Home / Romansa / Pewaris yang Tak Diinginkan / BAB 10 – Pasangan Pesta

Share

BAB 10 – Pasangan Pesta

Author: Saxpearls
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Apakah harus sekarang? Di sini? Di hadapanku? Dengan situasiku saat ini?" Tanyaku bahkan tak digubris oleh pasangan kasmaran di hadapanku ini.

Beberapa pasang mata berbisik dan menatap mereka dengan wajah yang berbinar, seolah juga senang akan permintaan Anton untuk Sasa, walaupun mereka hanya sekadar lalu-lalang sambil sesekali memperhatikan.

“Pergilah bersamaku, Sasa. Kita tinggalkan semuanya yang menghalangi cinta kita dan menikahlah denganku.” ucapnya sekali lagi membuatku terbelalak. Pergi? Melarikan diri, maksudnya?

“Whatever, Anton! Haruskah kau membicarakan semua ini di sini? Saat ini juga?” Selaku kembali tetapi mereka tetap tak menggubris pertanyaanku. Kulihat binar-binar pada wajah Sasa. Sebulir air mata jatuh membasahi pipinya namun hal itu tak sampai membuat make-up-nya berantakan.

“I do, Anton. Aku bersedia.”

“APA?!” seruku lagi kali ini dengan lebih keras. Kulihat Anton mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya dan memasangkannya pada jari manis Sasa. Aku bahkan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 11 - Konglomerat Pieterson

    Aku menggamit lengan Dandy erat saat memasuki gedung aula. Sorot lampu warna-warni menyambut kedatangan kami. Seluruh pasang mata seolah terhenti untuk menatap kami. Begitu pula musik dari band pengiring yang membawakan lagu-lagu jazz. Mereka bahkan terpana dan berhenti memainkan musik untuk beberapa saat seolah ada jeda. Entah kenapa jantungku tak kunjung berhenti membuat keributan di dalam sana akibat tatapan orang-orang padaku. Oh tidak! Tentu saja, mereka menatap pada Dandy! Aku melirik sekilas pada Dandy yang berada di sampingku. Pembawaannya nampak tenang saat ini. ‘Ke mana perginya aura berandalan itu?’ Dandy tersenyum saat mendapati aku mengeratkan genggaman tangannya. Aku melihat sekilas ia mengerling nakal padaku. “Tenanglah, babe. Semua akan baik-baik saja.” katanya seolah mengerti akan kekhawatiran terbesarku. Sepertinya kekahwatiranku tergambar jelas pada wajahku. Tapi tunggu, dia bilang apa barusan? Babe? Aku tidak salah dengar, kan? Aku menggelengkan kepalaku cepat s

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 12 - 'Nikmati Malammu'

    Ayah tiriku menepuk-nepuk pundak Dandy seolah bangga. Aku kini tidak bisa mengekspresikan wajahku dengan benar. Ayah tiriku berkata ia terkejut? Justru aku yang dibuat terkejut dengan hal ini. Aku membelalakkan mataku menatap pada Dandy. Berusaha meminta penjelasan darinya. Aku berniat melepaskan rangkulan tanganku pada tangannya tetapi Dandy menahannya. Ia berkedip genit padaku lalu kemudian berbisik. “Mmm..mm.. belum saatnya kau melepas tangan ini, Nona cantik.” bisiknya di telingaku bersamaan dengan perkataan ayah tiriku yang kembali menggema. “Tangkapan yang bagus, Sayang. Aku akui seleramu sangat bagus malam ini.” Ucapnya diiringi tawa para pria tua yang terdengar memekakan telingaku. Aku berbalik menatap pada Bayu. Sesaat lupa akan kehadirannya, saat aku menemukannya dengan cepat ia meneguk habis minuman di gelasnya dan menatapku dingin. Rahangnya mengeras. “Aku yang beruntung mendapatkan putrimu, Tuan Dirgantara.” sahut Dandy menimpali komentar gila ayahku. Wajahku memerah ka

