BERSAMBUNG
“Loha, aku tidak akan binasakan kamu, seperti rekan-rekanmu yang sudah aku dor, asalkan kamu mau kerjasama!” sahut Brandi dingin.“K-kerja sama apa tu-tuan Letnan Brandi?” kata Loha terperanjat bukan kepalang, baru sadar inilah prajurit yang tembaki mereka, saat nekat serbu pasukan yang tengah istirahat di tenda dekat pesawat yang mendarat darurat tersebut.Tapi Brandi pun juga kaget sendiri, baru nyadar seragamnya ada namanya, juga pangkatnya di krah baju.“Kamu tunjukan di mana harta rampokan yang disimpan itu berada, tapi bila kamu menolak, maka di sinilah kuburanmu!”dengus Brandi lagi.Loha yang sudah ciut nyali akhirnya mengangguk, setelah ikatan di lepas, Loha pun diminta Brandi berjalan di depan.“Kalau kamu kabur atau berteriak, aku tak segan dor kepalamu,” ancam Brandi, hingga Loha hanya bisa mengangguk ngeri. Apalagi saat moncong pistol Brandi todongkan ke belakang kepalanya.Kini secara beriringan mereka menuju ke sebuah tempat, Brandi lega, tempat yang di tuju Loha berlawan
Loha langsung membaca dokumen berikut peta-nya ini, Brandi memperhatikan bagaimana pemuda ini kadang melihat ke depan, lalu ke samping dan kadang bolak-balik sambil mengukur-ngukur.Brandi sengaja tak mau bertanya, dia membiarkan saja ulah Loha, karena dia pikir pemuda yang usianya baru 21 tahunan ini lebih tahu apa yang dilakukan.Brandi pun diam-diam memuji pemuda ini punya ke 'ahlian' langka dan jenius, yang hanya orang-orang tertentu bisa seperti Loha.“Tuan Letnan, kita harus jalan lagi sekitar 3 kilometer dari sini, ke arah Tenggara, kita harus agak cepat, agar tak kemalaman,” cetus Loha, Brandi pun mengangguk.Brandi bahkan tak segan berikan sangkurnya pada Loha, karena mereka harus melewati semak belukar yang lebat dan penuh akar, yang malah memperlambat jalan mereka.Otomatis kini langkah mereka lebih cepat, dengan sangkur ini Loha pun makin mudah menerabas semak lebat dan diikuti Brandi.Mereka pun sampai di tempat yang di tuju dan haripun sudah malam lagi, Brandi meminta Loh
Brandi dan Loha kini duduk bengong di depan gua, kedua orang ini benar-benar temukan harta rampokan yang jumlahnya sangat fantastis.Seumur-umur Brandi apalagi Loha belum pernah melihat harta seperti ini, yang kata Loha dulu hasil rampokan yang dilakukan satu komplotan bersenjata bertahun-tahun yang lalu, yang kini sudah habis terbantai oleh tentara Indonesia dan harta ini sempat dikatakan lenyap.Tapi bikin semua komplotan bersenjata lainnya sangat penasaran, termasuk kelompok Bagupai, yang entah bagaimana caranya bisa menemukan dokumen rahasia itu.Loha pun mengaku tak tahu, bagaimana seorang Bagupai, mampu temukan dokumen sekaligus peta itu. Tapi tak paham mengartikannya, padahal sudah hampir 2 bulan menemukan peta tersebut.Loha pun ngaku selama ini sengaja pura-pura sulit memahami peta ini, karena pikirannya saat itu bagaimana caranya kabur dari komlplotan kejam tersebut.“Loha…kita sudah temukan harta rampokan ini, ku rasa inilah saatnya kita ambil barang ini!” ceplos Brandi tiba
