Share

Pewaris yang Tak Diinginkan
Pewaris yang Tak Diinginkan
Author: Saxpearls

BAB 1 - Penggosip dan Pembuli

“Masa? Yang benar?”

“Iya, aku dengar katanya begitu.”

“Anak tiri keluarga Dirgantara, kan?”

“Iya. Katanya dia bisa masuk ke sini karena Ibunya menggoda Pak Aryo.”

“Ah yang benar kamu?”

“Ngga tahu juga deh tapi gossip-nya sih begitu.”

“Ya ampun geli banget deh.”

Seperti dugaan awalku. Bekerja di perusahaan Dirgantara tidak semudah yang aku bayangkan. Bukan karena lembaran-lembaran dokumen yang menumpuk di meja kerjaku tapi karena tatapan tidak bersahabat dari orang-orang di sekitarku.

Tak berapa lama yang lalu, kepala divisiku menatapku dengan tatapan yang penuh dengan penilaian dan saat aku berbalik aku mendengar percakapannya dengan kakak tiriku, Safira, lewat telepon.

“Semua aman, dia dalam pengawasanku. Aku yakin dia ngga akan betah di sini. Semua orang bergunjing tentangnya.” Vivian, kepala divisiku terkekeh geli di telepon, seolah aku tidak mendengarnya saja.

Rupanya Safira sudah menyebarkan gossip tentang aku yang merupakan seorang anak tiri keluarga Dirgantara dan bagaimana mendiang mama menjadi seorang penggoda untuk bisa memasukkanku ke dalam perusahaan.

‘Dasar perempuan-perempuan peng-gossip.’ Rutukku dalam hati. Sementara percakapan lainnya terdengar dari sudut ruangan divisiku dan aku masih tak percaya jika para pria pun juga ikutan bergosip.

“Seriusan? Itu anak tirinya?”

“Cantik gila, man..”

“Kalau memang Ibunya perempuan penggoda, saya juga mau digoda sama anaknya.”

“Tidak usah kamu, saya juga mau. Kamu lihat, kan badannya? Semok..”

“Pantes Pak Aryo tertarik sama Ibunya, anaknya aja aduhai, apalagi Ibunya.” Kudengar cekikikan dari para pria yang berada tak jauh dari balik bilik kerjaku.

Aku dengan sengaja menghentakkan kursiku dengan kasar hingga menimbulkan suara gaduh yang memecah kebisingan ruangan. Aku ingin menunjukkan pada mereka bahwa aku di sini dan aku mendengar mereka. Kini semua mata tertuju kepadaku.

Beberapa karyawan wanita menatapku sengit dan beberapa karyawan pria bersiul pelan. Mereka menyunggingkan senyum menyeringai saat mereka menatapku lamat. Aku menciut, keberanianku tiba-tiba saja lenyap.

“DUK!”

Kaki seorang wanita terulur begitu saja ketika aku berjalan dan mengakibatkan aku terjatuh dengan rok yang sedikit tersingkap. Kudengar para pria kini kembali bersiul, dengan cepat aku membetulkan rokku.

“Ada apa ini ribut-ribut?” aku terhenyak. Suara Bayu Putra Dirgantara tiba-tiba mengudara di ruangan.

Bayu Putra Dirgantara. Anak sulung keluarga Dirgantara. Kakak tiriku. Sekaligus..

Cinta Pertamaku.

Tatapan kami bertemu. Namun Bayu memutus kontak mata kami terlebih dahulu. Entah apa yang ada dalam benaknya melihat posisiku saat ini.

“Rinata, kembali ke kursimu!” titahnya melanjutkan. Aku bergegas berdiri dan kembali ke mejaku. Terbiasa dengan sikap dinginnya padaku. Tak beberapa lama kemudian jejeran dewan direksi memasuki ruangan tim marketing untuk memberikan briefing.

Setelah briefing berakhir, satu per satu karyawan kembali ke bilik kerja mereka masing-masing, tidak terkecuali aku.

“Rinata!” Bayu lagi-lagi memanggilku. Suara baritone-nya terdengar sedikit serak, “Kemasi barang-barangmu dan ikuti aku!” aku terdiam beberapa saat untuk mencerna maksud ucapannya.

Suara percakapan manusia-manusia di ruangan kembali terdengar. Bayu kembali melanjutkan, “Sasa bantu Rinata berkemas.”

“Baik, Pak!”

Selang tak berapa lama, gadis bernama Sasa itu mengarahkanku untuk mengikuti Bayu dan membantuku membawa barang-barangku dalam dus-dus kotak besar.