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 13 - Dansa

    Aku melihat tatapan mata Dandy padaku, ia berulang kali mengedipkan matanya padaku dan kemudian alunan musik gitar yang dimainkannya menggema ke antero gedung. Dan tiba-tiba saja ia berdiri. Musik terhenti untuk beberapa saat ketika ia mengambil sebuah microphone kepala menggantikan stand-mic di hadapannya dan menyerahkan gitar itu pada salah seorang pengiring band dan musik kembali mengalun di tangan si pengiring. *Jason Derulo – It Girl I’ve been looking under rocks and breaking locks Just tryna find ya I’ve been like a maniac insomniac, Five steps behind ya Tell them other girls, they can hit the exit Check please… Perlahan ia berjalan menuruni tangga panggung sambil menggoyangkan badannya dan menggoda para tamu undangan wanita sebelum fokus kembali ke tujuannya. ‘Astaga!’ ia mengarah ke sini dan tatapan para wanita mulai memicing sinis ke arahku. Ini buruk. Aku menatap pada Bayu yang seharusnya berada tidak jauh dari tempatku berdiri. Ia tidak ada. Dia menghilang. Aku men

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 14 - Pengumuman

    Aku memukul dada Dandy pelan. "Bisakah kau lebih serius sedikit?!" Pintaku jengah dengan semua omong kosong Dandy soal perkenalan dirinya tersebut."Oh Maaf.. aku pikir kau ingin tahu lebih jauh soal diriku.." Katanya kembali menertawakanku.Aku memutar bola mataku malas. Ingin rasanya menyudahi dansaku dengan Dandy, tapi Dandy lagi-lagi menarikku masuk ke dalam pelukannya."Kau yakin ingin meninggalkanku di sini, Nona?" Tanya Dandy mencoba mempertanyakan tindakanku barusan. Aku menengadah tanpa berucap menatap pada matanya seolah menantang, Dandy menggeleng dan mengedikkan bahunya memintaku melihat ke sekeliling. Banyak pasang mata menatap pada kami. Aku melihat sorot mata takjub, cemburu, amarah, dan juga harapan ada pada orang-orang yang menatapku dan Dandy. Membuatku tiba-tiba saja merasa malu dan kikuk. Pada akhirnya, aku mencoba untuk bertahan lebih lama dalam dansa ini."Ehem.. baiklah." Kataku mencoba bersikap normal tidak mau Dandy menggoda diriku lebih jauh, "Kalau begitu

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 15 - Perpisahan

    Pengumuman ayah tiriku membuat situasi kacau. Entah mengapa tapi aku hanya ingin segera keluar dari tempat itu. Melarikan diri lebih tepatnya. Jika aku tahu bahwa pesta ini diselenggarakan untuk pengumuman gila tersebut, aku akan lebih memilih untuk tidak hadir. Selain itu aku juga tidak perlu bersusah payah untuk memikirkan siapa partner pestaku.'Bayu!' Seru batinku kembali ingat tujuan lainku meninggalkan pesta itu. Mencari keberadaan Bayu.Aku sudah tidak menemukan Bayu di dalam gedung itu dan firasatku mengatakan ia telah terlebih dahulu keluar sebelum kekacauan itu terjadi. Aku menyapukan pandanganku ke seluruh halaman parkir gedung dan juga pada taman bunga kecil di depan aula gedung.Pandanganku pada akhirnya terkunci pada satu arah. Seorang pria sedang berjalan menuju bangku taman. Aku tidak mengenali wajahnya karena posisi tubuhnya yang berjalan membelakangiku tapi aku tahu pasti siapa dia. Aku memperhatikannya sekali lagi untuk memastikan. Ia berjalan dengan terhuyung-huyun

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 16 - Pengakuan

    “Terima kasih.” Kataku setelah pergelutan panjangku dan kepala pelayan untuk untuk merebahkan Bayu di ranjangnya. Kepala pelayan telah undur diri beberapa saat tadi tapi aku masih tidak bisa melepaskan tatapan mataku pada Bayu. Seolah aku tidak rela meninggalkannya sendiri dalam keadaan seperti ini.Aku menghela napas panjang ketika menelusuri garis rahangnya yang sempurna pada perpaduan indah wajahnya yang menawan dan rupawan. Ada kesedihan yang teramat sangat di dalam hatiku.'Kenapa semuanya jadi begini?' Batinku mengaduh pilu."Kakak, sekarang aku harus bagaimana? Semuanya sudah kacau!" Kataku mencoba berbicara pada Bayu dalam ketidaksadarannya. Berharap ia dapat menjawab perkataanku dan memberikan solusinya.Tiba-tiba saja kurasakan setitik air mata mulai membasahi pipiku. Rasa sakit itu kini tak lagi dapat kuabaikan setiap kali aku mengingat fakta tentang diriku sebagai anak tiri keluarga Dirgantara. Celaan dan hinaan yang aku dan mama dapatkan, bahkan setelah kepergiaan mama un

