Share

BAB 5 - Pesta

Penulis: Saxpearls
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku kembali mematut diriku di cermin. Tak percaya dengan hasil karyaku sendiri. Aku memoleskan make-up tipis pada wajahku agar menampilkan kesan senatural mungkin. Rambut hitamku kugelung ke atas dan menyisakan sedikit bagian anak-anak rambut yang bebas pada tengkukku.

Aku kini memperhatikan tubuhku yang dibalut oleh gaun yang panjang sebatas mata kaki.

‘Ini merupakan gaun yang indah.’ Batinku.

Gaun hitam dengan aksen glitter yang tak berlebihan. Gaun ini memiliki model lengan yang terbelah dan menampakkan belahan dada dan punggungku, namun tak cukup jelas karena tertutupi oleh kain transparan yang menyambung pada tanganku. Ya, aku bagaikan memiliki sepasang sayap untuk terbang. Aku memutar tubuhku sekali lagi dan terlihat jelas heels dengan warna perak di kakiku. Penampilanku sempurna dan terima kasih untuk ayah tiriku. Hal ini mengingatkanku pada percakapan kami siang tadi.

Flashback

“Bagaimana jika aku tak pergi ke pesta?”kataku pada ayah tiriku yang sedang  menikmati waktunya meminum teh di halaman samping rumah.

“Jangan konyol, Anakku. Aku membuat pesta ini jelas untukmu. Jadi, bagaimana mungkin pesta terselenggara tanpa pemeran utama.”

“Kalau begitu maukah Papa mengabulkan satu permintaanku.” kulihat ayah tiriku mendelik menyunggingkan senyum padaku yang duduk di sampingnya. Ia meletakkan korannya di atas meja dan menatapku dengan penuh tanya.

“Tentu saja, jangankan satu, semua permintaanmu akan kulakukan dan apa permintaanmu itu, Anakku?”

“Ini berkaitan dengan partner-ku.” tanpa sadar ayah tiriku menaikkan sebelah alis matanya padaku.

“Baiklah, apa itu?”

“Seperti yang kau katakan, aku akan memberikan kejutan untukmu dengan partner-ku, tapi sebagai gantinya, maukah Papa meminjamkan satu hal?”

“Benarkah? Ok, lalu apa yang ingin kau pinjam dariku?”

“Aku ingin membawa mobil sendiri karena sepertinya aku harus menjemput partner-ku secara langsung. Jadi, maukah Papa meninjamkannya kepadaku?” kudengar suara tawa Aryo memekak di telingaku. Aku mengernyit bingung padanya.

“Apa hanya itu permintaanmu?” ia masih terkekeh geli dan aku mengangguk mantap.

“Oh tentu saja sayang, kau boleh membawanya. Kau boleh memakai semua jenis mobil yang aku miliki di garasi keluarga Dirgantara.” aku menghela napas pelan. Lagi-lagi ia menyombongkan kekayaannya yang sangat berlimpah itu.

“Kalau begitu boleh aku pinjam mobil sedan tuamu, Papa?” kulihat tawanya terhenti. Sekarang ia ganti menatapku bingung.

“Kenapa dari semua mobil mewah yang keluarga Dirgantara miliki, kau justru menginginkan mobil itu?” tanya tak mengerti. Aku mengedik dan tersenyum padanya.

“Karena aku menyukai segala sesuatu yang berbau klasik. Lagipula mobil itu tidak akan terlalu mencolok dan yang paling penting, aku tidak perlu membayar mahal jika sewaktu-waktu aku membuat kerusakan padanya.” tawa ayah tiriku kembali memekak.

“Aku tidak menyangka kau akan memikirkannya sampai situ, Nak. Walaupun pada faktanya aku tidak mempermasalahkan jika kau merusak semua mobil mewah yang kumiliki.” ia mengedip dan aku tersenyum puas menatap padanya.

“Jadi, boleh aku membawanya?” ia menatapku sejenak. Ada segurat tatapan sendu pada wajahnya yang dikemas dengan senyuman menawan khas seorang pria tua.

