Ayah tiriku menepuk-nepuk pundak Dandy seolah bangga. Aku kini tidak bisa mengekspresikan wajahku dengan benar. Ayah tiriku berkata ia terkejut? Justru aku yang dibuat terkejut dengan hal ini. Aku membelalakkan mataku menatap pada Dandy. Berusaha meminta penjelasan darinya. Aku berniat melepaskan rangkulan tanganku pada tangannya tetapi Dandy menahannya. Ia berkedip genit padaku lalu kemudian berbisik. “Mmm..mm.. belum saatnya kau melepas tangan ini, Nona cantik.” bisiknya di telingaku bersamaan dengan perkataan ayah tiriku yang kembali menggema. “Tangkapan yang bagus, Sayang. Aku akui seleramu sangat bagus malam ini.” Ucapnya diiringi tawa para pria tua yang terdengar memekakan telingaku. Aku berbalik menatap pada Bayu. Sesaat lupa akan kehadirannya, saat aku menemukannya dengan cepat ia meneguk habis minuman di gelasnya dan menatapku dingin. Rahangnya mengeras. “Aku yang beruntung mendapatkan putrimu, Tuan Dirgantara.” sahut Dandy menimpali komentar gila ayahku. Wajahku memerah ka
Aku melihat tatapan mata Dandy padaku, ia berulang kali mengedipkan matanya padaku dan kemudian alunan musik gitar yang dimainkannya menggema ke antero gedung. Dan tiba-tiba saja ia berdiri. Musik terhenti untuk beberapa saat ketika ia mengambil sebuah microphone kepala menggantikan stand-mic di hadapannya dan menyerahkan gitar itu pada salah seorang pengiring band dan musik kembali mengalun di tangan si pengiring. *Jason Derulo – It Girl I’ve been looking under rocks and breaking locks Just tryna find ya I’ve been like a maniac insomniac, Five steps behind ya Tell them other girls, they can hit the exit Check please… Perlahan ia berjalan menuruni tangga panggung sambil menggoyangkan badannya dan menggoda para tamu undangan wanita sebelum fokus kembali ke tujuannya. ‘Astaga!’ ia mengarah ke sini dan tatapan para wanita mulai memicing sinis ke arahku. Ini buruk. Aku menatap pada Bayu yang seharusnya berada tidak jauh dari tempatku berdiri. Ia tidak ada. Dia menghilang. Aku men
Aku memukul dada Dandy pelan. "Bisakah kau lebih serius sedikit?!" Pintaku jengah dengan semua omong kosong Dandy soal perkenalan dirinya tersebut."Oh Maaf.. aku pikir kau ingin tahu lebih jauh soal diriku.." Katanya kembali menertawakanku.Aku memutar bola mataku malas. Ingin rasanya menyudahi dansaku dengan Dandy, tapi Dandy lagi-lagi menarikku masuk ke dalam pelukannya."Kau yakin ingin meninggalkanku di sini, Nona?" Tanya Dandy mencoba mempertanyakan tindakanku barusan. Aku menengadah tanpa berucap menatap pada matanya seolah menantang, Dandy menggeleng dan mengedikkan bahunya memintaku melihat ke sekeliling. Banyak pasang mata menatap pada kami. Aku melihat sorot mata takjub, cemburu, amarah, dan juga harapan ada pada orang-orang yang menatapku dan Dandy. Membuatku tiba-tiba saja merasa malu dan kikuk. Pada akhirnya, aku mencoba untuk bertahan lebih lama dalam dansa ini."Ehem.. baiklah." Kataku mencoba bersikap normal tidak mau Dandy menggoda diriku lebih jauh, "Kalau begitu
Pengumuman ayah tiriku membuat situasi kacau. Entah mengapa tapi aku hanya ingin segera keluar dari tempat itu. Melarikan diri lebih tepatnya. Jika aku tahu bahwa pesta ini diselenggarakan untuk pengumuman gila tersebut, aku akan lebih memilih untuk tidak hadir. Selain itu aku juga tidak perlu bersusah payah untuk memikirkan siapa partner pestaku.'Bayu!' Seru batinku kembali ingat tujuan lainku meninggalkan pesta itu. Mencari keberadaan Bayu.Aku sudah tidak menemukan Bayu di dalam gedung itu dan firasatku mengatakan ia telah terlebih dahulu keluar sebelum kekacauan itu terjadi. Aku menyapukan pandanganku ke seluruh halaman parkir gedung dan juga pada taman bunga kecil di depan aula gedung.Pandanganku pada akhirnya terkunci pada satu arah. Seorang pria sedang berjalan menuju bangku taman. Aku tidak mengenali wajahnya karena posisi tubuhnya yang berjalan membelakangiku tapi aku tahu pasti siapa dia. Aku memperhatikannya sekali lagi untuk memastikan. Ia berjalan dengan terhuyung-huyun
