Brandi pun terjungkal dari motornya, dia berjibaku agar tak jatuh ke aspal. Untung saja dia tangkas, kalau tidak bisa jadi tubuhnya lebam-lebam terjatuh.Mobil mewah ini singgah dan keluarlah seorang pria tampan berbaju polisi dengan pangkat Iptu, sambil menatap Brandi yang kini bangkit lagi dengan cepat.“Hei tolol, kalau bawa motor lihat-lihat, nih mobil pacarku tergores, 100 motor jenis itu tak bakal mampu bayar perbaikan mobil ini,” bentak seorang wanita cantik pakai kacamata hitam, sambil menurunkan kaca mobilnya dan berada di balik kemudi.Kaget juga Brandi, dia malah yang dianggap salah, padahal mobil itulah yang nyelonong dan senggol motor yang dikendarainya.Si perwira polisi ini langsung menatap wanita ini dengan wajah tak senang.“Sudah kamu diam, yang salah bukan dia, tapi kamu yang egois bawa mobil,” tegur si perwira polisi ini pada wanita ini, si wanita cantik ini melengos tak senang di tegur di depan Brandi.Malulah dia, bukannya ikut membelanya, malah menyalahkannya.Po
“Bapak komandan mau beli mobil jenis apa, nanti sopir eike yang akan antar ke dealer, tenang nekk!” sahut si manejer ini, Brandi yang tak nyadar ngomong lalu buru-buru sebutkan mereknya.“Siap…! Onyong, ye antar pa komandan ini ke dealer yang ada di dekat-dekat sini, cepetan jangan ngerokok mulu!” si manejer ngondek ini sambil sebutkan nama dealernya. Brandi hanya senyum kecil dan kini dia diantar Onyong sopir perusahaan di Ngondek ini ke sebuah dealer mobil mewah.Mobil yang Brandi pilih berharga hampir 3 miliaran dan bisa langsung di bawa, kini dia senyum sendiri. “Buat apa juga uang banyak di simpan-simpan, nikmatilah!” pikirnya tertawa sendiri.Saat itulah masuk vidcal dari Loha di ponselnya. “Haloooo saudaraku, di mana nih?” Loha yang sedang duduk di sebuah mobil menegurnya duluan.“Di jalan Loha, eh kamu sudah beli mobil juga ya?”“Iya dong brother, nih lagi sama kakak perempuanku, lihat cantik nggak!” Loha pindahkan ponselnya dan menyorot seorang wanita hitam manis berhidung m
Selama seminggu sebelum pindah ke rumah barunya, Brandi melihat rumah Serda Andi sepi-sepi saja. Otomatis Brandi tak lagi dengar suara pertengkaran suami istri ini. Terutama suara Serda Andi yang suka sekali membentak-bentak istri cantiknya tersebut. “Hmm…kemana Serda Andi pergi, apakah dia menyusul istrinya ke Sukabumi?” batin Brandi.Brandi untuk sementara tak menggubris itu, dia kini pindah dan pamit dengan pengelola mess militer ini, karena rumahnya sudah siap di tempati. Si Ngondek sudah kasih tahu sebelumnya.Brandi tidak pernah bawa mobil mewahnya ke mess ini, tapi sengaja dia tinggal di rumah barunya. Agar tak jadi pusat perhatian seluruh prajurit atau perwira yang selama ini tinggal di mess tersebut.Sudah jadi rahasia umum, banyak prajurit yang hidupnya sederhana, karena tak pintar berbisnis, hanya andalkan gaji semata.Brandi tidak mau jadi gunjingan atau pun jadi bahan gosip, terutama dari istri-istri parjurit yang suka kepo. Dia masih bujangan saja sudah ada gosip, jang