“Tentu, kau boleh memakainya sesukamu.”

“Oh, terima kasih, Papa.” kataku tanpa sadar dengan cepat mengecup pipinya. Ia nampak terkejut dengan tindakanku walaupun pada akhirnya ia kembali tertawa terbahak.

“Oh ya, satu hal.” ia menghentikan langkahku ketika aku ingin beranjak pergi meninggalkannya.

“Gunakan ini pada pesta nanti!” ia menyodorkan dua buah kardus besar dengan hiasan pita di atasnya kepadaku.

“Apa ini?”

“Bukalah, maka kau akan mengetahuinya.” ia mengedip sekali lagi kepadaku dan aku berlalu di hadapannya dengan pikiran penuh tanya terhadap dua buah kotak kardus besar di tanganku.

End Of Flashback

Ia benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang ayah rupanya. Aku mengedik tidak terlalu peduli.

Tapi siapa sangka mungkin aku akan mengecewakannya hari ini. Ia terlalu berekspektasi lebih terhadap ‘partner-ku’.

Dengan cepat aku menuruni anak tangga dan terkejut dengan pemandangan di bawah. Keluarga Dirgantara tengah berkumpul di sana. Maksudku dengan seluruh keluarga Dirgantara adalah kakak beradik dari ibu ketiga kakak tiriku. Tante Salma, Om Radian, Catherine—anaknya, dan adik bungsu mendiang istri ayah tiriku. Om Rudi dan partner-nya—yang pasti wanita itu bukan istrinya, karena Om Rudi belum menikah hingga saat ini. Aku hampir saja lupa bahwa pesta ini mengharuskan kita membawa partner.

Langkahku terhenti saat pada akhirnya menemukan sosok Bayu di sana. Setelah sekian lama ia menghilang sama seperti halnya Dandy dan juga Anton. Ia terlihat tampan dengan setelan tuxedo hitam yang membalut tubuh rampingnya yang tegap. Tatapan kami bertemu untuk beberapa saat dan jantungku kembali berdegup kencang. Namun, perasaan itu tak berlangsung lama saat menemukan Ara berdiri tepat di samping Bayu dengan sebuah senyumannya yang menawan

“Oh ini dia pemeran utama sudah datang!” ucap ayah tiriku terlihat sangat bahagia menatapku. Kini tatapan semua orang tertuju padaku. Safira yang nampak cantik dengan gaun merah mudanya terlihat enggan untuk menatapku. Ia memalingkan wajah bersamaan dengan bergabungnya aku bersama mereka. Kulihat Catherine merangkul lengan Kevin. Sepertinya mereka ber-partner malam ini dan ini merupakan sebuah kejutan karena Kevin tidak membawa wanita malamnya.

Catherine terlihat acuh padaku. Ia seolah tak tertarik dengan ucapan ayah tiriku sambil mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai ke samping. Sementara Kevin, ia tercengang menatap kehadiranku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu. Tante Salma persis seperti Catherine yang acuh saat melihatku, bedanya Tante Salma mendengus geli walaupun ia terlihat tak peduli. Om Radian terlihat netral, ia tidak menunjukkan jenis ekspresi apapun saat menatapku. Hanya Om Rudi dan ayah tiriku yang menyambutku dengan sebuah senyuman.

“Kau terlihat sangat cantik malam ini, Nona.” Om Rudi mengulurkan tangannya untuk membantuku menuruni anak tangga terakhir setelah melepas rangkulan wanita cantik di sisinya.

“Terima kasih.” ucapku malu-malu.

“Kau memang layak menjadi pemeran utama malam ini.” aku mengernyit bingung mendapati komentar Ara padaku yang tiba-tiba. “Persis seperti yang Om Aryo katakan.” Ungkapnya dan membuat jelas dari mana ia mendapatkan informasi itu.

“Ya dan semoga saja ia tidak bersikap memalukan di pesta nanti.” tanggapan yang sarkastik kudengar dari mulut cantik Tante Salma.