“Terima kasih.” Kataku setelah pergelutan panjangku dan kepala pelayan untuk untuk merebahkan Bayu di ranjangnya. Kepala pelayan telah undur diri beberapa saat tadi tapi aku masih tidak bisa melepaskan tatapan mataku pada Bayu. Seolah aku tidak rela meninggalkannya sendiri dalam keadaan seperti ini.Aku menghela napas panjang ketika menelusuri garis rahangnya yang sempurna pada perpaduan indah wajahnya yang menawan dan rupawan. Ada kesedihan yang teramat sangat di dalam hatiku.'Kenapa semuanya jadi begini?' Batinku mengaduh pilu."Kakak, sekarang aku harus bagaimana? Semuanya sudah kacau!" Kataku mencoba berbicara pada Bayu dalam ketidaksadarannya. Berharap ia dapat menjawab perkataanku dan memberikan solusinya.Tiba-tiba saja kurasakan setitik air mata mulai membasahi pipiku. Rasa sakit itu kini tak lagi dapat kuabaikan setiap kali aku mengingat fakta tentang diriku sebagai anak tiri keluarga Dirgantara. Celaan dan hinaan yang aku dan mama dapatkan, bahkan setelah kepergiaan mama un
Aku tersentak bangun dari tidurku. Berusaha menetralkan deru napasku yang tak karuan. Sosok Bayu yang tampan dan berseri—tidak masam seperti selama di pesta tadi menyeruak masuk ke dalam mimpiku. Mimpi itu terasa nyata tapi tidak menyenangkan.Dalam mimpiku, aku menangkap sesosok wanita yang tak dapat kukenali wajahnya. Wajah wanita itu samar tapi aku dapat dengan jelas melihat bagaimana sosok Bayu mengagumi sosok wanita tersebut. Bayu mengusapkan jemari tangannya pada rahang mulus wanita itu dan tak berapa lama kemudian bibir mereka bersentuhan bersamaan dengan semakin mengaburnya gambaran mereka dalam mimpiku.Aku berusaha untuk memanggil Bayu tapi ia bahkan tidak mendengarnya atau mungkin berusaha mengabaikanku. Dalam mimpiku itu mereka tampak bahagia. Sayangnya, wanita itu bukan aku. Mimpi itu begitu nyata bahkan hingga aku tak sadar kini tengah menyelusuri jejak lengket pada wajahku akibat tangisku yang mulai mengering.Aku merasakan dadaku masih menyerukan rasa sakit yang mengge
“Kau bohong!” Teriakku berusaha menampik perkataannya barusan. Aku percaya pada Bayu dan aku akan mencoba mempercayainya. Itu yang ia minta. Selain itu, aku juga yakin apa yang terjadi diantara kami sebelumnya adalah benar dan merupakan hal yang nyata.‘Tapi apa mungkin Bayu hanya berbicara omong kosong di bawah pengaruh minuman saja? Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi?’ Aku buru-buru menampik pemikiran burukku itu. Mengingat Bayu tidak bersikap layaknya orang mabuk pada saat kami berbicara tadi.“Terserah kalau kau tidak percaya!" Ia mengedikkan bahunya kembali tidak peduli."Kau tahu? Aku baru menyadarinya malam ini, bahwa kau telah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa.” Perkataan Kevin menamparku kembali pada kenyataanku saat ini.Aku bergidik ngeri dengan kata-katanya. Kini tangan sebelahnya menyusuri bibir bawahku dan ia lagi-lagi tersenyum mengejek sambil memperhatikan bibirku yang berusaha kututup rapat.“Aku harap kau masih mengingat apa yang seharusnya terjadi dengan
"Terima kasih." Dandy mendudukkanku di sisi Ranjang. Berjongkok menyamai tinggiku yang sedang duduk. Ia mengamati wajahku yang sembab dan berusaha merapikan anak-anak rambutku yang menutupi wajah."Menyebalkan rasanya harus bertemu denganmu dalam situasi sekarang." Tambahku lagi berusaha menutupi rasa maluku di hadapannya. Tak mencoba untuk berkontak mata dengannya. Tertunduk.Dandy masih tidak menjawab dan hanya diam."Beginilah aku sebagai seorang anak tiri, memalukan, bukan?" Kataku tiba-tiba terisak."Sshh.. tenanglah Rinata.. kau akan baik-baik saja. Ada aku di sini."Dandy berusaha menenangkanku kembali dan memelukku sambil menepuk-nepuk punggungku pelan."Aku tidak pernah menginginkan ini dalam hidupku. Ibuku merupakan perempuan penggoda. Ia menggoda ayah tiriku untuk bisa masuk ke dalam kehidupan keluarga Dirgantara. Aku berusaha untuk tidak mempercayainya tapi belakangan aku mulai percaya karena terlalu banyak orang yang mengatakan hal itu padaku dan aku mulai lelah." Jelask