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 17 - Kevin

    Aku tersentak bangun dari tidurku. Berusaha menetralkan deru napasku yang tak karuan. Sosok Bayu yang tampan dan berseri—tidak masam seperti selama di pesta tadi menyeruak masuk ke dalam mimpiku. Mimpi itu terasa nyata tapi tidak menyenangkan.Dalam mimpiku, aku menangkap sesosok wanita yang tak dapat kukenali wajahnya. Wajah wanita itu samar tapi aku dapat dengan jelas melihat bagaimana sosok Bayu mengagumi sosok wanita tersebut. Bayu mengusapkan jemari tangannya pada rahang mulus wanita itu dan tak berapa lama kemudian bibir mereka bersentuhan bersamaan dengan semakin mengaburnya gambaran mereka dalam mimpiku.Aku berusaha untuk memanggil Bayu tapi ia bahkan tidak mendengarnya atau mungkin berusaha mengabaikanku. Dalam mimpiku itu mereka tampak bahagia. Sayangnya, wanita itu bukan aku. Mimpi itu begitu nyata bahkan hingga aku tak sadar kini tengah menyelusuri jejak lengket pada wajahku akibat tangisku yang mulai mengering.Aku merasakan dadaku masih menyerukan rasa sakit yang mengge

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 18 - Titah Aryo

    “Kau bohong!” Teriakku berusaha menampik perkataannya barusan. Aku percaya pada Bayu dan aku akan mencoba mempercayainya. Itu yang ia minta. Selain itu, aku juga yakin apa yang terjadi diantara kami sebelumnya adalah benar dan merupakan hal yang nyata.‘Tapi apa mungkin Bayu hanya berbicara omong kosong di bawah pengaruh minuman saja? Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi?’ Aku buru-buru menampik pemikiran burukku itu. Mengingat Bayu tidak bersikap layaknya orang mabuk pada saat kami berbicara tadi.“Terserah kalau kau tidak percaya!" Ia mengedikkan bahunya kembali tidak peduli."Kau tahu? Aku baru menyadarinya malam ini, bahwa kau telah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa.” Perkataan Kevin menamparku kembali pada kenyataanku saat ini.Aku bergidik ngeri dengan kata-katanya. Kini tangan sebelahnya menyusuri bibir bawahku dan ia lagi-lagi tersenyum mengejek sambil memperhatikan bibirku yang berusaha kututup rapat.“Aku harap kau masih mengingat apa yang seharusnya terjadi dengan

Latest chapter

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 45 - Rencana Bayu

    "BUK!"Satu pukulan telak tepat menghantam muka Bayu. Membuat sudut kiri bibirnya berdarah tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya oleng. Rinata tersentak dan dengan cepat genggaman tangan Bayu pada tangannya terlepas. Hanya butuh waktu singkat bagi Bayu mendeteksi serangan itu dan menghantam balik wajah pelaku yang memukulnya. "Rex! Bawa Rinata pergi terlebih dahulu." Pinta Bayu cepat setelah orang yang dipukulnya tersungkur dan sebuah memar meninggalkan bekas gesekan di pipi kiri orang tersebut."Tidak! Kim!"Langkah Rex terhenti. Ia sudah merangkul Rinata tapi ia harus berhadapan dengan Kim saat ini. diiringi oleh para bodyguard Kim yang mengikuti di belakang."Tim satu! Kami membutuhkan kalian saat ini!"Dengan cepat Rex berbicara melalui earpiece-nya. Selang tak berapa lama tim satu yang merupakan tim keamanan khusus yang berada tak jauh dari sana telah hadir. Mereka saling berhadapan tapi belum mulai beradu pukulan kembali."Kau ingin pers melihat semua ini? Kau ingin mereka me

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 44 - Racauan Penuh Cinta

    “Kim..” Dengan cepat Dandy memanggil Kim yang berdiri tidak jauh darinya untuk mendekat. “Urus para pers. Katakan bahwa waktu untuk meliput telah selesai. Rinata tidak sedang dalam kondisi yang baik.” Pinta Dandy dengan suara yang pelan namun tetap penuh wibawa. “Tapi puncak acara malam ini?” Dandy mendelik padanya dengan tajam. Pertanda bahwa keputusannya tidak bisa dibantah. Kim mengangguk dan undur diri. Berikutnya ia menemui kerumuman para pers diikuti juru bicara yang mewakili Dirgantara dan juga Pieterson. Bayu memperhatikan hal itu dan ia tidak berusaha menyela menyadari bahwa keputusan Dandy saat ini adalah yang terbaik untuk melindungi Rinata. “Nak, bukankah lidahmu tergigit?” Aryo dengan cepat menyela percakapan Rinata dan Armenita. Tidak lagi mempersoalkan masalah pers yang telah Dandy usir keluar. Pintu Gedung aula pun tertutup menyisakan hanya hingar bingar tamu undangan di tempat duduknya masing-masing. “Oh ya Papa.. kau benar.. lidahku tergigit.” Tak berapa la

