BERSAMBUNG
Tapi perasaan aneh itu langsung dia buang jauh-jauh, karena dia sudah terlanjur anggap Lula adiknya sendiri.“Bang, boleh Lula cium bibir Abang nggak?” bisik Lula manja.Untuk sesaat Brandi kaget dengan permintaan Lula, tapi bibir agak tebal Lula yang sebenarnya justru menambah keseksiannya, bikin Brandi penasaran sendiri.Brandi awalnya kaget dengan permintaan ini, tapi dia kini malah mengangguk.Lula dengan lembut benar-benar mencium bibir pemuda ini, awalnya hanya ciuman singkat biasa, tapi lama-lama kini malah berubah jadi lumatan. Brandi pun ikutan hanyut dan kini keduanya saling melumat hingga berbunyi kericupan. Saling belit lidah pun tak terelakan.Lula memberi dan Brandi menerima dengan hati yang sama-sama hanyut oleh keadaan.Lumatan demi lumatan makin menghanyutkan keduanya. Lula bahkan tak ragu-ragu membuka dadanya dan seolah minta Brandi segera bermain di kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang tapi kencang ini.Brandi…tak ragu melumat dan membuat Lula semakin melayan
Lula melongo saat antar ke Bandara Halim, Brandi batal ke Manado, tapi mendadak dipindahkan atasannya ke Surabaya.Yang bikin Lula kaget, Brandi ternyata bukan naik pesawat komersil, tapi kemudikan sendiri pesawat tempur canggih F-16."Astagaaaa...hebat banget Abangku ini, pingin donk someday ikut Abang naik pesawat tempur," ceplos Lula, Brandi tertawa saja tidak mengiyakan. Setelah berpelukan, Lula dengan sikap kekanak-kanakannya bilang, kalau kangen akan susul Brandi ke Surabaya, Brandi hanya tertawa dan mencium pipi ‘adik angkat’ ketemuan gede ini."Bang...Lula kangen pingin di peluk Abang dan di di tetek lagi," bisik Lula nakal lalu tertawa berderai, tapi wajahnya menyiratkan tak rela berpisah dengan Brandi."Awas yaa, jangan nakal," pesan Brandi, lalu mencium kening Lula.Brandi pun masuk ruang khusus dan bersiap terbangkan pesawat tempur ini bersama satu co-pilot.Samai Surabaya, Lagi-lagi Brandi hanya bisa geleng kepala ditempatkan di mess yang sebenarnya mirip kandang saja, se
5 Tahun yang lalu…!SMUN 2 Tabangin malam ini sangat meriah, malam ini merupakan malam perpisahan bagi siswa kelas 12, yang tentu saja menjadi kenangan terindah bagi semua siswa yang lulus.Karena ini adalah pintu gerbang mereka menuju kedewasaan.Seorang remaja tampan, jangkung kurus duduk termangu sambil perhatikan rekan-rekannya yang ramai bercanda ria atau berfoto-foto.Sesekali dia menarik nafas, seakan ada beban berat yang menindih hatinya. Ada rasa rendah diri dari remaja ini, karena merasa bukanlah seperti rekan-rekannya yang memiliki ekonomi lebih.Dia kurang pede karena merasa miskin, terlebih dia pernah di gampar ayah dari gadis yang sangat dia cintai, gara-gara kemiskinannya ini…! “Brandi, tadi Audrey cari kamu,” Panjul datang menemui Brandi yang duduk termangu di pojokan tenda sekolah yang sengaja dibuat untuk acara ini.Malam perpisahan SMU baginya tidak ada yang istimewa.“Cari aku…buat apa?” kata Brandi tak begitu antusias.“Alahh kamu ini, cepat temui kekasihmu sono
