BERSAMBUNG Desa Cicangi adalah kampung kelahiran Brandon Haim Zailani, baca di Novel Pewaris Tunggal sekuel I ya, kisahnya yang mengharu biru. Juga skandal panas Aldot dengan ART-nya yang mungil cantik bernama Eneng dan juga Resa.
Brandi melupakan pertemuannya dengan Resa dan Sonya bayinya, dia kini sambil beristirahat di kamar hotel dan pantau Leni melalui ponselnya.Di mana Leni akan beritahu dirinya kalau mantan suaminya nongol ke rumah orang tuanya. Bosan di kamar, Brandi pun turun ke lobby hotel.Saat duduk di lobby ini, Brandi kaget melihat seorang wanita cantik yang asyik minum wine seorang diri di loby ini, lobby hotel mewah ini memang merangkap kafe.“Hmm…itukan kekasihnya si Aldot, ngapaian dia di sini pakai mabuk segala,” batin Brandi keheranan sendiri.Brandi sengaja duduk menjauh, agar tak dekat-dekat si cantik dan judes ini, dia malas kalau harus meladeni wanita berambut agak pirang ini.Dua kali bertemu, Brandi sudah menjustice kalau wanita ini punya akhlak yang angkuh dan sombong.Namun baru saja akan duduk, si angkuh ini dengan jalan agak sempoyongan malah mendekatinya, dan tanpa malu-malu duduk di depannya.“Ah apes dah, kenapa dia malah ke sini!” pikir Brandi, kheki sendiri dan tak mungkin dia
“Minum kopi hitam ini, agar rasa pusingmu berkurang?” Brandi sodorkan kopi hitam ini dan langsung di minum Lula pelan-pelan, kalau sudah begini, gaya elegannya keluar.“Makasih…!” sahut Lula, lalu pejamkan mata sesaat hilang pening di kepalanya.Kemudian meletakan gelasnya dan kini mereka duduk berhadapan di kamar luas yang ada ruang tamunya.Lula menatap Brandi kaget, seolah baru nyadar. “Kamu…astaga, jadi kamu bawa aku ke sini, kamu tak apa-apakan aku kan?” ceplos Lula tiba-tiba.Brandi senyum kecil, keluar deh gaya aslinya angkuh dan nuduh orang sembarangan, pikir Brandi.“Jangan berburuk sangka, lihat saja pakaian kamu masih utuh bukan? Kalau masih kurang yakin, periksa di sela paha kamu itu, apakah ada noda-noda bekas aku perkosa!” cetus Brandi blak-blakan, mulai jengkel juga dengan si Lula ini.Lula kaget, lalu tertawa dan makin terlihatlah kecantikannya.“Duehh pemarah sekali ini perwira, sorry ya Letnan Brandi, kalau selama ini aku kasar, ternyata kamu tidak dendam dengan kelak
Lulu tertawa, tapi Brandi melihat tawa Lula itu bercampur kesedihan, patah hati yang butuh waktu buat menyembuhkannya.Tapi Brandi juga sadar, Lula masih sangat muda, kini ia paham, Lula jatuh cinta dengan Aldot karena puber pertama.Lula lalu ceritakan kenapa dia bawa mobil kesetanan begitu, gara-gara Aldot minta jangan lagi ganggu dirinya.“Pantasss…kamu hampir nabrak aku saat keluar dari pintu gerbang perumahan tersebut,” potong Brandi.Lula kaget dan tertawa sekaligu buru-buru minta maaf. Kalau sudah begini, hilanglah sifat judes dan angkuh Lula.Ini juga bikin Brandi tak lagi ‘marah’ dengan Aldot, sebab di pikirnya saat itu Aldot masih ada di mobil tersebut bersama Lula.“Nahh gitu donk, kalau sudah begini, kamu cantik dan manis, jangan ulangi lagi yaa perbuatan konyol itu. Kalau ada yang tewas gara-gara ulahmu, pingin kamu tua di penjara?” kembali Brandi tak sungkan beri nasehat.“Ih Abang, jangan gitu dong, Lula jadi trauma tauuu!” sifat kekanakan Lula muncul alami, hingga Brand
“Sabar ya bung Brandi, saya janji akan bekuk si Serda Andi sesegera mungkin, kakinya sudah cedera ku tembak, pasti dia belum keluar dari wilayah Sukabumi,” kata Aldot, setelah Brandi menceritakan singkat hubungannya dengan keluarga Leni yang malang ini.Aldot tentu tak tahu, kalau Lula yang selama ini mengejar-ngejar dirinya, kini bersama perwira yang mirip dengan wajahnya ini dan kini menatap dirinya dari dalam mobil Brandi dengan berbagai perasaan.Brandi tak jadi masuk ke rumah ini, dia melihat kedua orang Leni sedang di hibur tetangga-tetangga lainnya, yang tak menyangka Serda Andi tega membunuh mantan istrinya sendiri.Aldot secara ringkas menceritakan ke Brandi, Serda Andi dan Leni awalnya terlibat pertengkara sengit, karena mantan suaminya memaksa minta duit ke Leni. "Serda Andi gelap mata, lalu cabut pistolnya dan menembak Leni yang bersekeras tak mau beri dia uang," cerita Aldot.Brandi melihat Arsy sedang di gendong ibunya Leni, ini melegakan Brandi, setidaknya bayi malang