‘Terima kasih!’ gerutuku dalam hati. ‘Dan semoga kau tidak merusak malamku dengan semua hinaanmu.’

“Lalu siapa partner-mu malam ini, Cantik? Aku yakin seseorang tidak ingin melewatkanmu.” kata Om Rudi. Aku menatap kembali Bayu dan tak kuduga Bayu masih menatapku dengan tatapannya yang dingin hingga akhirnya ia yang terlebih dahulu memutus kontak mata kami.

“Tentu saja orang yang special.” sahut ayah tiriku cepat.

“Dan semoga tak memalukan untuk keluarga Dirgantara.” celetuk Safira pelan namun dapat terdengar jelas di telinga kami semua. Ayah tiriku berdehem pelan menanggapi komentar anak bungsunya itu sebelum kembali menatapku.

“Siap menjadi bagian dari keluarga Dirgantara seutuhnya?” ia mengacungkan sebuah kunci kepadaku. Tentu saja, kunci mobil sedan bututnya. Aku tersenyum getir mengambil kunci itu dari tangannya.

“Oh ayolah, Papa. Aku tidak pernah bisa menjadi bagian dari kalian.”

“Baguslah kalau kau tahu itu.” perkataan Tante Salma kembali menggema dan kurasakan situasi sedikit menegang sebelum ayah tiriku kembali melanjutkan.

“Kenapa tidak? Buktinya setelah malam ini kau akan resmi menjadi bagian dari Dirgantara dan semua orang akan tahu mengenai hal itu.”

Aku menggeleng.

“Tapi aku yakin kau tahu bahwa aku tak pernah menginginkannya.” jawabku dengan nada yang hampir seperti berbisik walaupun keheningan mencekam di tengah-tengah ruang keluarga tetap dapat mengantarkan kata-kataku pada seluruh anggota Dirgantara lainnya. Kulihat sekilas tatapan kecewa ayah tiriku sebelum kemudian ia kembali mengulas senyumnya padaku.

“Aku berangkat, Papa.” kataku lagi-lagi mengecup pipinya cepat sebagai refleks. Entah kenapa belakangan aku terus melakukan hal itu padanya. Mungkin karena aku telah benar-benar menganggapnya sebagai ayahku sekarang. Aku melewati Bayu dan tersenyum kecil saat ia kembali menatapku. Aku tidak peduli tentang apa yang dipikirkannya terhadapku, terutama saat ini, tapi yang jelas aku mantap dengan satu hal, bahwa aku mencintainya.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
hs020863
teringat masa masa muda jadinya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 6 - Dandy menghilang!

    5 Hari Sebelum Pesta “Ini laporan apa, huh? Kacau semua isinya, coba kamu lihat!!” Vivian, kepala divisiku melempar kasar map biru yang berisi lembaran-lembaran dokumen pekerjaanku ke atas meja. Aku mengerjap kaget mendapati reaksinya tersebut. Aku terlalu fokus memikirkan tentang Bayu yang tengah bersama Ara. Menghabiskan waktu berdua dengannya. Hal itulah sebenarnya yang juga melatarbelakangi kekacauan pekerjaanku belakangan ini. Semenjak Armenita hadir, Bayu lebih sering berada di luar kantor. Aku baru saja mengetahui dari Sasa bahwa Ara adalah teman SMA Bayu dulu dan merupakan seorang fashion designer yang sebenarnya telah lama berdomisili di Perancis. Keberadaan Armenita yang mendominasi Bayu ternyata membawa dampak buruk bagi diriku. Bayu bahkan tidak menyukaiku. Aku selalu hanya dapat berharap agar Bayu dapat membalas perasaanku. Tapi itu tidak mungkin, jadi aku menurunkan perasaanku sampai pada level ‘aku berharap agar aku selalu dapat berada di sisinya, walaupun tanpa memi