Leni juga cerita, Serda Andi agaknya ‘takut’ datang ke Pengadilan Agama, karena ulahnya yang ngamuk-ngamuk di rumah orang tuanya sudah di laporkan ke polisi.“Tau nggak mas, Kapolseknya ganteng kayak kamu, namanya Iptu Aldot HZ, dia langsung tangkap Serda Andi dan sempat di kemplang si Kapolsek tampan itu, saat petentang-petenteng nantang polisi yang mau nangkap dirinya. Tapi sayangnya dia kabur saat anak buah si kapolsek ini lengah dan jadi borunan hingga kini,” cerita Leni dan kini untuk pertama kalinya dia tertawa.Begitu tertawa, aura kecantikan Leni bikin Brandi kagum juga, beda dengan beberapa hari lalu yang selalu murung dan kayak banyak beban.Brandi malah kaget sendiri, tak menyangka si polisi tampan anak Brandon Hasim Zailani itu justru jadi Kapolsek di tempat Leni.“Hmm…ganas juga ternyata si Aldot, sampai prajurit saja dia kemplang,” batin Brandi, lalu senyum sendiri. “Ehh mas, kamu senyum gitu malah mirip dengan si Kapolsek itu, jangan-jangan kalian ini sodaraan yaa?” ka
Siapa yang bisa menyalahkan keduanya, Leni barusan jadi janda dan sudah setahun lebih tak merasakan kasih sayang dari mantan suaminya.Brandi pria dewasa yang belum punya kekasih dan tidak terikat dengan siapapun. Leni juga mengagumi dan sangat berhutang budi dengan Brandi, maka setan burik pun sukses menggoda keduanya.Walaupun awalnya malu-malu, Leni sampai menunduk malu, tapi saat Brandi tak sungkan melepas seluruh pakaiannya, Leni yang tadi menunduk berbalik kaget, saat melihat rudal balistik pemuda ini sudah tegak, padahal belum di apa-apakan.“Gila, sudah begini keras, padahl cuman lihat aku telanjang,” batin Leni kagum sendiri dan dia tak ragu lepaskan bajunya yang tadi digunakan untuk menutupi tubuh semoknya.Leni tak sungkan lagi, dia melupakan semuanya, matanya langsung berbinar saat memegang sebuah benda yang sangat lama dia idam-idamkan.Biarpun tubuh Leni agak ndut, tapi Brandi agaknya punya selera wanita model begini, dia justru suka wanita yang berbody agak semok.Tanpa
Hal ini terus berlangsung hingga satu bulan kemudian, hingga suatu hari Leni kaget dapat telpon dari orang tuanya di Sukabumi.“Leni kamu di mana sekarang? Ibumu sakit, si Andi mantan suamimu meneror kami terus,” terdengar suara ayahnya di seberang telpon. Nada suara ayahnya Leni agak ketakutan.Mendengar ini, Leni pun jadi gelisah, sehingga saat Brandi pulang dari kantornya, Leni langsung ceritakan apa yang menimpa kedua orangtuanya tersebut.Mendengar ini, Brandi seolah baru sadar, dia belum beri pelajaran buat Serda Andi, yang dulu pernah menipu ibunya, yang anehnya Serda Andi sendiri lupa dengan Brandi. Padahal mereka bertetangga saat tinggal di mess prajurit tersebut.Sebab bukan hanya anak muda ini yang jadi korban, tapi banyak prajurit lainnya yang dia kerjai selama ini.Hingga akhirnya Serda Andi dapat sanksi berat, selain di tarik ke Mabes, juga penundaan naik pangkat sampai 7 tahun. Selama 1 bulanan ini Brandi terlalu asyik bercinta dengan Leni, apalagi tugasnya belum terla
Brandi melupakan pertemuannya dengan Resa dan Sonya bayinya, dia kini sambil beristirahat di kamar hotel dan pantau Leni melalui ponselnya.Di mana Leni akan beritahu dirinya kalau mantan suaminya nongol ke rumah orang tuanya. Bosan di kamar, Brandi pun turun ke lobby hotel.Saat duduk di lobby ini, Brandi kaget melihat seorang wanita cantik yang asyik minum wine seorang diri di loby ini, lobby hotel mewah ini memang merangkap kafe.“Hmm…itukan kekasihnya si Aldot, ngapaian dia di sini pakai mabuk segala,” batin Brandi keheranan sendiri.Brandi sengaja duduk menjauh, agar tak dekat-dekat si cantik dan judes ini, dia malas kalau harus meladeni wanita berambut agak pirang ini.Dua kali bertemu, Brandi sudah menjustice kalau wanita ini punya akhlak yang angkuh dan sombong.Namun baru saja akan duduk, si angkuh ini dengan jalan agak sempoyongan malah mendekatinya, dan tanpa malu-malu duduk di depannya.“Ah apes dah, kenapa dia malah ke sini!” pikir Brandi, kheki sendiri dan tak mungkin dia