Brandi terbangun dari kenangan masalalunya. “Hmm…hampir 2 jam aku di sini, si Audrey yang ngaku Nikita belum juga keluar dari hotel, apa dia nginap dengan laki-laki itu?” batinnya lalu menghela nafas panjang.Walaupun sampai detik ini masih sangat sayang dengan Audrey, tapi ada juga rasa tak nyaman tahu wanita yang mirip Audrey ini nginap dengan laki-laki lain di hotel.Bahkan tadi di dalam pub terlihat sangat 'mesra' dan tak sungkan saling peluk cium!Saat itulah matanya kembali menatap tajam saat melihat ‘Nikita’ keluar dari lobby hotel. Agaknya sedang menunggu jemputan, terlihat berkali-kali menelpon, sepertinya kesal karena jemputannya terlambat.Tiba-tiba Brandi kaget, sekonyong-konyong datang sebuah MPV, lalu keluar dua laki-aki dan tanpa basa-basi, mereka memaksa Nikita masuk ke mobil tersebut.Brandi yang berada di parkiran tentu kaget bukan main, tapi dia segera tancap gas dan ikuti kemana mobil ini membawa wanita cantik ini.Brandi langsung hapali nomor polisinya, mobil MPV i
“Tunggu…kalau aku mau bekerjasama, siapakah tuan ini sebenarnya? Tentu aku pilih opsi yang pertama!” ucap Brandi tegas, sekaligus menahan langkah orang yang ingin ‘menyembelihnya’ hidup-hidup tersebut.Orang ini kembali terdiam, dia terlihat mikir-mikir sesaat dan kembali senyum sinis dn licik terhias di bibirnya.“Baiklah…kamu memang anak muda dan perwira penuh semangat dan pemberani, aku suka tipikal begini, tentu akan sangat berguna bagiku kelak. Dengar baik-baik Lettu Brandi, namaku adalah Marsekal Marko Jelantik julukanku adalah Tuan M atau Mr M, jabatanku Wakil Panglima di negeri ini.” kata orang ini tanpa tedeng aling-aling beritahu nama dan jabatannya yang sangat mentereng tanpa basa-basi. Melongolah Brandi, jadi pria di depannya ini bukan sembarangan, pangkatnya adalah bintang 4, jabatanya wakil panglima dan…berambisi jadi Presiden yang akan datang!“Ohh…maafkan saya tuan Marsekal…eh maaf Mr M, saya sebagai bawahan berani bersikap lancang pada tuan!” Brandi dengan akalnya ya
Sebuah surel bikin mata Brandi senyum, baru 1 bulan di tugaskan ke Surabaya, mendadak dia di tarik kembali ke Mabes dan akan menjadi…ajudan Wakil Kepala Panglima Marsekal Marko Jelantik alias Mr M.“Hmm…aku akan masuki dunia baru yang agaknya lebih keras dan kejam,” batin Brandi.Setelah sempat di sekap dan dibikin pingsan pengawal sang Marsekal, Brandi di bebaskan dan kini malah akan jadi tangan kanan sang bintang 4 ambisius ini.Si Marsekal ini terkesan dengan kata-kata Brandi, apalagi kini uang milik Brandi yang sempat di amankan pemuda tersebut, berhasil dirampasnya.Atau lebih tepatnya Brandi serahkan semuanya, hanya tinggal uangnya yang dulu di ambil dari bos Syamsudin dan sisa pemberian Brandon Hasim Zailani yang tersisa.Inilah bagian dari rencana Brandi yang ingin tahu sepak terjang Mr M tersebut, dia tak merasa sayang dengan uang tersebut, rasa penasarannya lebih tinggi.Brandi juga lega, Pelda Majid dan Loha ternyata tak di apa-apakan, namun dia sudah beri peringatan kedua s
Selama jadi ajudan Mr M, Brandi jadi kenal tokoh-tokoh besar di negeri ini. Termasuk sang Panglima Jenderal Ape Surawan.“Sebentar lagi Jenderal Ape Surawan akan pensiun, tapi sainganku untuk jadi panglima cukup berat Brandi,” cetus Mr M, saat sarapan pagi dan kali ini entah kenapa sengaja minta ditemani Brandi di meja makan mewahnya.Saat pertama ke sini, Brandi sudah geleng-geleng kepala melihat kemewahan rumah sang Wakil Panglima ini, selain besar juga di garasiya mobil-mobil berharga mahal berjejer.Brandi hitung ada 10 buah mobil berbagai merek nangkring di sana.Anehnya, Brandi tak pernah melihat anak dan istri sang marsekal ini. Padahal setahuku dari cerita ajudan yang lain, anak Mr M ada dua, yang satu kuliah dan satunya masih SMU, istrinya saat ini adalah bini kedua, karena istri pertama meninggal dunia, kemana mereka? pikir Brandi.Termasuk saat ini, ketika dia menemani sarapan pagi di ruang makan mewah ini. “Kenapa begitu Marsekal, kan secara hirarki marsekal-lah yang haru