“Sudah beres pa Letnan, pesawat ini sudah siap terbang lagi,” seorang tekhnisi menghampiri Brandi.“Sayangnya tanah masih becek, mau tak mau kami harus menunggu 2 atau 3 harian lagi, baru bisa terbang, moga tak hujan!” sahut Brandi kalem, sambil menatap Pelda Majid dan Loha lalu kedipkan mata.Keduanya senyum di kulum dan diam-diam memuji betapa cerdiknya Brandi.“Waah, mau tak mau kami harus duluan berangkat, sebab tugas kami masih banyak di bandara. Kami izin dulu pa Letnan, untuk telpon pimpinan, agar di jemput ke sini,” sahut si tekhnisi tersebut.Tak sampai 2,5 jam, helikopter pun datang dan langsung jemput ke 3 tekhnisi ini. Karena tenaga mereka memang sangat di butuhkan di bandara tersebut, untuk perbaiki pesawat yang lain.Begitu helikopter ini terbang lagi dan hilang dari pandangan. Tanpa buang waktu, Brandi ajak Pelda Majid dan Loha untuk segera masukan peti-peti dan karung duit ke pesawat jenis hercules ini, yang sebelumnya sengaja mereka sembunyikan di sebuah tempat, setela
Alih-alih dendam dengan perlakuan Brandi. Loha bahkan dengan bercanda bilang, sangat bersyukur di ‘kemplang’ Brandi hingga pingsan.“Aku seolah mimpi saat Abang bikin pingsan, tahu-tahu pas bangun eh jadi miliuner dan bebas dari kelompok Bagupai!” kata Loha terbahak, saat mereka makan-makan di sebuah restoran mewah.Bahkan ketiganya sempat singgah di sebuah butik dan beli pakaian mahal, sehingga penampilan ketiganya mirip pengusaha saja.Loha dan Majid bahkan ke salon dan cukur kumis dan jenggotnya, hingga wajah keduanya terlihat lebih tampan.Brandi mau tak mau ikutan kedua sahabatnya ini, sehingga keduanya balik memuji betapa gagahnya sang perwira muda ini.Majid beda lagi, dengan apa adanya dia bilang saat ini aslinya memang butuh uang, kredit rumahnya yang ditinggali ibu dan dua adiknya terancam di sita bank.Lalu dua buah motor terancam di ambil debt collector, gara-gara macet berbulan-bulan. Termasuk dua adiknya yang terancam gagal lanjutkan pendidikan, karena menunggak uang SPP
Brandi pun terjungkal dari motornya, dia berjibaku agar tak jatuh ke aspal. Untung saja dia tangkas, kalau tidak bisa jadi tubuhnya lebam-lebam terjatuh.Mobil mewah ini singgah dan keluarlah seorang pria tampan berbaju polisi dengan pangkat Iptu, sambil menatap Brandi yang kini bangkit lagi dengan cepat.“Hei tolol, kalau bawa motor lihat-lihat, nih mobil pacarku tergores, 100 motor jenis itu tak bakal mampu bayar perbaikan mobil ini,” bentak seorang wanita cantik pakai kacamata hitam, sambil menurunkan kaca mobilnya dan berada di balik kemudi.Kaget juga Brandi, dia malah yang dianggap salah, padahal mobil itulah yang nyelonong dan senggol motor yang dikendarainya.Si perwira polisi ini langsung menatap wanita ini dengan wajah tak senang.“Sudah kamu diam, yang salah bukan dia, tapi kamu yang egois bawa mobil,” tegur si perwira polisi ini pada wanita ini, si wanita cantik ini melengos tak senang di tegur di depan Brandi.Malulah dia, bukannya ikut membelanya, malah menyalahkannya.Po
“Bapak komandan mau beli mobil jenis apa, nanti sopir eike yang akan antar ke dealer, tenang nekk!” sahut si manejer ini, Brandi yang tak nyadar ngomong lalu buru-buru sebutkan mereknya.“Siap…! Onyong, ye antar pa komandan ini ke dealer yang ada di dekat-dekat sini, cepetan jangan ngerokok mulu!” si manejer ngondek ini sambil sebutkan nama dealernya. Brandi hanya senyum kecil dan kini dia diantar Onyong sopir perusahaan di Ngondek ini ke sebuah dealer mobil mewah.Mobil yang Brandi pilih berharga hampir 3 miliaran dan bisa langsung di bawa, kini dia senyum sendiri. “Buat apa juga uang banyak di simpan-simpan, nikmatilah!” pikirnya tertawa sendiri.Saat itulah masuk vidcal dari Loha di ponselnya. “Haloooo saudaraku, di mana nih?” Loha yang sedang duduk di sebuah mobil menegurnya duluan.“Di jalan Loha, eh kamu sudah beli mobil juga ya?”“Iya dong brother, nih lagi sama kakak perempuanku, lihat cantik nggak!” Loha pindahkan ponselnya dan menyorot seorang wanita hitam manis berhidung m