Tapi perasaan aneh itu langsung dia buang jauh-jauh, karena dia sudah terlanjur anggap Lula adiknya sendiri.“Bang, boleh Lula cium bibir Abang nggak?” bisik Lula manja.Untuk sesaat Brandi kaget dengan permintaan Lula, tapi bibir agak tebal Lula yang sebenarnya justru menambah keseksiannya, bikin Brandi penasaran sendiri.Brandi awalnya kaget dengan permintaan ini, tapi dia kini malah mengangguk.Lula dengan lembut benar-benar mencium bibir pemuda ini, awalnya hanya ciuman singkat biasa, tapi lama-lama kini malah berubah jadi lumatan. Brandi pun ikutan hanyut dan kini keduanya saling melumat hingga berbunyi kericupan. Saling belit lidah pun tak terelakan.Lula memberi dan Brandi menerima dengan hati yang sama-sama hanyut oleh keadaan.Lumatan demi lumatan makin menghanyutkan keduanya. Lula bahkan tak ragu-ragu membuka dadanya dan seolah minta Brandi segera bermain di kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang tapi kencang ini.Brandi…tak ragu melumat dan membuat Lula semakin melayan
Lula melongo saat antar ke Bandara Halim, Brandi batal ke Manado, tapi mendadak dipindahkan atasannya ke Surabaya.Yang bikin Lula kaget, Brandi ternyata bukan naik pesawat komersil, tapi kemudikan sendiri pesawat tempur canggih F-16."Astagaaaa...hebat banget Abangku ini, pingin donk someday ikut Abang naik pesawat tempur," ceplos Lula, Brandi tertawa saja tidak mengiyakan. Setelah berpelukan, Lula dengan sikap kekanak-kanakannya bilang, kalau kangen akan susul Brandi ke Surabaya, Brandi hanya tertawa dan mencium pipi ‘adik angkat’ ketemuan gede ini."Bang...Lula kangen pingin di peluk Abang dan di di tetek lagi," bisik Lula nakal lalu tertawa berderai, tapi wajahnya menyiratkan tak rela berpisah dengan Brandi."Awas yaa, jangan nakal," pesan Brandi, lalu mencium kening Lula.Brandi pun masuk ruang khusus dan bersiap terbangkan pesawat tempur ini bersama satu co-pilot.Samai Surabaya, Lagi-lagi Brandi hanya bisa geleng kepala ditempatkan di mess yang sebenarnya mirip kandang saja, se
5 Tahun yang lalu…!SMUN 2 Tabangin malam ini sangat meriah, malam ini merupakan malam perpisahan bagi siswa kelas 12, yang tentu saja menjadi kenangan terindah bagi semua siswa yang lulus.Karena ini adalah pintu gerbang mereka menuju kedewasaan.Seorang remaja tampan, jangkung kurus duduk termangu sambil perhatikan rekan-rekannya yang ramai bercanda ria atau berfoto-foto.Sesekali dia menarik nafas, seakan ada beban berat yang menindih hatinya. Ada rasa rendah diri dari remaja ini, karena merasa bukanlah seperti rekan-rekannya yang memiliki ekonomi lebih.Dia kurang pede karena merasa miskin, terlebih dia pernah di gampar ayah dari gadis yang sangat dia cintai, gara-gara kemiskinannya ini…! “Brandi, tadi Audrey cari kamu,” Panjul datang menemui Brandi yang duduk termangu di pojokan tenda sekolah yang sengaja dibuat untuk acara ini.Malam perpisahan SMU baginya tidak ada yang istimewa.“Cari aku…buat apa?” kata Brandi tak begitu antusias.“Alahh kamu ini, cepat temui kekasihmu sono
Brandi terbangun dari kenangan masalalunya. “Hmm…hampir 2 jam aku di sini, si Audrey yang ngaku Nikita belum juga keluar dari hotel, apa dia nginap dengan laki-laki itu?” batinnya lalu menghela nafas panjang.Walaupun sampai detik ini masih sangat sayang dengan Audrey, tapi ada juga rasa tak nyaman tahu wanita yang mirip Audrey ini nginap dengan laki-laki lain di hotel.Bahkan tadi di dalam pub terlihat sangat 'mesra' dan tak sungkan saling peluk cium!Saat itulah matanya kembali menatap tajam saat melihat ‘Nikita’ keluar dari lobby hotel. Agaknya sedang menunggu jemputan, terlihat berkali-kali menelpon, sepertinya kesal karena jemputannya terlambat.Tiba-tiba Brandi kaget, sekonyong-konyong datang sebuah MPV, lalu keluar dua laki-aki dan tanpa basa-basi, mereka memaksa Nikita masuk ke mobil tersebut.Brandi yang berada di parkiran tentu kaget bukan main, tapi dia segera tancap gas dan ikuti kemana mobil ini membawa wanita cantik ini.Brandi langsung hapali nomor polisinya, mobil MPV i
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model