“Minum kopi hitam ini, agar rasa pusingmu berkurang?” Brandi sodorkan kopi hitam ini dan langsung di minum Lula pelan-pelan, kalau sudah begini, gaya elegannya keluar.“Makasih…!” sahut Lula, lalu pejamkan mata sesaat hilang pening di kepalanya.Kemudian meletakan gelasnya dan kini mereka duduk berhadapan di kamar luas yang ada ruang tamunya.Lula menatap Brandi kaget, seolah baru nyadar. “Kamu…astaga, jadi kamu bawa aku ke sini, kamu tak apa-apakan aku kan?” ceplos Lula tiba-tiba.Brandi senyum kecil, keluar deh gaya aslinya angkuh dan nuduh orang sembarangan, pikir Brandi.“Jangan berburuk sangka, lihat saja pakaian kamu masih utuh bukan? Kalau masih kurang yakin, periksa di sela paha kamu itu, apakah ada noda-noda bekas aku perkosa!” cetus Brandi blak-blakan, mulai jengkel juga dengan si Lula ini.Lula kaget, lalu tertawa dan makin terlihatlah kecantikannya.“Duehh pemarah sekali ini perwira, sorry ya Letnan Brandi, kalau selama ini aku kasar, ternyata kamu tidak dendam dengan kelak
Begitu sampai kembali ke kamar vila, Zoona dan Iqaala yang agak mabuk tak sungkan lagi memeluk tubuh kokoh Ryan.Sebenarnya keduanya tak mabuk-mabuk amat, hanya di buat-buat saja, agar tubuh mereka bisa di pegang Ryan.Ryan yang masih ‘normal’ membiarkan saja ulah keduanya, ia malah sengaja gerayangi tubuh keduanya, sehingga makin blingsatanlah keduanya.“Kedua bidadari Abang itu bisa di manfaatkan, nggak perlu Abang repot memata-matai tuan Al Tahyan,” itulah pesan Balang yang di ingat Ryan.Sehingga Ryan pun kini mulai sengaja bersikap nakal.Iqaala bahkan tak ragu mencopoti semua pakaiannya, juga setengah memaksa melepas pakaian Ryan, yang saat ini memakai celana jeans dan kaos, yang sore sebelumnya sempat beli di sebuah toko pakaian tak jauh dari vila ini.Begitu Ryan hanya kenakan CD doang, keduanya sampai berseru wow melihat body Ryan yang bersekal-sekal dan kokoh ini, makin leleran lagi melihat torpedo Ryan yang sudah menonjol di balik CD tipis-nya ini.“Amazingggg…sizenya…!” se
Apa yang di katakan Zoona dan Iqaala benar adanya, tempat dugem di sini tak kalah dari yang ada di Jakarta.Pengunjung pun juga membludak dan tempat ini terlihat penuh pengunjung.“Ahh bodohnya aku, Lebanon kan warganya campuran, letaknya juga sudah mendekat Barat, tak aneh gaya mereka ke barat-baratan, nggak jauh beda dengan di Indonesia,” batin Ryan.Ryan melihat Zoona dan Iqaala sedanga asyik ‘ajojing’ ria berbaur dengan pengunjung lainnya. Ryan menolak diajak goyang, dia beralasan masih capek. “Dua wanita Beirut yang menggairahkan, sayang kalau di lewatkan!”Kaget bukan main Ryan, tiba-tiba ada yang bicara begitu gunakan Bahasa Indonesia pula. Refleks dia menoleh dan senyumnya langsung sumringah.“Balang Hasim Zailani…!” seru Ryan, tak menyangka akan bertemu si tampan cool ini.Keduanya tanpa di duga saling berpelukan erat, entah kenapa bertemu Balang di sini Ryan seolah bertemu adik sendiri.“Bang kita ngobrol di luar yuks…biarkan saja dua bidadari Abang di sana, suara musik je
