Si Robin Hood ini tetap pasang mata dan telinga, perbuatannya di rumah Syamsudin sudah pasti bikin geger se antero kabupaten hingga propinsi ini.“Sampai kini maling lihai itu tak terlacak, polisi hanya kantongi ciri-ciri pelakunya, yang katanya bertubuh tinggi besar, suara berat dan memegang pistol, maling itu juga dikatakan bisa hindari CCTV di rumah bos Syamsudin, pokoknya tu maling dikatakan sangat hebat dan sakti mandraguna!” seloroh Panjul.Ketika Brandi bertamu ke rumah sahabat dekatnya ini, 3 hari pasca kegegeran yang dia timbulkan di rumah bos Syamsudin.“Katanya saat rumahnya kemalingan, Syamsudin bersama wanita, siapa wanita itu!” pancing Brandi, pura-pura ingin tahu.“Nah ini yang bikin polisi bingung, Loli yang jadi kekasih Syamsudin itu, malah ngaku lupa perawakan si maling, dengan alasan dia saat kejadian sangat ketakutan. Kalau bos Syamsudin bilang tinggi besar, nah si Loli malah sebut kurus kecil mana yang benar yaa!” sebut Panjul lagi dan ngaku punya teman polisi di
Mendengar ucapan Panjul, barulah Loli menatap Brandi dengan lebih tajam dan dia senyum di kulum, tubuh pemuda tampan ini memang tinggi besar dan kokoh.“Kayak maling misterius itu bentuk badannya. Tapi masa iya sih, ni orang kan perwira, nggak mungkin jadi maling! Lagian suaranya juga beda dengan si maling itu?!” batin Loli sambil menatap Brandi yang terlihat santai saja menikmati alunan musik yang kini berganti lebih soft.Rekan Loli berbisik dan wanita cantik ini mengangguk.“Bang Brandi, kita pindah ke karaoke aja yuks, di sini bising, nggak nyaman ngobrol,” ajak Loli.Tempat ini memang juga sediakan karaoke yang letaknya ada di lantai 10 hotel ini, Brandi pun tak keberatan.Dia pun aslinya tak begitu suka dengan hingar bingar pub ini, belum lagi kalau bicara harus keras, karena musik yang kencang dari seorang Dj.Panjul sejak tadi sudah kedap kedip matanya ke Brandi. Tapi Brandi pura-pura tak lihat saja.“Bro, Irah teman si Loli ini minta depe 500 ribu, sini minta duit dulu,” bisi
Kalamenjing Panjul sejak tadi terus bergerak, saat melihat Loli dan Irah bernyanyi sambil copot baju satu persatu.Pintu ruangan karaoke ini sudah di kunci Panjul dari dalam, saat ini mereka memang minta jangan menganggu aktivas mereka berempat di dalam.Loli dan Irah yang d bawah pengaruh alkohol tak sungkan-sungkan lagi lepas semua pakaiannya, hingga tersisa hanya CD doank, sambil ‘bernyingyong’ lagu-lagu dangdut koplo.Loli yang sedang suntuk termasuk Irah yang katanya sedang patah hati, karena kekasihnya selingkuh, tunjukan sisi liarnya.Panjul dan Brandi yang baru pertama kalinya melihat keduanya bergoyang erotis dan kini benar-benar telanjang bulat sampai tak kuasa menahan nafsu, terutama Panjul.Brandi senyum saja-saja Panjul ikutan joget dan membuka resliting celananya, lalu minta Irah langsung menggantikan ‘mic-nya’ dengan mic miliknya.Loli pun tak mau ketinggalan, dia langsung mendekati Brandi berjongkok di depan pemuda ini, lalu dengan buasnya menerkam benda yang sudah teg