“Hei ajudan, segera transfer 10 miliar ke rekeningku, jangan pakai lama, nih nomor rekeningnya!” kata si nyonyah cantik ini ketus, sambil iringi suaminya ke kamar.Brandi pun langsung beri hormat dan minta izin ke meja, untuk lakukan transfer sesuai keinginan si nyonyah ini.Tertera nama Fujianti Arhop, tanpa banyak basa-basi Brandi pun transfer seseuai keinginan si nyonyah ini.“Brandi, kamu pantau pemilihan ketum parpol itu, aku hari ini ada pertemuan penting dengan Panglima dan beberapa Anggota Dewan!” Kemudian Mr M berangkat dengan ajudan lainnya, meninggalkan Brandi dan si nyonyah cantik yang juga bersiap mau jalan.“Siap marsekal,” sahut Brandi dengan gaya hormat.Brandi yang saat ini berpakaian seragam militernya, tentu saja terlihat gagah dan pastinya menampilkan lekak-lekuk tubuh atletisnya.“Ehemm…kamu tinggi juga ya pangkatnya, sudah Letnan Satu, rajin banget ya nge-gym? Eh berapa usiamu?” tiba-tiba si Nyonyah Fujianti Arshop Jelantik sudah berada di dekat Brandi, bau parfum
Begitu sampai kembali ke kamar vila, Zoona dan Iqaala yang agak mabuk tak sungkan lagi memeluk tubuh kokoh Ryan.Sebenarnya keduanya tak mabuk-mabuk amat, hanya di buat-buat saja, agar tubuh mereka bisa di pegang Ryan.Ryan yang masih ‘normal’ membiarkan saja ulah keduanya, ia malah sengaja gerayangi tubuh keduanya, sehingga makin blingsatanlah keduanya.“Kedua bidadari Abang itu bisa di manfaatkan, nggak perlu Abang repot memata-matai tuan Al Tahyan,” itulah pesan Balang yang di ingat Ryan.Sehingga Ryan pun kini mulai sengaja bersikap nakal.Iqaala bahkan tak ragu mencopoti semua pakaiannya, juga setengah memaksa melepas pakaian Ryan, yang saat ini memakai celana jeans dan kaos, yang sore sebelumnya sempat beli di sebuah toko pakaian tak jauh dari vila ini.Begitu Ryan hanya kenakan CD doang, keduanya sampai berseru wow melihat body Ryan yang bersekal-sekal dan kokoh ini, makin leleran lagi melihat torpedo Ryan yang sudah menonjol di balik CD tipis-nya ini.“Amazingggg…sizenya…!” se
Apa yang di katakan Zoona dan Iqaala benar adanya, tempat dugem di sini tak kalah dari yang ada di Jakarta.Pengunjung pun juga membludak dan tempat ini terlihat penuh pengunjung.“Ahh bodohnya aku, Lebanon kan warganya campuran, letaknya juga sudah mendekat Barat, tak aneh gaya mereka ke barat-baratan, nggak jauh beda dengan di Indonesia,” batin Ryan.Ryan melihat Zoona dan Iqaala sedanga asyik ‘ajojing’ ria berbaur dengan pengunjung lainnya. Ryan menolak diajak goyang, dia beralasan masih capek. “Dua wanita Beirut yang menggairahkan, sayang kalau di lewatkan!”Kaget bukan main Ryan, tiba-tiba ada yang bicara begitu gunakan Bahasa Indonesia pula. Refleks dia menoleh dan senyumnya langsung sumringah.“Balang Hasim Zailani…!” seru Ryan, tak menyangka akan bertemu si tampan cool ini.Keduanya tanpa di duga saling berpelukan erat, entah kenapa bertemu Balang di sini Ryan seolah bertemu adik sendiri.“Bang kita ngobrol di luar yuks…biarkan saja dua bidadari Abang di sana, suara musik je