Ryan, pura-pura tak menggubris pandangan kagum kedua wanita jelita ini, dia ingin istirahat di kamar lumayan mewah di vila ini.Namun…gangguan itu datang lagi, tanpa Ryan duga, Zoona dan Iqaala juga kini berganti baju santai, yakni kaos ketat dan celana pendek, tak lagi berbaju ala militer.Lekak lekuk tubuh keduanya membuat mau tak mau Ryan melirik juga, tapi dia tak mau menunjukan kebangorannya.Ryan hanya hela nafas panjang, karena hatinya masih teringat Fareeha dan…aslinya belum puas untuk balas dendam, hawa membunuhnya sangat kuat saat ini. Kenapa tiba-tiba dia mau bertemu kelompok ini, awalnya Ryan mengira mereka ini kelompok perjuangan yang all out melawan pasukan zionis, namun kini dia mulai meragu.Apalagi diapun sadar diri, tak bisa sendirian melawan pasukan musuh yang miliki pasukan terlatih bersenjata lengkap.Dia butuh rekan seperjuangan yang lebih besar dari kelompok Abu Shekar, yang hanya miliki pasukan ratusan orang saja.“Aku akan bersabar minimal seminggu, kalau tid
Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang di jaga ratusan orang berseragam ala tentara, inilah milisi yang di katakan Syarif tadi.“Jumlah anggota kami yang aktif dan resmi 3.500 an orang tuan Ryan dan yang tak resmi hampir 10.000 an orang, pemimpinnya Tuan Al Tahyan Farisi,” cerita Syarif.Kaget juga Ryan, artinya milisi ini bukan milisi biasa, banyak sekali anggotanya. Seragamnya pun tak ubahnya militer resmi pemerintahan.Ryan di sambut langsung sang pimpinan milisi Tuan Al Tahyan Farisi dan dua pembantu utama yang menunggunya di halaman markas milisi ini.Pria ini miliki brewok dwi warnanya lebih lebat dari milik Ryan dan tubuhnya agak tambun, tinggi badannya hampir sama dengan Ryan.Pakaiannya juga ala militer, lengkap dengan pistol nya di pinggang, bahkan ada tanda dua bintang di pakaianya ini, yang artinya Al Tahyan seorang pria berpangkat Inspektur Jenderal.Seorang pria gagah, walaupun Ryan taksir usianya pasti di atas 55 tahunan.“Akhirnya orang yang kami tunggu-tunggu datan
Trakk…trakk…! Senjata terkokang.4 serdadu yang berjaga di pos langsung todong mobil Ryan yang berjalan perlahan menuju ke gardu pos ini.Ryan tersenyum sinis, lalu secepat kita dia cabut pistolnya.Dupp…dupp..dupp…dupp!Empat tembakan beruntun dari pistol berperedam lagi-lagi milik Mayor Ehud yang juga ia pergunakan dulu untuk menyendera Letna Elita kini makan korban, empat serdadu itu tewas tanpa sempat berteriak.Tembakan Ryan yang di puji Suhail sangat lihai membidik ini tepat bersarang di wajah ke 4 serdadu zionis itu, yang di tembak dari jarak dekat.Tanpa turun dari mobilnya, Ryan terus jalankan mobilnya dan kini sudah berada di halaman kantor militer sekaligus merangkap mess ini.Ryan turun dari mobil, lalu menuju ke pintu depan yang di jaga dua serdadu dengan mata terkantuk-kantuk sedang duduk sambil sesekali minum bir.“Heiii siapa kaa…arghhhh!Suara si serdadu ini hilang berikut nyawanya, rekannya juga bernasib sama, lagi-lagi kepala yang Ryan bidik dari jarak dekat.Ryan
Ryan yang murka pun ikut lepaskan berondongan tembakan, tapi semua itu sia-sia belaka. Pesawat-pesawat tempur itu terbang lumayan tinggi dan bermanuver di udara.Abu Shekar perintahkan semua orang kabur sejauh-jauhnya dari tempat ini, karena pesawat-pesawat tempur terus memuntahkan rudal-rudal balistiknya.“Ryan ayoo kita pergi,” Suhail menarik lengannya.“Bagaimana dengan istriku Fareeha!” Ryan menolak pergi, ia masih cemas memikirkan nasib Fareeha.“Dia mungkin sudah pergi juga mengungsi ke tempat aman, ayoo sebelum terlambat,” desak Suhail.Mau tak mau Ryan pun ikuti semua orang pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Api makin berkobar hebat bakar semua tenda pengungsian ini.Sepanjang jalan mata Ryan terus mencari-cari sosok istrinya, tapi sampai jauh pergi, tidak terlihat keberadaan Fareeha.“Fareeha di mana kamu sayang…!” batin Ryan makin cemas saja.Setelah hampir 2,5 jam menjatuhkan bom-bom-nya, 3 pesawat zionis ini menghilang di atas langit yang gelap.Berangsur-angsur para pen