“B-bang, bagaimana ini?” si Co-pilot mulai ‘ketakutan’ saat Hercules ini memasuki awan yang hitam pekat. Dia sebelumnya sudah umumkan pada semua penumpang agar kencangkan sabuk pengaman, karena memasuki cuaca buruk.Kini Brandi hanya andalkan cockpit atau flight deck yang dilengkapi Flight Instrument dan Flight Control otomatis, sambil terus menjaga keseimbangan pesawat berbody besar ini.Kilat dan petir membuat guncangan alias turbulensi di pesawat ini makin menjadi-jadi, si Co-pilot dari angkatan yang sama dengannya ini sejak tadi terus berzikir.“Tenang kita akan mendarat selamat kok,” cetus Brandi tertawa kecil, sama sekali tak ketakutan di wajahnya. Brandi tetap fokus dengan kemampuannya mengendalikan pesawat ini agar bisa stabil.Baginya ini masih tak ada apa-apanya, dibandingkan dengan menerbangkan pesawat tempur, yang mengharuskan dia bermanuver dan sering terbang rendah.Saat Brandi minta izin ke menara kontrol untuk naik ke atas, justru perintahnya dia diminta turunkan pes
Brandi kembali melihat ke kiri dan kanan, hujan mulai reda, cuaca yang tadi gelap pun berangsur terang.Brandi pun sadar kini, mereka berada di tengah hutan tempat mendarat darurat yang awalnya dia dan Pelda Majid kira jalan, ternyata sebuah lapangan bola yang lama tak pernah di pakai!“Artinya di sekitaran sini pasti ada kampung,” batin Brandi, tak sadar merenung.“Izin komandan, apa langkah kita lagi, soalnya ini sudah hampir senja?” seorang prajurit yang pangkatnya paling tinggi di antara 150 an orang ini bertanya ke Brandi.“Kita terpaksa berkemah di hutan ini Serda Tosak, tapi jangan jauh-jauh dari pesawat. Kalau kita bertahan di sini, salah-salah kita bisa jadi sasaran empuk musuh yang bisa menyerbu tiba-tiba,” sahut Brandi.“Siap, laksanakan Ndan!”Kemudian atas perintah Brandi, kini semua prajurit meninggalkan pesawat dan akan bertenda di hutan.Namun mereka semua kaget, saat Brandi minta jangan bertenda satu kelompok, tapi di bagi 15 kelompok.Tapi setelahnya mereka memuji ta
40 menitan kemudian, Pelda Majid dan Serda Tosak dan ratusan prajurit lainnya lega bukan main, saat matahari makin terang bersinar, Brandi terlihat berjalan santai keluar dari hutan dan kembali ke tenda.Padahal mereka sangat was-was, kalau terjadi apa-apa dengan komandan dadakan yang nekat ini.“Komandan, bagaimana dengan para penyerbu itu?” Pelda Majid bertanya hati-hati sekaligus penasaran.“Aku sudah tewaskan 15 orang, ada beberapa orang lagi yang kabur, adakah korban dari pihak kita?” sahut Brandi kalem dan malah balik bertanya, sambil menerima kopi panas baru yang di buat salah satu prajurit.Tak sadar ucapannya tadi bikin Pelda Majid dan Serda Tosak melongo.“Izin ndan ada 25 prajurit terluka, tapi tak ada yang tewas, sedang di rawat. Lho Ndan, lengan komandan berdarah,” Serda Tosak langsung buru-buru panggil rekannya agar segera rawat luka Brandi.Pemuda ini malah santuy saja, tidak terlihat meringis, padahal darah yang keluar dari luka tembak itu rasanya nyiut-nyiut.Brandi m
Brandi melihat dua orang ini kemudian asyik minum minuman keras, hingga habis masing-masing satu botol dalam waktu singkat.Brandi tak sadar, dia ternyata berada di kampung terpencil, yang jadi markas komplotan bersenjata.Saat keduanya mulai kleyengan, Brandi masuk ke gubuk ini dan krakk…krak…dua kali memutar leher, kedua orang ini langsung pindah alam.Brandi lalu melihat-lihat situasi, setelah di rasa aman, dia kemudian beringsut mendekati sebuah bangunan lain, bangunan yang di tujunya paling besar di antara bangunan-bangunan lainnya .Brandi sengaja bersikap kejam, karena dua orang ini didengarnya tadi ikut dalam penyerbuan ke tenda pasukannya, yang sebabkan 25 orang prajurit terluka terkena tembakan komplotan bersenjata ini.Cuaca sudah berubah gelap, karena ini memasuki sore. Tempat ini berada di daerah pegunungan dan hutan lebat, sehingga malam lebih cepat.Tapi ini justru menolong Brandi bergerak, dia kini bisa leluasa mendekati sebuah bangunan, yang di lihatnya ada 5 orang ber