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 7 - Bayu yang Perhatian

    “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya secara perlahan dengan intonasi suara yang tegas dan dalam. Aku masih tertunduk tidak dapat mengangkat wajahku untuk menatap matanya. Terbersit dibenakku saat ini tentang kepergiaan mama, lalu tentang betapa konyolnya peraturan ayah tiriku sehingga membuatku kembali terjebak dalam keluarga Dirgantara, tentang celaan orang-orang yang tiada habisnya, pesta itu, kedekatan Bayu dengan Ara, pekerjaan, café, dan saat ini Dandy. Tiba-tiba semua pemikiran itu menyerbuku bersamaan dan tepat sebelum air mataku jatuh, tangan Bayu menggapai tanganku dan menarikku masuk ke dalam pelukannya. Membenamkan wajahku ke dadanya yang bidang. Wangi tubuhnya yang maskulin menguar di sekelilingku. “Syukurlah aku menemukanmu di sini!” katanya membuat jantungku berdegup kencang tidak karuan. “Papa mencemaskanmu, ayo ikut aku pulang sekarang.” Bayu menatap wajahku sesaat sebelum akhirnya menuntunku untuk duduk di mobilnya. “Maafkan aku, Kak.. aku merepotkanmu. Ada se

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 8 - Tanpa Kabar

    Sesampainya di kantor, aku langsung menekan tombol lift menuju ke lantai 23A. Pintu lift terbuka dan aku langsung disuguhi oleh pemandangan wajah Sasa yang menghadangku di depan pintu lift di lantai 23A. Raut wajahnya terlihat mantap dan gelisah secara bersamaan. “Maaf Rin, aku harus mengatakan ini.” “Ada apa?” aku bahkan belum keluar dari lift saat ia mengatakan hal itu padaku. “Pak Bayu telah memindahkanmu ke salah satu ruangan di lantai tujuh. Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu di sana. Barang-barangmu juga sudah dipindahkan ke sana.” “Tapi kenapa tiba-tiba? Apa yang terjadi?” “Aku juga tidak tahu tapi beliau sedang tidak ingin diganggu saat ini.” Tiba-tiba hatiku menciut. Teringat kembali olehku peristiwa semalam. ‘Sepertinya kami baik-baik saja semalam, lalu kenapa tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan Bayu?’Hatiku terasa semakin hampa karena tidak dapat memandang wajah Bayu lagi terutama di sela-sela rasa frustasiku oleh semua permasalahanku saat ini. “Kamu serius denga

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 9 – Lamaran

    Waktu Saat Ini Satu permasalahan telah selesai. Aku sudah mendapatkan partner untuk pesta itu tapi muncul permasalahan baru lainnya. Bayu. Semenjak kejadian di mana ia menjemputku, ia sudah jarang sekali terlihat di rumah. Begitu pula di kantor. Ruanganku berada di koridor pojok lantai tujuh dan selama di kantor aku hanya bolak-balik pergi ke ruangan divisi marketing. Di cafeteria, aku juga tak pernah lagi melihatnya. 'Apa ia menghindariku?' “Arrgghhhh!!” aku mengerang frustasi saat aku kembali memikirkannya. Selain itu, ini sudah memasuki hari kelima semenjak Dandy menghilang tanpa kabar dan Anton yang tetap tak bisa dihubungi. Rasa frustasi itu juga tergambar jelas pada wajah Sasa. Ia nampak tak bersemangat setiap kali kami meluangkan waktu untuk makan bersama di cafeteria. Berkat semua peristiwa membingungkan yang terjadi belakangan ini akhirnya Sasa pun mengetahui perasaanku yang sebenarnya pada kakak tiriku. Awalnya ia sempat terkejut namun, rasa keterkejutannya tak berlangsu