“Duduk!” perintah Bayu padaku sambil menunjuk pada sebuah sofa hitam di depan meja kerjanya. “Kerjakan di sini dan jika kau sudah selesai, kau bisa memberikannya pada Sasa, sekretarisku. Selebihnya dia yang akan mengurusnya dan jika ada pekerjaan lainnya untukmu, dia yang akan memberikannya langsung kepadamu, kau mengerti?” aku mengangguk walaupun sejujurnya aku masih berusaha membaca situasiku saat ini. Aku masih tak berkutik dalam beberapa menit saat Bayu kembali duduk dan berkutat dengan berkas-berkas yang telah ditinggalkan para dewan direksi di mejanya. Aku di ruangan Bayu. Mengerjakan tugasku sebagai seorang staff marketing biasa. Aku di ruangan Bayu dan ia adalah boss-ku. Aku di ruangan Bayu dan ia menyuruhku untuk tinggal dan mengerjakan seluruh pekerjaanku di ruangannya. Aku di ruangan Bayu dan ia adalah cinta pertamaku!

‘Mimpi apa aku semalam?’ batinku menjerit senang.

***

Aku baru saja hendak menapakkan kakiku ke anak tangga terbawah rumah keluarga Dirgantara ketika kurasakan seseorang menjambak rambutku dengan keras dan menyudutkanku ke penyangga tangga di sampingku. Safira—anak ketiga keluarga Dirgantara. Kakak tiriku yang lainnya.  Aku terbelalak kaget karena matanya menyalak marah kepadaku.

‘Ada apa?’ batinku berucap. Seingatku, aku belum melakukan satu hal pun yang dapat menggugah emosinya yang sadis ini.

“Dasar, jalang!” teriaknya menghempaskanku ke lantai sehingga membuatku tersungkur. Aku meringis kesakitan saat sikuku menggores kaki meja ruang keluarga.

“Kak, aku salah apa?” berusaha untuk membela diriku.

“Kamu masih bertanya kenapa? Dasar, Jalang!” ia menghempaskan kepalaku sekali lagi  saat rambutku kembali ditarik olehnya. Ia berbicara tepat di wajahku dan dari mulutnya aku dapat mencium bau alkohol yang menguar. ‘Dia mabuk.’

“Apa yang kamu lakukan di ruangan, Kak Bayu, huh?!” teriaknya lagi. Meributkan masalah kepindahan ruanganku.

“Kamu ingin bersembunyi dan meminta pertolongan Kak Bayu?! Dasar, jalang! Kamu seharusnya mendengarkan celaan orang-orang di kantor, bukan malah bersembunyi. Kamu pantas mendapatkan hinaan itu.” ucapnya cepat hendak menamparku.

“Safira, CUKUP!” aku mendapati ayah tiriku dan Kak Bayu yang datang dari arah pintu depan.

Ayah tiriku berjalan dengan cepat namun dengan langkah yang tertatih berusaha menghampiri Safira, disusul Kak Bayu yang membantuku untuk berdiri.

“Papa..” Safira bergumam pelan dan wajahnya memucat melihat papa yang menatap dengan sorot mata yang tajam. Tatapan Kak Bayu juga terlihat lebih dingin kepada Safira.

“Cukup Safira! Papa sudah cukup jengah dengan sikapmu ini.”

“Tapi pa, wanita ini memanfaatkan kekuasaan yang papa berikan untuk berleha-leha di ruangan Kak Bayu. Tindakan macam apa itu? Kak Bayu bahkan harus mendapatkan celaan karena sikapnya itu.”

“Safira! Aku yang memintanya untuk bekerja di ruanganku. Jadi, ini bukan salahnya.” Bela Bayu padaku.

“Kakak! Atas dasar apa kakak membelanya? Aku tahu ini semua pasti salah satu bagian dari rencananya untuk mendekati Kakak dan mendapatkan harta Dirgantara, iya kan?” aku terperanjat kaget bersamaan dengan suara tamparan keras ayah tiriku pada pipi Safira.

PLAAKKK!!

“Papa!!” jerit Safira meringis sakit sambil memegangi pipinya yang memerah karena tamparan ayah tiriku padanya.

“Sekarang masuk ke kamarmu dan jangan keluar sampai papa menemuimu!” titah ayah tiriku diikuti dengan hentakan kaki Safira yang kesal dan mulai menangis.

“Bayu, papa rasa kita harus mempercepat pestanya. Sudah cukup pembicaraan kita untuk persiapan pesta ini. Papa ingin pestanya terselenggara di akhir pekan minggu ini.” ucap ayah tiriku dengan nada bicara yang serius kepada Bayu.

‘Pesta? Pesta apa?’ batinku berharap bisa bergabung dalam pembicaraan mereka dan mengerti akan maksud pesta yang mereka bicarakan.

“Baik, Pa. Semuanya akan beres dalam sepekan.” ucap Bayu patuh seperti biasanya.

“Sekarang beristirahatlah, Nak. Kamu pasti lelah hari ini.” kini ayah tiriku itu berbicara padaku dengan tatapan yang lembut dan penuh kasih. Aku mengangguk dan kembali berjalan menaiki anak tangga sambil memegangi sikuku yang tergores tadi, meninggalkan ayah tiriku dan Bayu yang masih berbicara serius di lantai bawah.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
hs020863
menarik diawal cerita, oke juga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status