“Loha, aku tidak akan binasakan kamu, seperti rekan-rekanmu yang sudah aku dor, asalkan kamu mau kerjasama!” sahut Brandi dingin.“K-kerja sama apa tu-tuan Letnan Brandi?” kata Loha terperanjat bukan kepalang, baru sadar inilah prajurit yang tembaki mereka, saat nekat serbu pasukan yang tengah istirahat di tenda dekat pesawat yang mendarat darurat tersebut.Tapi Brandi pun juga kaget sendiri, baru nyadar seragamnya ada namanya, juga pangkatnya di krah baju.“Kamu tunjukan di mana harta rampokan yang disimpan itu berada, tapi bila kamu menolak, maka di sinilah kuburanmu!”dengus Brandi lagi.Loha yang sudah ciut nyali akhirnya mengangguk, setelah ikatan di lepas, Loha pun diminta Brandi berjalan di depan.“Kalau kamu kabur atau berteriak, aku tak segan dor kepalamu,” ancam Brandi, hingga Loha hanya bisa mengangguk ngeri. Apalagi saat moncong pistol Brandi todongkan ke belakang kepalanya.Kini secara beriringan mereka menuju ke sebuah tempat, Brandi lega, tempat yang di tuju Loha berlawan
Apa yang di katakan Zoona dan Iqaala benar adanya, tempat dugem di sini tak kalah dari yang ada di Jakarta.Pengunjung pun juga membludak dan tempat ini terlihat penuh pengunjung.“Ahh bodohnya aku, Lebanon kan warganya campuran, letaknya juga sudah mendekat Barat, tak aneh gaya mereka ke barat-baratan, nggak jauh beda dengan di Indonesia,” batin Ryan.Ryan melihat Zoona dan Iqaala sedanga asyik ‘ajojing’ ria berbaur dengan pengunjung lainnya. Ryan menolak diajak goyang, dia beralasan masih capek. “Dua wanita Beirut yang menggairahkan, sayang kalau di lewatkan!”Kaget bukan main Ryan, tiba-tiba ada yang bicara begitu gunakan Bahasa Indonesia pula. Refleks dia menoleh dan senyumnya langsung sumringah.“Balang Hasim Zailani…!” seru Ryan, tak menyangka akan bertemu si tampan cool ini.Keduanya tanpa di duga saling berpelukan erat, entah kenapa bertemu Balang di sini Ryan seolah bertemu adik sendiri.“Bang kita ngobrol di luar yuks…biarkan saja dua bidadari Abang di sana, suara musik je
Ryan, pura-pura tak menggubris pandangan kagum kedua wanita jelita ini, dia ingin istirahat di kamar lumayan mewah di vila ini.Namun…gangguan itu datang lagi, tanpa Ryan duga, Zoona dan Iqaala juga kini berganti baju santai, yakni kaos ketat dan celana pendek, tak lagi berbaju ala militer.Lekak lekuk tubuh keduanya membuat mau tak mau Ryan melirik juga, tapi dia tak mau menunjukan kebangorannya.Ryan hanya hela nafas panjang, karena hatinya masih teringat Fareeha dan…aslinya belum puas untuk balas dendam, hawa membunuhnya sangat kuat saat ini. Kenapa tiba-tiba dia mau bertemu kelompok ini, awalnya Ryan mengira mereka ini kelompok perjuangan yang all out melawan pasukan zionis, namun kini dia mulai meragu.Apalagi diapun sadar diri, tak bisa sendirian melawan pasukan musuh yang miliki pasukan terlatih bersenjata lengkap.Dia butuh rekan seperjuangan yang lebih besar dari kelompok Abu Shekar, yang hanya miliki pasukan ratusan orang saja.“Aku akan bersabar minimal seminggu, kalau tid
Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang di jaga ratusan orang berseragam ala tentara, inilah milisi yang di katakan Syarif tadi.“Jumlah anggota kami yang aktif dan resmi 3.500 an orang tuan Ryan dan yang tak resmi hampir 10.000 an orang, pemimpinnya Tuan Al Tahyan Farisi,” cerita Syarif.Kaget juga Ryan, artinya milisi ini bukan milisi biasa, banyak sekali anggotanya. Seragamnya pun tak ubahnya militer resmi pemerintahan.Ryan di sambut langsung sang pimpinan milisi Tuan Al Tahyan Farisi dan dua pembantu utama yang menunggunya di halaman markas milisi ini.Pria ini miliki brewok dwi warnanya lebih lebat dari milik Ryan dan tubuhnya agak tambun, tinggi badannya hampir sama dengan Ryan.Pakaiannya juga ala militer, lengkap dengan pistol nya di pinggang, bahkan ada tanda dua bintang di pakaianya ini, yang artinya Al Tahyan seorang pria berpangkat Inspektur Jenderal.Seorang pria gagah, walaupun Ryan taksir usianya pasti di atas 55 tahunan.“Akhirnya orang yang kami tunggu-tunggu datan
Trakk…trakk…! Senjata terkokang.4 serdadu yang berjaga di pos langsung todong mobil Ryan yang berjalan perlahan menuju ke gardu pos ini.Ryan tersenyum sinis, lalu secepat kita dia cabut pistolnya.Dupp…dupp..dupp…dupp!Empat tembakan beruntun dari pistol berperedam lagi-lagi milik Mayor Ehud yang juga ia pergunakan dulu untuk menyendera Letna Elita kini makan korban, empat serdadu itu tewas tanpa sempat berteriak.Tembakan Ryan yang di puji Suhail sangat lihai membidik ini tepat bersarang di wajah ke 4 serdadu zionis itu, yang di tembak dari jarak dekat.Tanpa turun dari mobilnya, Ryan terus jalankan mobilnya dan kini sudah berada di halaman kantor militer sekaligus merangkap mess ini.Ryan turun dari mobil, lalu menuju ke pintu depan yang di jaga dua serdadu dengan mata terkantuk-kantuk sedang duduk sambil sesekali minum bir.“Heiii siapa kaa…arghhhh!Suara si serdadu ini hilang berikut nyawanya, rekannya juga bernasib sama, lagi-lagi kepala yang Ryan bidik dari jarak dekat.Ryan
Ryan yang murka pun ikut lepaskan berondongan tembakan, tapi semua itu sia-sia belaka. Pesawat-pesawat tempur itu terbang lumayan tinggi dan bermanuver di udara.Abu Shekar perintahkan semua orang kabur sejauh-jauhnya dari tempat ini, karena pesawat-pesawat tempur terus memuntahkan rudal-rudal balistiknya.“Ryan ayoo kita pergi,” Suhail menarik lengannya.“Bagaimana dengan istriku Fareeha!” Ryan menolak pergi, ia masih cemas memikirkan nasib Fareeha.“Dia mungkin sudah pergi juga mengungsi ke tempat aman, ayoo sebelum terlambat,” desak Suhail.Mau tak mau Ryan pun ikuti semua orang pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Api makin berkobar hebat bakar semua tenda pengungsian ini.Sepanjang jalan mata Ryan terus mencari-cari sosok istrinya, tapi sampai jauh pergi, tidak terlihat keberadaan Fareeha.“Fareeha di mana kamu sayang…!” batin Ryan makin cemas saja.Setelah hampir 2,5 jam menjatuhkan bom-bom-nya, 3 pesawat zionis ini menghilang di atas langit yang gelap.Berangsur-angsur para pen
“50 ekor onta…?” alis Ryaan terangkat saat tahu mahar untuk melamar Fareeha.“Iya…maharnya 50 onta, apakah kamu sanggup Ryan?” Suhail memandang wajah Ryan. Ia memang minta pendapat sahabatnya ini. “Berapa harga per ekornya?” tanya Ryan penasaran.“Per ekornya yang dewasa rata-rata 10 ribu riyal Arab Saudi!” sahut Suhail sampai memandang wajah Ryan.“10 ribu riyal di kalikan 50 ekor onta berarti 500 ribu riyal, kalau di rupiahkan artinya…2,1 miliaran lebih?” gumam Ryan ngitung dengan kurs riyal ke rupiah saat ini.Suhail hanya menganguk, dari hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya berharap Ryan-ah laki-laki yang bisa persuntig sepupunya, yang di juluki bidadari gurun ini.Harapan Suhail terkabul..!Pertunangan dan…sekaligus pernikahan Ryan dan Fareeha bikin heboh para pejuang juga pengungsi, bukan heboh pernikahan itu, tapi maharnya yang fantastis…150 ekor onta.Ryan serahkan uang buat kelak di belikan onta tersebut dan Abu Shekar dengan sumringah setuju menikahkan keduanya.Karena