Selama seminggu sebelum pindah ke rumah barunya, Brandi melihat rumah Serda Andi sepi-sepi saja. Otomatis Brandi tak lagi dengar suara pertengkaran suami istri ini. Terutama suara Serda Andi yang suka sekali membentak-bentak istri cantiknya tersebut. “Hmm…kemana Serda Andi pergi, apakah dia menyusul istrinya ke Sukabumi?” batin Brandi.Brandi untuk sementara tak menggubris itu, dia kini pindah dan pamit dengan pengelola mess militer ini, karena rumahnya sudah siap di tempati. Si Ngondek sudah kasih tahu sebelumnya.Brandi tidak pernah bawa mobil mewahnya ke mess ini, tapi sengaja dia tinggal di rumah barunya. Agar tak jadi pusat perhatian seluruh prajurit atau perwira yang selama ini tinggal di mess tersebut.Sudah jadi rahasia umum, banyak prajurit yang hidupnya sederhana, karena tak pintar berbisnis, hanya andalkan gaji semata.Brandi tidak mau jadi gunjingan atau pun jadi bahan gosip, terutama dari istri-istri parjurit yang suka kepo. Dia masih bujangan saja sudah ada gosip, jang
“Jadi Kapoltabes di Banjarbaru Om…?” Chulbuy agak kaget. “Iya Chul, besok kamu harus terbang ke sana, untuk sertijab dengan pejabat sebelumnya,” kata Komjen Joko, yang kini jabat Wakapolri.Saat Komjen Joko jelaskan ini dan itu, mata buaya Chubuy malah terfokus pada seorang polwan cantik berpangkat Bripda, yang jadi asisten sang Wakapolri ini.Komjen Joko mendehem, hingga Chulbuy gelagapan dan si polwan ini menahan tawanya.“Itu kemenakanku, sepupu misanmu sendiri, macam-macam ku ketuk palamu,” sungut Komjen Joko, yang tahu track record keponakannya ini.Chulbuy tertawa berderai dan dia pun tak sungkan menyapa sepupu misannya ini.“Hati-hati dengan si playboy ini Rika, mau shopping atau jalan kemanapun, bahkan mobil atau rumah enteng dia belikan. Tapi kamu nggak bakalan jadi nyonyahnya,” kata Komjen Joko peringatkan Bripda Rika, yang kembali tertawa berderai perlihatkan giginya yang putih rata.“Tenang Om, aku dah tahu sepak terjangnya,” sahut Bripda Rika terkekeh. Chulbuy, kembali k
Dahi Chulbuy berkerut, saat melihat seorang pria tampan berbaju militer mendatangi Kanika dan…memeluknya.Keduanya kini mendekatinya. “Komisaris Chul ini suamiku, Kolonel Pakor,” Kanika tak sungkan kenalkan suaminya, yang tingginya hampir sama dengan Chulbuy.Tak kalah tampannya di bandingkan Chulbuy.Kolonel Pakor dengan ramah menyalami Chulbuy, sehingga otomatis hasratnya padam seketika, tak ada minat lagi ajak Kanika aneh-aneh.Chulbuy ingat pesan paman Darlan di Batupecah, jangan sesekali gauli bini orang, atau ilmu kebalnya runtuh dan dia akan tewas mengenaskan.Setelah pasangan ini berlalu, Chulbuy menepuk jidatnya sambil tertawa sendiri. "Hampir saja, ruwah kajian ilmu kebalku, duehh nafsu-nafsuuu...!" gumam Chulbuy.Setelah beri laporan ke atasannya, Chulbuy hari itu juga terbang ke Bangkok.Tak ingin berlama-lama, walaupun Sawika sempat menelponnya apakah butuh kehangatannya lagi. Namun dengan alasan capek tawaran ‘enak’ ini di tolaknya, dia langsung carter private jet dan te