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 10 – Pasangan Pesta

    "Apakah harus sekarang? Di sini? Di hadapanku? Dengan situasiku saat ini?" Tanyaku bahkan tak digubris oleh pasangan kasmaran di hadapanku ini. Beberapa pasang mata berbisik dan menatap mereka dengan wajah yang berbinar, seolah juga senang akan permintaan Anton untuk Sasa, walaupun mereka hanya sekadar lalu-lalang sambil sesekali memperhatikan. “Pergilah bersamaku, Sasa. Kita tinggalkan semuanya yang menghalangi cinta kita dan menikahlah denganku.” ucapnya sekali lagi membuatku terbelalak. Pergi? Melarikan diri, maksudnya? “Whatever, Anton! Haruskah kau membicarakan semua ini di sini? Saat ini juga?” Selaku kembali tetapi mereka tetap tak menggubris pertanyaanku. Kulihat binar-binar pada wajah Sasa. Sebulir air mata jatuh membasahi pipinya namun hal itu tak sampai membuat make-up-nya berantakan. “I do, Anton. Aku bersedia.” “APA?!” seruku lagi kali ini dengan lebih keras. Kulihat Anton mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya dan memasangkannya pada jari manis Sasa. Aku bahkan

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 11 - Konglomerat Pieterson

    Aku menggamit lengan Dandy erat saat memasuki gedung aula. Sorot lampu warna-warni menyambut kedatangan kami. Seluruh pasang mata seolah terhenti untuk menatap kami. Begitu pula musik dari band pengiring yang membawakan lagu-lagu jazz. Mereka bahkan terpana dan berhenti memainkan musik untuk beberapa saat seolah ada jeda. Entah kenapa jantungku tak kunjung berhenti membuat keributan di dalam sana akibat tatapan orang-orang padaku. Oh tidak! Tentu saja, mereka menatap pada Dandy! Aku melirik sekilas pada Dandy yang berada di sampingku. Pembawaannya nampak tenang saat ini. ‘Ke mana perginya aura berandalan itu?’ Dandy tersenyum saat mendapati aku mengeratkan genggaman tangannya. Aku melihat sekilas ia mengerling nakal padaku. “Tenanglah, babe. Semua akan baik-baik saja.” katanya seolah mengerti akan kekhawatiran terbesarku. Sepertinya kekahwatiranku tergambar jelas pada wajahku. Tapi tunggu, dia bilang apa barusan? Babe? Aku tidak salah dengar, kan? Aku menggelengkan kepalaku cepat s

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 12 - 'Nikmati Malammu'

    Ayah tiriku menepuk-nepuk pundak Dandy seolah bangga. Aku kini tidak bisa mengekspresikan wajahku dengan benar. Ayah tiriku berkata ia terkejut? Justru aku yang dibuat terkejut dengan hal ini. Aku membelalakkan mataku menatap pada Dandy. Berusaha meminta penjelasan darinya. Aku berniat melepaskan rangkulan tanganku pada tangannya tetapi Dandy menahannya. Ia berkedip genit padaku lalu kemudian berbisik. “Mmm..mm.. belum saatnya kau melepas tangan ini, Nona cantik.” bisiknya di telingaku bersamaan dengan perkataan ayah tiriku yang kembali menggema. “Tangkapan yang bagus, Sayang. Aku akui seleramu sangat bagus malam ini.” Ucapnya diiringi tawa para pria tua yang terdengar memekakan telingaku. Aku berbalik menatap pada Bayu. Sesaat lupa akan kehadirannya, saat aku menemukannya dengan cepat ia meneguk habis minuman di gelasnya dan menatapku dingin. Rahangnya mengeras. “Aku yang beruntung mendapatkan putrimu, Tuan Dirgantara.” sahut Dandy menimpali komentar gila ayahku. Wajahku memerah ka