Ryan, pura-pura tak menggubris pandangan kagum kedua wanita jelita ini, dia ingin istirahat di kamar lumayan mewah di vila ini.Namun…gangguan itu datang lagi, tanpa Ryan duga, Zoona dan Iqaala juga kini berganti baju santai, yakni kaos ketat dan celana pendek, tak lagi berbaju ala militer.Lekak lekuk tubuh keduanya membuat mau tak mau Ryan melirik juga, tapi dia tak mau menunjukan kebangorannya.Ryan hanya hela nafas panjang, karena hatinya masih teringat Fareeha dan…aslinya belum puas untuk balas dendam, hawa membunuhnya sangat kuat saat ini. Kenapa tiba-tiba dia mau bertemu kelompok ini, awalnya Ryan mengira mereka ini kelompok perjuangan yang all out melawan pasukan zionis, namun kini dia mulai meragu.Apalagi diapun sadar diri, tak bisa sendirian melawan pasukan musuh yang miliki pasukan terlatih bersenjata lengkap.Dia butuh rekan seperjuangan yang lebih besar dari kelompok Abu Shekar, yang hanya miliki pasukan ratusan orang saja.“Aku akan bersabar minimal seminggu, kalau tid
Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang di jaga ratusan orang berseragam ala tentara, inilah milisi yang di katakan Syarif tadi.“Jumlah anggota kami yang aktif dan resmi 3.500 an orang tuan Ryan dan yang tak resmi hampir 10.000 an orang, pemimpinnya Tuan Al Tahyan Farisi,” cerita Syarif.Kaget juga Ryan, artinya milisi ini bukan milisi biasa, banyak sekali anggotanya. Seragamnya pun tak ubahnya militer resmi pemerintahan.Ryan di sambut langsung sang pimpinan milisi Tuan Al Tahyan Farisi dan dua pembantu utama yang menunggunya di halaman markas milisi ini.Pria ini miliki brewok dwi warnanya lebih lebat dari milik Ryan dan tubuhnya agak tambun, tinggi badannya hampir sama dengan Ryan.Pakaiannya juga ala militer, lengkap dengan pistol nya di pinggang, bahkan ada tanda dua bintang di pakaianya ini, yang artinya Al Tahyan seorang pria berpangkat Inspektur Jenderal.Seorang pria gagah, walaupun Ryan taksir usianya pasti di atas 55 tahunan.“Akhirnya orang yang kami tunggu-tunggu datan
Trakk…trakk…! Senjata terkokang.4 serdadu yang berjaga di pos langsung todong mobil Ryan yang berjalan perlahan menuju ke gardu pos ini.Ryan tersenyum sinis, lalu secepat kita dia cabut pistolnya.Dupp…dupp..dupp…dupp!Empat tembakan beruntun dari pistol berperedam lagi-lagi milik Mayor Ehud yang juga ia pergunakan dulu untuk menyendera Letna Elita kini makan korban, empat serdadu itu tewas tanpa sempat berteriak.Tembakan Ryan yang di puji Suhail sangat lihai membidik ini tepat bersarang di wajah ke 4 serdadu zionis itu, yang di tembak dari jarak dekat.Tanpa turun dari mobilnya, Ryan terus jalankan mobilnya dan kini sudah berada di halaman kantor militer sekaligus merangkap mess ini.Ryan turun dari mobil, lalu menuju ke pintu depan yang di jaga dua serdadu dengan mata terkantuk-kantuk sedang duduk sambil sesekali minum bir.“Heiii siapa kaa…arghhhh!Suara si serdadu ini hilang berikut nyawanya, rekannya juga bernasib sama, lagi-lagi kepala yang Ryan bidik dari jarak dekat.Ryan
Ryan yang murka pun ikut lepaskan berondongan tembakan, tapi semua itu sia-sia belaka. Pesawat-pesawat tempur itu terbang lumayan tinggi dan bermanuver di udara.Abu Shekar perintahkan semua orang kabur sejauh-jauhnya dari tempat ini, karena pesawat-pesawat tempur terus memuntahkan rudal-rudal balistiknya.“Ryan ayoo kita pergi,” Suhail menarik lengannya.“Bagaimana dengan istriku Fareeha!” Ryan menolak pergi, ia masih cemas memikirkan nasib Fareeha.“Dia mungkin sudah pergi juga mengungsi ke tempat aman, ayoo sebelum terlambat,” desak Suhail.Mau tak mau Ryan pun ikuti semua orang pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Api makin berkobar hebat bakar semua tenda pengungsian ini.Sepanjang jalan mata Ryan terus mencari-cari sosok istrinya, tapi sampai jauh pergi, tidak terlihat keberadaan Fareeha.“Fareeha di mana kamu sayang…!” batin Ryan makin cemas saja.Setelah hampir 2,5 jam menjatuhkan bom-bom-nya, 3 pesawat zionis ini menghilang di atas langit yang gelap.Berangsur-angsur para pen