Ryan ternyata tidak langsung pulang ke Indonesia seperti janjinya dengan Letnan Elita. Dengan menyamar menjadi anggota Palang Merah Internasional, diam-diam kembali ke Yerusalem, untuk menemui Abu Shekar dan pasukannya…dan pastinya Fareeha.Ryan sama sekali tak takut, dia santai-santai saja saat melewati beberapa pos yang di jaga serdadu zionis.Dia sudah nekat, andai mereka (serdadu) akan memeriksa mobilnya, maka dia akan mengamuk dan menembaki serdadu-serdadu itu.Padahal di mobil ini ada duit tak sedikit dalam mata uang riyal Arab Saudi dan senjata otomatis miliknya. Namun melihat dia berseragam PMI, perjalanannya dengan mobil yang di beli di Jordania bersama Elita ini mulus-mulus saja, apalagi plat kendaraan ini ber plat negeri itu.Setelah melewati jalan-jalan tikus yang di ingat betul olehnya, Ryan pun sampai juga di persembunyian Abu Shekar dan pasukannya.Bukan main hebohnya mereka melihat kedatangan Ryan. Suhail sampai tak bisa berkata-kata saking terkejut dan senangnya.“Gil
Mendengar ini Ryan kaget sendiri, kata pulang seakan mengingatkan dia kalau saat ini diriya sudah bebas dan bisa kemanapun, bahkan terbang kembali ke Indonesia.Dan pastinya…kini dia memiliki uang yang tak pernah sekalipun ia impikan, jumlahnya-pun sangat fantastis, belum lagi berlian yang kini dia kantongi.Tapi…dia ingin menyelamatkan Letnan Elita dahulu, agar tidak di anggap ‘berkhianat’ dengan negaranya. Mendengar niatan Ryan, Elita terdiam dan dia pun tersenyum manis.Inilah persahabatan yang unik di antara keduanya, awalnya jadi sandera, lalu bermitra dan kini jadi sahabat baik.Pihak bank yang kini mendadak miliki aset luar biasa berkat tabungan Ryan, tak ragu service keduanya ke sebuah hotel berbintang terbaik di kota ini.“Selama tuan dan nyonyah ada di negara kami, maka seluruh hotel di negara ini kami bebaskan buat tuan dan nyonyah berdua, gratis selama tetap jadi nasabah kami,” kata si manajer bank ini sambil persilahkan Ryan dan Elita masuk kamar hotel.Keduanya sengaja ng
Saat senter menyorot isi bunker ini. Keduanya saling pandang dan masih takjub ketika tahu isinya! 5 karung besar terongok di ruangan ini dan saat di buka, isinya duit semua dalam mata uang dolar amerika pecahan 100 dan 50 dolar.Sampai gemetaran tangan Elita melihat tumpukan duit yang luar biasa banyaknya ini.Ryan justru tertarik dengan 6 kantong kecil, saat dia buka dan perlihatkan ke Elita, wajah si Letnan ini kembali membulat, karena isinya butiran berlian. Saking lelah bercampur gembira keduanya kini terduduk bersandarkan karung berisi uang tadi.Rasa capek dan kini mulai haus tenggelam dengan penemuan benda-benda berharga luar biasa ini. “Luar biasa, ini bukan aset lagi, tapi harta karun,” ceplos Letnan Elita.Otak mereka sama, memikirkan bagaimana membawa harta karun ini keluar dari bunker ini.“Kita harus angkut karung-karung ini malam ini juga, lalu kita kabur sejauh-jauhnya dari tempat ini,” usul Ryan.“Iya…satu-satunya jalan, kita harus membawa harta karun ini ke…Jordani