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 13 - Dansa

    Aku melihat tatapan mata Dandy padaku, ia berulang kali mengedipkan matanya padaku dan kemudian alunan musik gitar yang dimainkannya menggema ke antero gedung. Dan tiba-tiba saja ia berdiri. Musik terhenti untuk beberapa saat ketika ia mengambil sebuah microphone kepala menggantikan stand-mic di hadapannya dan menyerahkan gitar itu pada salah seorang pengiring band dan musik kembali mengalun di tangan si pengiring. *Jason Derulo – It Girl I’ve been looking under rocks and breaking locks Just tryna find ya I’ve been like a maniac insomniac, Five steps behind ya Tell them other girls, they can hit the exit Check please… Perlahan ia berjalan menuruni tangga panggung sambil menggoyangkan badannya dan menggoda para tamu undangan wanita sebelum fokus kembali ke tujuannya. ‘Astaga!’ ia mengarah ke sini dan tatapan para wanita mulai memicing sinis ke arahku. Ini buruk. Aku menatap pada Bayu yang seharusnya berada tidak jauh dari tempatku berdiri. Ia tidak ada. Dia menghilang. Aku men

Bab terbaru

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 45 - Rencana Bayu

    "BUK!"Satu pukulan telak tepat menghantam muka Bayu. Membuat sudut kiri bibirnya berdarah tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya oleng. Rinata tersentak dan dengan cepat genggaman tangan Bayu pada tangannya terlepas. Hanya butuh waktu singkat bagi Bayu mendeteksi serangan itu dan menghantam balik wajah pelaku yang memukulnya. "Rex! Bawa Rinata pergi terlebih dahulu." Pinta Bayu cepat setelah orang yang dipukulnya tersungkur dan sebuah memar meninggalkan bekas gesekan di pipi kiri orang tersebut."Tidak! Kim!"Langkah Rex terhenti. Ia sudah merangkul Rinata tapi ia harus berhadapan dengan Kim saat ini. diiringi oleh para bodyguard Kim yang mengikuti di belakang."Tim satu! Kami membutuhkan kalian saat ini!"Dengan cepat Rex berbicara melalui earpiece-nya. Selang tak berapa lama tim satu yang merupakan tim keamanan khusus yang berada tak jauh dari sana telah hadir. Mereka saling berhadapan tapi belum mulai beradu pukulan kembali."Kau ingin pers melihat semua ini? Kau ingin mereka me

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 44 - Racauan Penuh Cinta

    “Kim..” Dengan cepat Dandy memanggil Kim yang berdiri tidak jauh darinya untuk mendekat. “Urus para pers. Katakan bahwa waktu untuk meliput telah selesai. Rinata tidak sedang dalam kondisi yang baik.” Pinta Dandy dengan suara yang pelan namun tetap penuh wibawa. “Tapi puncak acara malam ini?” Dandy mendelik padanya dengan tajam. Pertanda bahwa keputusannya tidak bisa dibantah. Kim mengangguk dan undur diri. Berikutnya ia menemui kerumuman para pers diikuti juru bicara yang mewakili Dirgantara dan juga Pieterson. Bayu memperhatikan hal itu dan ia tidak berusaha menyela menyadari bahwa keputusan Dandy saat ini adalah yang terbaik untuk melindungi Rinata. “Nak, bukankah lidahmu tergigit?” Aryo dengan cepat menyela percakapan Rinata dan Armenita. Tidak lagi mempersoalkan masalah pers yang telah Dandy usir keluar. Pintu Gedung aula pun tertutup menyisakan hanya hingar bingar tamu undangan di tempat duduknya masing-masing. “Oh ya Papa.. kau benar.. lidahku tergigit.” Tak berapa la

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 43 - Racauan Orang Mabuk

    Para pramusaji mulai mengeluarkan hidangan dan mulai menyuguhkannya ke meja para tamu undangan. Konsep ini sedikit berbeda dengan pesta penyambutan kemarin.Jika pesta penyambutan sebelumnya para tamu undangan dipersilakan mengambil hidangan mereka sendiri, maka untuk konsep pesta kali ini para tamu undangan dipersilakan untuk menempati meja masing-masing dan menunggu pramusaji yang menyajikan hidangan mereka.Beberapa hidangan mulai tersuguh, mulai dari seafood, daging, sup, salad, buah-buahan, dessert hingga menu-menu terbaik yang diantarkan ke meja masing-masing.Namun, sebaik apapun menu yang tersaji di sana Rinata tidak tertarik. Perutnya tidak terasa lapar dan mulutnya bahkan terasa kesulitan untuk menelan makanan-makanan tersebut."Apa yang kau lakukan belakangan, Bayu?" Tanya Aryo di sela-sela kenikmatan santapan makan malam mereka."Menculik seseorang kurasa." Sindir Dandy terkesan sarkastik dan tanpa rasa bersalah sedikitpun memakan potongan daging di piringnya.Bayu terseny