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 43 - Racauan Orang Mabuk

    Para pramusaji mulai mengeluarkan hidangan dan mulai menyuguhkannya ke meja para tamu undangan. Konsep ini sedikit berbeda dengan pesta penyambutan kemarin.Jika pesta penyambutan sebelumnya para tamu undangan dipersilakan mengambil hidangan mereka sendiri, maka untuk konsep pesta kali ini para tamu undangan dipersilakan untuk menempati meja masing-masing dan menunggu pramusaji yang menyajikan hidangan mereka.Beberapa hidangan mulai tersuguh, mulai dari seafood, daging, sup, salad, buah-buahan, dessert hingga menu-menu terbaik yang diantarkan ke meja masing-masing.Namun, sebaik apapun menu yang tersaji di sana Rinata tidak tertarik. Perutnya tidak terasa lapar dan mulutnya bahkan terasa kesulitan untuk menelan makanan-makanan tersebut."Apa yang kau lakukan belakangan, Bayu?" Tanya Aryo di sela-sela kenikmatan santapan makan malam mereka."Menculik seseorang kurasa." Sindir Dandy terkesan sarkastik dan tanpa rasa bersalah sedikitpun memakan potongan daging di piringnya.Bayu terseny

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 42 - Terasa Salah

    "Anakku, kau akhirnya muncul?"Aryo menyambut Dandy dan Rinata bersama. Ia terlihat begitu bahagia seakan-akan dari pelupuk matanya akan keluar air mata."Hallo, Pa."Keduanya saling memberikan pelukan rindu."Kau baik-baik saja, Nak?"Rinata mengangguk tak berani membuka suara saat tatapannya dan Bayu kembali bertemu. Rinata yang memutus terlebih dahulu kontak matanya dan Rinata tahu diam-diam Bayu menggeram marah padanya."Apa yang terjadi sebenarnya ini?" Tanya Salma. Kehadirannya selalu paling mencolok di antara keluarga Dirgantara lainnya."Kau tidak bisa lagi ditemui setelah pertemuan di kantor dan kau menghilang, huh!" Salma mendecak sinis. Menatap pada Rinata tidak suka dan meremehkan."Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi," Sambung Radian terdengar begitu acuh, "Tapi kau menghilang begitu saja. Para dewan direksi akan menganggap kau tidak becus dalam memimpin." Tambah Radian lagi terdengar tidak suka. "Apalagi di masa-masa kepemimpinan awalmu." "Dia ada bersamaku." Se

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 41 - Dandy yang Berbeda

    "I'm sorry to say.. Rinata menghilang!" Suara di seberang membuyarkan alur berpikir pria itu ketika sedang fokus mengerjakan tugas-tugas kantornya yang menumpuk di atas meja. Kepergiannya dari Dirgantara tak lantas membuat status kepemimpinannya lepas dari dirinya. Tidak sebagai Alexandre."Kau bilang apa El?" Pria itu menggeram marah dan bangkit dari kursi kebesarannya.Pria itu memandang pria kaku yang berdiri di sampingnya. Pria kaku itu mengangguk seolah mengerti."Bukankah aku sudah mengingatkanmu. Tetap berada di sisinya. Apa fungsinya kau dan Dion jika kalian tidak becus dengan semua tugas yang kuberikan!" maki pria itu dengan nada merendahkan yang amat kentara.Sementara suara wanita di seberang terdengar bergetar, panik, mencoba membela diri."Kami juga sedang mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sini. Petugas keamanan di Peferta melapor, seseorang menabrak mobil kami saat tengah terparkir di halaman Peferta. Aku pikir itu hanya kejadian biasa. Aku dan Dion mencoba me