“Aku ikut!” kata Chulbuy saat Kanika bergegas keluar kafe ini untuk kembali ke markas sektor Pulau Kasino, di mana saat ini dilaporkan anak buah Kanika,Chino Hamuk kabur bersama anak buahnya, yang serbu markas polisi sektor itu.“Jangan bunyikan serine, siapa tahu komplotan itu masih berada di sana, juga agar tak bikin kaget warga di Pulau ini!” kata Chulbuy dan Kanika mengangguk dan tak jadi ambil lampu strobo yang bisa di copot di kap mobil, kini mereka tancap gas menuju ke tempat tadi.Belum 5 menitan tancap gas, tiba-tiba mereka berselisihan dengan dua buah mobil yang larinya sangat kencang.“Kanika sini aku yang bawa, kayaknya itu mobil para komplotan Chino Hamuk,” kata Chulbuy.Kanika langsung mengangguk dan mereka pun bertukar posisi dalam kondisi mobil masih jalan, walaupun perlahan.“Maaf..!” kata Kanika saat tak sengaja duduk di pangkuan Chulbuy, sampai tercium bau harum lembut tubuh si Letkol Polisi ini.Sesaat Chulbuy terlena juga dengan bau parfum ini, apalagi tubuh Kanik
Proses pemindahan uang kemenangan Chulbuy yang sangat besar butuh waktu lumayan lama, saking banyaknya kemenangannya ini.Bahkan keduanya masih sempat ngopi di ruangan khusus, sambil menunggu proses ini, di sinilah Huang Lie cerita, kalau dia mengetahui Chulbuy seorang polisi, karena penasaran."Kok tuan bisa begitu tenang main judinya, andai kartu yang terakhir datang beda, kebayang banyaknya tuan kalah? Juga uangku pasti habis!" kata Huang bertanya, karena penasaran."Sebenarnya kenapa aku tenang?Jujur uang yang aku pakai buat main judi itu uang tak halal juga, makanya aku main tanpa beban. Kalau itu uang negara atau uang pribadi, mungkin sama saja kayak anda, pasti guguplah, aku nggak munafik," cetus Chulbuy, hingga Huang Lie tertawa dan langsung jempol. "Hebat, cerdik dan anda layak di sebut dewa judi," puji Huang lagi.Setelah proses transfer beres, mereka pun langsung ke kantor polisi sektor susul Letkol Kanika.Di markas polisi sektor Pulau Kasino…!“Anda berdua harusnya jang
Huang Lie yang duduk di sisi Chulbuy ikutan tegang, bahkan Sawika pucat pasi, melihat Chulbuy yang terlihat berubah wajahnya.Benar-benar pemandangan yang sangat bikin spot jantung berdetak kencang. Bahkan ratusan penonton yang tentu saja paham main judi poker kini sampai tak ada yang berani bersuara, saking tegangnya.Andai ada yang batuk, pasti se antero ruangan kasino yang luas ini akan terdengar jelas.Wajah Chino Hamuk terlihat makin ceria melihat Chulbuy yang berubah wajahnya. Senyum kemenangan makin nampak dari raut wajahnya.Tapi alis Chino Hamuk kini terangkat, saat melihat raut muka Chulbuy kini kembali berubah, senyum tipis tersungging di bibirnya, bahkan kini Chulbul mengisap cerutunya dengan gaya santai.“Anda memang penjudi hebat tuan Chino Hamuk, tak mudah di gertak, tapi…kartu aku adalah…!”Dengan cepat bak main sulap, Chulbuy tarik kartu bawahnya dan memperlihatkan ke semua orang, apa kartu di bawah itu.Lantas, setelahnya dengan santai meletakaannya di atas meja dan
Inilah trik jitu Chulbuy, yang sengaja permainkan emosi para penjudi lain, terutama Chino Hamuk, Huang Lie pun sampai geleng-geleng kepala melihat hebatnya Chulbuy bermain judi.Taktik Chulbuy berhasil, setelah permainan di lanjutkan, lama-lama 3 orang terpaksa keluar dengan wajah keruh, karena keok besar.‘Teror’ mental yang Chulbuy lakukan benar-benar bikin ke 3 penjudi, yang terdiri dari 2 wanita dan satu orang bule ini out, dengan kekalahan tak sedikit.Kini tersisa Chulbuy, Huang Lie, Chino Hamuk dan satu pria berwajah Asia lainnya, yang Chulbuy duga pasti ‘rekan’ Chino Hamuk.Permainan lanjut, ke 4 orang ini silih berganti menang, tapi lama-lama terlihat, kalau Chulbuy dan Chino Hamuk yang paling unggul, bahkan si pria Asia ini siap-siap out, karena modalnya hampir habis, termasuk…Huang Lie.Huang Lie memang kerap mengalah, seakan beri jalan agar Chulbuy unggul, begitu juga dengan si wajah Asia, yang juga berlaku begitu buat Chino Hamuk.Kartu kembali di bagi untuk ke sekian kali