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 42 - Terasa Salah

    "Anakku, kau akhirnya muncul?"Aryo menyambut Dandy dan Rinata bersama. Ia terlihat begitu bahagia seakan-akan dari pelupuk matanya akan keluar air mata."Hallo, Pa."Keduanya saling memberikan pelukan rindu."Kau baik-baik saja, Nak?"Rinata mengangguk tak berani membuka suara saat tatapannya dan Bayu kembali bertemu. Rinata yang memutus terlebih dahulu kontak matanya dan Rinata tahu diam-diam Bayu menggeram marah padanya."Apa yang terjadi sebenarnya ini?" Tanya Salma. Kehadirannya selalu paling mencolok di antara keluarga Dirgantara lainnya."Kau tidak bisa lagi ditemui setelah pertemuan di kantor dan kau menghilang, huh!" Salma mendecak sinis. Menatap pada Rinata tidak suka dan meremehkan."Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi," Sambung Radian terdengar begitu acuh, "Tapi kau menghilang begitu saja. Para dewan direksi akan menganggap kau tidak becus dalam memimpin." Tambah Radian lagi terdengar tidak suka. "Apalagi di masa-masa kepemimpinan awalmu." "Dia ada bersamaku." Se

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 41 - Dandy yang Berbeda

    "I'm sorry to say.. Rinata menghilang!" Suara di seberang membuyarkan alur berpikir pria itu ketika sedang fokus mengerjakan tugas-tugas kantornya yang menumpuk di atas meja. Kepergiannya dari Dirgantara tak lantas membuat status kepemimpinannya lepas dari dirinya. Tidak sebagai Alexandre."Kau bilang apa El?" Pria itu menggeram marah dan bangkit dari kursi kebesarannya.Pria itu memandang pria kaku yang berdiri di sampingnya. Pria kaku itu mengangguk seolah mengerti."Bukankah aku sudah mengingatkanmu. Tetap berada di sisinya. Apa fungsinya kau dan Dion jika kalian tidak becus dengan semua tugas yang kuberikan!" maki pria itu dengan nada merendahkan yang amat kentara.Sementara suara wanita di seberang terdengar bergetar, panik, mencoba membela diri."Kami juga sedang mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sini. Petugas keamanan di Peferta melapor, seseorang menabrak mobil kami saat tengah terparkir di halaman Peferta. Aku pikir itu hanya kejadian biasa. Aku dan Dion mencoba me

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   Bab 40 - Konfrontasi Ara

    "Silakan Nona, sebelah sini." Thalia wanita tinggi semampai itu mengarahkan Rinata dan Elia menuju ruangan tempat gaun itu disimpan. "Ini adalah pesanan Tuan Bayu Dirgantara dari sekitar sebulan yang lalu.""Sebulan yang lalu?" Rinata dan Elia sama-sama terperanjat."Betul. Biar saya jelaskan sedikit. Bahan utama gaun ini bermodel salur. Tuan Bayu ingin gaun ini menjadi gaun yang sopan tetapi anggun dan juga elegan serta tampak mewah bersamaan. Modelnya akan dibuat membentuk badan pada bagian pinggang ke atas tanpa mengeskpos belahan dada dan hanya terbuka pada bagian bahu saja. Sementara berlian Swarovski kecil akan membentuk pola gaun bagian atasnya."Rinata dan Elia saling mengangguk. Elia masih tampak antusias dan terlihat mengerti keinginan Bayu sementara Rinata masih takjub dengan gaun pengantin pesanan Bayu tersebut."Sementara bagian bawah gaun, dibuat mengembang dengan pola salur yang mengkilat sederhana."Sekali lagi Rinata hanya mengangguk dan mengagumi pemandangan desai