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   Bab 40 - Konfrontasi Ara

    "Silakan Nona, sebelah sini." Thalia wanita tinggi semampai itu mengarahkan Rinata dan Elia menuju ruangan tempat gaun itu disimpan. "Ini adalah pesanan Tuan Bayu Dirgantara dari sekitar sebulan yang lalu.""Sebulan yang lalu?" Rinata dan Elia sama-sama terperanjat."Betul. Biar saya jelaskan sedikit. Bahan utama gaun ini bermodel salur. Tuan Bayu ingin gaun ini menjadi gaun yang sopan tetapi anggun dan juga elegan serta tampak mewah bersamaan. Modelnya akan dibuat membentuk badan pada bagian pinggang ke atas tanpa mengeskpos belahan dada dan hanya terbuka pada bagian bahu saja. Sementara berlian Swarovski kecil akan membentuk pola gaun bagian atasnya."Rinata dan Elia saling mengangguk. Elia masih tampak antusias dan terlihat mengerti keinginan Bayu sementara Rinata masih takjub dengan gaun pengantin pesanan Bayu tersebut."Sementara bagian bawah gaun, dibuat mengembang dengan pola salur yang mengkilat sederhana."Sekali lagi Rinata hanya mengangguk dan mengagumi pemandangan desai

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 39 - Tidak Lagi Ragu

    Rinata beringsut memeluk erat tubuh di sampingnya. Ia merasakan kenyamanan dari aliran panas tubuh yang dirasakannya beberapa hari belakangan ini. Mengingat bahwa musim penghujan membuat suhu di ruangan bertambah lembab dan juga dingin. Saat ia menyadari tangan kekar itu, ia terperanjat bangun."Kakak! Kau menyusup lagi ke kamarku!" Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali dan terbangun dalam keadaan yang berantakan saat tangannya menyusup masuk ke saku celana tidurnya di bawah selimut yang menutupi tubuh keduanya."Aku ingin memberikanmu ini, Sayang."Sebuah kalung liontin dengan batu zamrud membentuk ukiran semanggi berdaun tiga dengan sebuah tangkai emas menjuntai dari tangannya. Rinata menatap pada bentuk kalung indah tersebut. Merasa terpana. Selain karena bentuknya yang unik juga warnanya yang memberikan keteduhan."Aku ingin kau memakainya, Sayang. Ini hadiah pertamaku untukmu dan masih banyak kejutan lain nantinya."Rinata belum sempat berucap apa-apa ketika Bayu memakaikan be

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 38 - Membujuk Bayu

    Setelah kejadian makan malam itu, Rinata mencoba untuk bersikap biasa saja. Berusaha menyakinkan Bayu bahwa ia tidak akan melarikan diri. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dengan bercerita. Rinata kembali menemukan kenyamanannya bersama Bayu dan perlahan kekhawatirannya mulai memudar dalam waktu yang singkat. Tak bisa dipungkiri bahwa perasaannya pada Bayu sulit untuk dihilangkan. Apalagi dengan banyaknya waktu yang mereka habiskan berdua. Bayu memanjakannya. Menjadikannya ratu di sana. Sementara Bayu bekerja, maka Elia yang akan hadir menemaninya. Elia mulai mengisi kekosongannya dengan hadir sebagai seorang kakak. Ia akan mengajarkan Rinata merias diri, membantunya memilih gaya dan padu padan yang sesuai untuk dirinya. Sebagai gantinya, Rinata mengajarinya memasak dan itu menyenangkan. Rinata hampir melupakan rencananya dengan Dandy dan niatannya untuk kabur dari Bayu jika saja siang itu ia tidak sengaja menyetel saluran televisi yang menayangkan berita saat ini. Elia seda

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 37 - Menjadi Diri Sendiri

    “Wowowo.. ini enak Rinata!” Tukas Elia terdengar sangat antusias saat menyantap makan malamnya bersama Rinata malam ini. Berdasarkan bahan yang di bawa Elia siang tadi Rinata memutuskan hanya membuat sup jagung, ayam panggang, salad segar dan sebagai pelengkap ia membuat pasta. “Aku senang kau menyukainya, Elia.” Mata Elia membulat dan ia tampak menikmati makanan di hadapannya dan itu membuat Rinata merasa puas. “Aku tidak tahu bahwa kau bisa memasak?” Rinata mengernyit. “Apa kau perlu tahu hal itu?” “Yaa setidaknya seharusnya Bayu bercerita.” “Apa ia perlu bercerita?” “Ya.. dia selalu menceritakanmu pada kami. Secara tidak langsung.” “Kami?” “Ya. Aku dan Sean.” Elia memutar matanya malas. Seolah malas hanya sekadar untuk menyebutkan nama Sean.“Kau mengenal Sean?” “Ya. Tentu saja! Kami teman lama di sekolah dulu.” Pantas saja Sean seperti mengenal dirinya waktu itu. Apa Bayu benar-benar menyukainya? Apakah perasaannya selama ini ternyata bukan cinta sebelah pihak semata?

DMCA.com Protection Status