Penjudi lain tak paham apa yang diomongkan Chino Hamuk, tapi Huang Lie sepertinya paham, terlihat kekagetan di wajahnya, tahu Chulbuy seorang polisi!Tapi si mata sipit ini tentu saja tak ingin bertanya, dia seolah sibuk ‘menyusun’ koin—koin miliknya.“Tentu saja, dari mana lagi aku dapat uang kalau bukan uang sogokan itu. Siapa tahu peruntunganku ada di sini dan uang itu nambah berkali-kali lipat. Nggak perlu jadi penyulundup narkoboy agar tajir melintir, lalu sewa centeng-centeng tolol untuk habisi orang yang pernah di sogok!” sahut Chulbuy kalem sambil senyum kecil, hingga mata Chino Hamuk makin mendelik, mendekati melotot.Sindiran Chulbuy tentu saja sangat telak. Tapi Chino Hamuk kini pasang wajah cuek bebek.“Tuan-tuan dan nyonyah, kita siap bermain. Kartu akan segera di kocok dan di bagi!” si pembagi kartu remi mulai kocok kartunya dan menaruhkan di sebuah tempat khusus.Lalu mulai membagi satu kartu yang di telungkupkan pada ke 7 orang ini, lalu kartu kedua sengaja di buka, dua
Chulbuy seolah menemukan Nova dan Kristin dalam diri Sawika, si gadis Thai ini benar-benar pasangan yang sepadan dalam bercinta.Mau gaya apa saja, ho oh terus si Sawika ini.“Gilaa kamu tuan Mike, i like it…!” lenguh Sawika keenakan saat Chulbuy gunakan jurus gendongnya, juga jurus-jurus ‘mabuk’ lainnya hingga Sawika bilang, baru kali ini menemukan partner yang hebat.Mereka terus bercinta hingga tengah malam dan berlanjut terus hingga 3 hari kemudian.Mereka bahkan malas keluar kamar hotel mewah ini, apalagi Sawika sudah pindah ke kamar Chulbuy, tidak lagi di kamar terpisah.“Sayangnya aku pake pengaman tuan Mike, kalau nggak pasti cakep banget blasteran anak kita yaah,” canda Sawika, setelah untuk ke sekian kalinya mereka kembali memadu ciinta.Chulbuy…hanya tertawa saja, teringat ia ucapan ayahnya, yang juga semacam Undang-undang mutlak bagi keturunan Hasim Zailani, yakni tak boleh lari dari tanggung jawab.“Berani berbuat, beranii tanggung jawab, apapun resikonya,” kata Brandi, ya
“Hehe…tenang aku datang dalam keadaan damai bukan mau bentrok, kenalkan namaku Huang Lie, aku berasal dari Tiongkok,” Huang langsung sodorkan tangannya dan tanpa ragu di sambut Chulbuy.Si Huang Lie ini agaknya punya kebiasaan suka tertawa.“Aku…Mike Gordan, berasal dari Singapura, tapi aku punya dua paspor, Singapura dan Indonesia,” sahut Chulbuy, sebutkan nama samarannya.“Kita duduk lagi, ada yang ingin aku sampaikan, anggap saja kita mulai saat ini sahabat baik dan mitra, mitra main judi poker he-he-he!” kata Huang yang kembali tertawa ini, walaupun dia baru saja alami kekalahan besar.Chulbuy pun ajak Sawika duduk lagi di sisinya, Huang Lie senyum saja melihat polah keduanya yang terlihat 'mesra' ini, dua bodyguardnya tetap berdiri…siaga.“Begini tuan Mike Gordan, 4 hari dari sekarang, aku bakal melawan musuh yang hebat. Dia ini musuh judi bebuyutanku sejak dulu, nah aku minta…maukah tuan Mike berkolaborasi denganku hadapi dia. Sebab di perjudian terakhir dulu, aku kalah banyak, b