalaku menoleh ke sumber suara. Dadaku seperti mencelos melihat kedatangannya yang mendadak dengan kedua mata membelalak sempurna. Tuhan, inikah yang namanya pertolonganMu secepat kilat? Kau datangkan dia saat aku hampir dibatas kemampuan. Ada rasa bahagia bercampur haru karena doaku terkabul begitu cepat. Sekaligus tidak menyangka jika ia benar-benar ada di hadapanku saat ini. "Lois?" Lois tiba-tiba datang dengan motor matic putih miliknya. Memakai jaket denim yang nampak usang tapi aku pernah secara tidak sengaja memergoki merk pembuatnya. Jaket yang diproduksi beberapa buah saja dari desainer ternama negeri Paman Sam dan dibanderol dengan harga jutaan rupiah. Sekilas seperti jaket murahan, namun cukup mahal. Sama seperti dirinya jika sudah kembali ke Jakarta. Lois seperti lelaki setengah pengangguran yang berprofesi sebagai gitaris band indie dengan bayaran tak seberapa. Padahal ketika ia pergi ke Bandung posisin

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Nyamannya Tidur Dalam Dekapanmu

    "Maaf, ganggu, kirain udah tidur." Aku segera melepas tangan dari rahang Lois dan kami reflek saling menjauh. "Ya udah lanjutin aja. Soalnya udah tengah malam gini kok pintu kontrakan kalian masih terbuka. Aku pikir ketiduran. Maaf, Ly. Silahkan dilanjut." Mbak Indri, tetangga kontrakanku langsung pergi begitu saja usai mengganggu aktivitas romantis kami yang hampir saja mencapai puncaknya. Andai aku sudah menutup pintu lebih dulu mungkin aktivitas romantisku dengan Lois bisa berlanjut malam ini. "Aku ... mandi dulu." Lois segera beranjak dengan membawa kantong plastik berisi obat-obatan lalu menuju kamar mandi. Sedang aku hanya terduduk sendiri di ruang tamu. Aktivitas romantis itu benar-benar terputus karena kecerobohan kami. "Belum rezeki. Hampir aja aku berhasil nyium Lois." Aku menghela nafas lalu memandangi pintu yang masih terbuka. "Gara-gara pintu doang." Selanjutnya aku tersenyum geli membayangkan wajah Lois yang bersemu malu karena Mbak Indri memergoki kami. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Cam Kan Itu Baik-Baik!

    “Untuk ngasih lo penjelasan kalau gue ini istri sahnya Lois. Dan udah seharusnya lo nggak genit-genit sama suami gue!” ucapku tegas dengan menatapnya intens. Jika Rily bisa menunjukkan taringnya, maka aku pun sama. “Gue nggak genit! Tapi emang Lois dan gue masih saling cinta!” “Oh ya? Masih saling cinta ya? Mau tahu satu kebenaran lain tentang hubungan gue sama Lois?” tantangku. Rily mengerutkan alisnya sambil menatapku tajam. “Semalam, dia telaten banget ngobatin kaki gue yang lecet. Dibantuin jalan sampai apa-apa gue nggak boleh sendiri. Apa itu yang namanya Lois mencintai lo?” Kepalaku menggeleng dengan senyum remeh lalu bersedekap sambil menatapnya. Biarlah aku mencampur kebenaran dengan kebohongan untuk menyelamatkan rumah tangga. “Habis diobatin, aku peluk dia eraaaaattt banget, Ril,” ucapku sambil memeluk diri sendiri, “Dan lo tahu, Lois nggak nolak sama sekali. Ya ampun, gue jadi pengen senyum-senyum sendiri.” Ekspresi wajah Rily berubah emosional dan merah padam karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Pernahkah Kamu Takut Kehilangan Aku?

    "Malam, Eyang."Si nenek kaya raya yang tadi sore kuselamatkan dari kemalangan itu berada di sebelahku. Ditemani perawat yang mendorong kursi rodanya. "Mbak sakit apa?" Haruskah aku menjawab jujur jika baru saja menemui psikiater?Ah, tidak. Psikiater itu identik dengan orang yang tidak baik-baik saja mentalnya. "Ehm ... cuma terlambat datang bulan saja, Eyang.""Kamu hamil mungkin."Aku tersenyum canggung menanggapi ucapan beliau. Lagi pula mana mungkin aku hamil. Disentuh Lois saja tidak apalagi bercinta. "Totalnya dua ratus lima puluh ribu rupiah, Mbak," kasir rumah sakit bersuara setelah menjumlah biaya pemeriksaanku hari ini. Aku segera mengeluarkan dompet namun urung mengeluarkan uang."Biar aku yang bayar, Mbak. Hitung-hitung ucapan terimakasih karena kamu tadi nolongin aku."Aku menatap Eyang kaya raya itu dengan tatapan sungkan. Kemudian perawat pribadinya mengeluarkan sebuah kartu ATM berwarna emas lalu mengulurkannya pada petugas kasir rumah sakit."Makasih banyak, Ey

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Jangan Buka Kartu!

    Begitu tiba di depan kontrakan lama Lois, aku segera turun dari motor maticnya. Dengan kepala masih terbungkus helm, aku memberi satu perhatian kecil pada suamiku itu. "Hati-hati, Lois. Aku masuk dulu." Harapanku, dengan perhatian kecil itu akan menghasilkan satu hal besar. Khususnya hubungan pernikahan kami semoga tidak lagi sedingin dan sekaku ini. Sebenarnya aku ingin meminta tangannya untuk kucium. Namun hatiku berkata jika itu masih terlalu cepat untuk Lois. Dia tidak bersikap dingin saja itu sudah lebih dari cukup. Baru dapat dua langkah, kemudian Lois membuka suara dengan posisi masih di atas motor matic. "Aku pulang cepat." Kepalaku menoleh dengan ekspresi bingung. "Pulang cepat? Memangnya kenapa?" "Apa kamu suka aku pulang selalu larut malam?" Aku tertegun tidak percaya dengan ucapannya lalu tersenyum kaku dengan perasaan bahagia bercampur bingung. Perubahan sikap Lois itu cepat sekali dan tidak bisa ditebak kemana arahnya. "Oh ... nggak gitu, Lois. Aku ... ehm

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status