“50 ekor onta…?” alis Ryaan terangkat saat tahu mahar untuk melamar Fareeha.“Iya…maharnya 50 onta, apakah kamu sanggup Ryan?” Suhail memandang wajah Ryan. Ia memang minta pendapat sahabatnya ini. “Berapa harga per ekornya?” tanya Ryan penasaran.“Per ekornya yang dewasa rata-rata 10 ribu riyal Arab Saudi!” sahut Suhail sampai memandang wajah Ryan.“10 ribu riyal di kalikan 50 ekor onta berarti 500 ribu riyal, kalau di rupiahkan artinya…2,1 miliaran lebih?” gumam Ryan ngitung dengan kurs riyal ke rupiah saat ini.Suhail hanya menganguk, dari hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya berharap Ryan-ah laki-laki yang bisa persuntig sepupunya, yang di juluki bidadari gurun ini.Harapan Suhail terkabul..!Pertunangan dan…sekaligus pernikahan Ryan dan Fareeha bikin heboh para pejuang juga pengungsi, bukan heboh pernikahan itu, tapi maharnya yang fantastis…150 ekor onta.Ryan serahkan uang buat kelak di belikan onta tersebut dan Abu Shekar dengan sumringah setuju menikahkan keduanya.Karena
Ryan ternyata tidak langsung pulang ke Indonesia seperti janjinya dengan Letnan Elita. Dengan menyamar menjadi anggota Palang Merah Internasional, diam-diam kembali ke Yerusalem, untuk menemui Abu Shekar dan pasukannya…dan pastinya Fareeha.Ryan sama sekali tak takut, dia santai-santai saja saat melewati beberapa pos yang di jaga serdadu zionis.Dia sudah nekat, andai mereka (serdadu) akan memeriksa mobilnya, maka dia akan mengamuk dan menembaki serdadu-serdadu itu.Padahal di mobil ini ada duit tak sedikit dalam mata uang riyal Arab Saudi dan senjata otomatis miliknya. Namun melihat dia berseragam PMI, perjalanannya dengan mobil yang di beli di Jordania bersama Elita ini mulus-mulus saja, apalagi plat kendaraan ini ber plat negeri itu.Setelah melewati jalan-jalan tikus yang di ingat betul olehnya, Ryan pun sampai juga di persembunyian Abu Shekar dan pasukannya.Bukan main hebohnya mereka melihat kedatangan Ryan. Suhail sampai tak bisa berkata-kata saking terkejut dan senangnya.“Gil
Mendengar ini Ryan kaget sendiri, kata pulang seakan mengingatkan dia kalau saat ini diriya sudah bebas dan bisa kemanapun, bahkan terbang kembali ke Indonesia.Dan pastinya…kini dia memiliki uang yang tak pernah sekalipun ia impikan, jumlahnya-pun sangat fantastis, belum lagi berlian yang kini dia kantongi.Tapi…dia ingin menyelamatkan Letnan Elita dahulu, agar tidak di anggap ‘berkhianat’ dengan negaranya. Mendengar niatan Ryan, Elita terdiam dan dia pun tersenyum manis.Inilah persahabatan yang unik di antara keduanya, awalnya jadi sandera, lalu bermitra dan kini jadi sahabat baik.Pihak bank yang kini mendadak miliki aset luar biasa berkat tabungan Ryan, tak ragu service keduanya ke sebuah hotel berbintang terbaik di kota ini.“Selama tuan dan nyonyah ada di negara kami, maka seluruh hotel di negara ini kami bebaskan buat tuan dan nyonyah berdua, gratis selama tetap jadi nasabah kami,” kata si manajer bank ini sambil persilahkan Ryan dan Elita masuk kamar hotel.Keduanya sengaja ng