“50 ekor onta…?” alis Ryaan terangkat saat tahu mahar untuk melamar Fareeha.“Iya…maharnya 50 onta, apakah kamu sanggup Ryan?” Suhail memandang wajah Ryan. Ia memang minta pendapat sahabatnya ini. “Berapa harga per ekornya?” tanya Ryan penasaran.“Per ekornya yang dewasa rata-rata 10 ribu riyal Arab Saudi!” sahut Suhail sampai memandang wajah Ryan.“10 ribu riyal di kalikan 50 ekor onta berarti 500 ribu riyal, kalau di rupiahkan artinya…2,1 miliaran lebih?” gumam Ryan ngitung dengan kurs riyal ke rupiah saat ini.Suhail hanya menganguk, dari hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya berharap Ryan-ah laki-laki yang bisa persuntig sepupunya, yang di juluki bidadari gurun ini.Harapan Suhail terkabul..!Pertunangan dan…sekaligus pernikahan Ryan dan Fareeha bikin heboh para pejuang juga pengungsi, bukan heboh pernikahan itu, tapi maharnya yang fantastis…150 ekor onta.Ryan serahkan uang buat kelak di belikan onta tersebut dan Abu Shekar dengan sumringah setuju menikahkan keduanya.Karena
Ryan ternyata tidak langsung pulang ke Indonesia seperti janjinya dengan Letnan Elita. Dengan menyamar menjadi anggota Palang Merah Internasional, diam-diam kembali ke Yerusalem, untuk menemui Abu Shekar dan pasukannya…dan pastinya Fareeha.Ryan sama sekali tak takut, dia santai-santai saja saat melewati beberapa pos yang di jaga serdadu zionis.Dia sudah nekat, andai mereka (serdadu) akan memeriksa mobilnya, maka dia akan mengamuk dan menembaki serdadu-serdadu itu.Padahal di mobil ini ada duit tak sedikit dalam mata uang riyal Arab Saudi dan senjata otomatis miliknya. Namun melihat dia berseragam PMI, perjalanannya dengan mobil yang di beli di Jordania bersama Elita ini mulus-mulus saja, apalagi plat kendaraan ini ber plat negeri itu.Setelah melewati jalan-jalan tikus yang di ingat betul olehnya, Ryan pun sampai juga di persembunyian Abu Shekar dan pasukannya.Bukan main hebohnya mereka melihat kedatangan Ryan. Suhail sampai tak bisa berkata-kata saking terkejut dan senangnya.“Gil
Mendengar ini Ryan kaget sendiri, kata pulang seakan mengingatkan dia kalau saat ini diriya sudah bebas dan bisa kemanapun, bahkan terbang kembali ke Indonesia.Dan pastinya…kini dia memiliki uang yang tak pernah sekalipun ia impikan, jumlahnya-pun sangat fantastis, belum lagi berlian yang kini dia kantongi.Tapi…dia ingin menyelamatkan Letnan Elita dahulu, agar tidak di anggap ‘berkhianat’ dengan negaranya. Mendengar niatan Ryan, Elita terdiam dan dia pun tersenyum manis.Inilah persahabatan yang unik di antara keduanya, awalnya jadi sandera, lalu bermitra dan kini jadi sahabat baik.Pihak bank yang kini mendadak miliki aset luar biasa berkat tabungan Ryan, tak ragu service keduanya ke sebuah hotel berbintang terbaik di kota ini.“Selama tuan dan nyonyah ada di negara kami, maka seluruh hotel di negara ini kami bebaskan buat tuan dan nyonyah berdua, gratis selama tetap jadi nasabah kami,” kata si manajer bank ini sambil persilahkan Ryan dan Elita masuk kamar hotel.Keduanya sengaja ng