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 39 - Tidak Lagi Ragu

    Rinata beringsut memeluk erat tubuh di sampingnya. Ia merasakan kenyamanan dari aliran panas tubuh yang dirasakannya beberapa hari belakangan ini. Mengingat bahwa musim penghujan membuat suhu di ruangan bertambah lembab dan juga dingin. Saat ia menyadari tangan kekar itu, ia terperanjat bangun."Kakak! Kau menyusup lagi ke kamarku!" Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali dan terbangun dalam keadaan yang berantakan saat tangannya menyusup masuk ke saku celana tidurnya di bawah selimut yang menutupi tubuh keduanya."Aku ingin memberikanmu ini, Sayang."Sebuah kalung liontin dengan batu zamrud membentuk ukiran semanggi berdaun tiga dengan sebuah tangkai emas menjuntai dari tangannya. Rinata menatap pada bentuk kalung indah tersebut. Merasa terpana. Selain karena bentuknya yang unik juga warnanya yang memberikan keteduhan."Aku ingin kau memakainya, Sayang. Ini hadiah pertamaku untukmu dan masih banyak kejutan lain nantinya."Rinata belum sempat berucap apa-apa ketika Bayu memakaikan be

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 38 - Membujuk Bayu

    Setelah kejadian makan malam itu, Rinata mencoba untuk bersikap biasa saja. Berusaha menyakinkan Bayu bahwa ia tidak akan melarikan diri. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dengan bercerita. Rinata kembali menemukan kenyamanannya bersama Bayu dan perlahan kekhawatirannya mulai memudar dalam waktu yang singkat. Tak bisa dipungkiri bahwa perasaannya pada Bayu sulit untuk dihilangkan. Apalagi dengan banyaknya waktu yang mereka habiskan berdua. Bayu memanjakannya. Menjadikannya ratu di sana. Sementara Bayu bekerja, maka Elia yang akan hadir menemaninya. Elia mulai mengisi kekosongannya dengan hadir sebagai seorang kakak. Ia akan mengajarkan Rinata merias diri, membantunya memilih gaya dan padu padan yang sesuai untuk dirinya. Sebagai gantinya, Rinata mengajarinya memasak dan itu menyenangkan. Rinata hampir melupakan rencananya dengan Dandy dan niatannya untuk kabur dari Bayu jika saja siang itu ia tidak sengaja menyetel saluran televisi yang menayangkan berita saat ini. Elia seda

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 37 - Menjadi Diri Sendiri

    “Wowowo.. ini enak Rinata!” Tukas Elia terdengar sangat antusias saat menyantap makan malamnya bersama Rinata malam ini. Berdasarkan bahan yang di bawa Elia siang tadi Rinata memutuskan hanya membuat sup jagung, ayam panggang, salad segar dan sebagai pelengkap ia membuat pasta. “Aku senang kau menyukainya, Elia.” Mata Elia membulat dan ia tampak menikmati makanan di hadapannya dan itu membuat Rinata merasa puas. “Aku tidak tahu bahwa kau bisa memasak?” Rinata mengernyit. “Apa kau perlu tahu hal itu?” “Yaa setidaknya seharusnya Bayu bercerita.” “Apa ia perlu bercerita?” “Ya.. dia selalu menceritakanmu pada kami. Secara tidak langsung.” “Kami?” “Ya. Aku dan Sean.” Elia memutar matanya malas. Seolah malas hanya sekadar untuk menyebutkan nama Sean.“Kau mengenal Sean?” “Ya. Tentu saja! Kami teman lama di sekolah dulu.” Pantas saja Sean seperti mengenal dirinya waktu itu. Apa Bayu benar-benar menyukainya? Apakah perasaannya selama ini ternyata bukan cinta sebelah pihak semata?

DMCA.com Protection Status