Share

5. Kemelut di Depan Rumah Tua

Tidak lama setelah itu, terdengar suara yang sama seseorang menyahut dari dalam hutan, disusul oleh suara lainnya hingga terdengar gaduh saling bersahutan. Setelah itu, keluarlah beberapa orang pria dewasa. Mereka berloncatan dari persembunyian mereka di balik semak-semak yang ada di hutan itu. Orang-orang itu langsung menghampiri Soma dan Santika.

"Baguslah, kalian sudah kumpul semua," desis Soma tersenyum lebar menyambut kedatangan anak buahnya.

Salah seorang dari mereka bertanya kepada Soma, "Apa yang harus kami lakukan, Ki?"

"Jangan bertindak dulu sebelum aku memberikan perintah kepada kalian!" jawab Soma.

Orang-orang yang berpenampilan aneh itu menjura kepada Soma dan Santika lalu mereka mundur dua langkah.

Ki Ronggo dan Ki Wori tampak kaget dengan kedatangan orang-orang tersebut. Mereka sangat aneh, berpenampilan layaknya para prajurit kerajaan Kuta Tandingan di masa lalu.

"Kau perhatikan mereka! Mereka mirip dengan para prajurit kerajaan Kuta Tandingan di masa silam!" bisik Ki Ronggo mengarah kepada Ki Wori yang tengah mengamati puluhan orang yang baru tiba itu.

"Ya, mereka berpenampilan seperti para prajurit kerajaan Kuta Tandingan. Apakah mereka ini berasal dari kelompok orang-orang gila?" tanya Ki Ronggo seakan-akan mengejek penampilan kelompok pendekar Iblis Merah.

"Bisa jadi mereka adalah orang-orang yang hilang ingatan atau mungkin mereka ini adalah hantu prajurit kerajaan Kuta Tandingan," jawab Ki Wori tertawa lepas.

"Entahlah, mungkin mereka ini adalah para siluman anak buah pendekar Iblis Merah," jawab Ki Ronggo.

"Hey! Sikap kalian seperti anak kecil, mengejek dan menghina kami dengan seenaknya!" teriak Santika merasa kesal dengan lelucon dua orang pria berusia senja itu, karena mereka sudah mengejek penampilan kelompoknya.

Mendengar teriakan Santika, Ki Wori hanya tersenyum, lalu kembali meluruskan pandangannya ke arah orang-orang yang baru tiba itu. Kemudian, ia bertepuk tangan dua kali. Tiba-tiba dari arah belakang keluar sekitar puluhan orang dengan masing-masing menggenggam sebilah golok, orang-orang tersebut langsung berbaris rapi di belakang Ki Ronggo dan Ki Wori.

Dengan demikian, kedua kelompok itu pun sudah saling berhadap-hadapan, mereka sudah bersiap siaga tinggal menunggu perintah dari pemimpin mereka masing-masing. Situasi mulai menegangkan, kelompok pendekar rajawali mulai maju beberapa langkah dengan sikap waspada.

Melihat pemandangan seperti itu, Soma kemudian tertawa lepas, "Hahaha ...!" Lalu berkata, "Kalian tampak siap sekali dalam menghadapi kami, kalian tidak perlu khawatir! Kedatangan kami ke sini tidak akan membuat keributan dengan pihak mana pun, termasuk dengan kalian. Karena kedatangan kami hanya ingin mengambil pusaka di dalam rumah ini!"

"Tunggu sebentar, Ki Sanak!" seru Ki Wori. "Kami pun demikian, kami sudah menerima tugas dari pimpinan kami untuk melindungi pusaka di dalam rumah ini. Kelompok rajawali tidak ingin mencari musuh, apalagi dengan pihak paguron silat lain. Karena sudah menjadi keinginan kami untuk bersahabat dan menyatukan semua paguron persilatan yang ada di tanah Tandingan ini," tambah Ki Wori menegaskan.

Ketika dua kelompok tersebut saling berdebat. Senapati Lintang pun mulai mengambil kesempatan.

"Kita harus segera masuk ke dalam rumah kosong itu, perintahkan kepada para prajurit agar tetap di tempat mereka masing-masing!" bisik Senapati Lintang kepada Saketi.

"Baik, Paman."

Saketi langsung memberikan isyarat kepada para prajurit untuk tetap diam dan tidak boleh bertindak sebelum ia perintah. Setelah itu, Saketi dan Senapati Lintang langsung bergerak. Mereka melangkah hendak memasuki rumah kosong itu, memanfaatkan situasi kelengahan dari dua orang pria senja itu.

Namun baru beberapa langkah saja, tiba-tiba salah seorang pendekar dari kedua kelompok tersebut membentak, "Hai! Kau hendak melakukan apa masuk ke dalam rumah ini?" tanya seorang pria dari pihak kelompok pendekar rajawali.

Dengan gagah berani, Senapati Lintang pun menjawab, "Aku tidak peduli dengan semua urusan kalian. Kami datang ke tempat ini hendak memeriksa rumah kosong ini, untuk memastikan apa yang sudah terjadi sehingga penghuni rumah ini sudah tidak ada lagi," tegas sang senapati membentak dengan suara tidak kalah kerasnya dengan bentakan orang tersebut.

Kemudian, Senapati Lintang langsung mengajak Saketi untuk melanjutkan langkah mereka memasuki rumah tak berpenghuni itu. "Ayo, Pangeran, kita harus segera melaksanakan tugas sang raja!" ajak Senapati Lintang mengarah kepada Saketi.

"Baik, Paman," sahut Saketi.

Senapati Lintang dan Saketi kemudian bergerak maju hendak memasuki rumah tersebut. Namun, Ki Ronggo segera mencegah langkah sang senapati dan juga Saketi.

"Tunggu dulu! Tidak semudah itu kalian bisa masuk ke dalam rumah ini!" cegah Ki Ronggo maju menghadang. Dua bola matanya menatap tajam wajah sang panglima dan sang pangeran.

"Apa yang kau inginkan dari kami?" tanya Senapati Lintang.

"Yang kami inginkan, kalian jangan memasuki rumah ini!" jawab Ki Ronggo tegas.

"Apa alasannya? Kami hanya ingin menyelidiki sebab kepergian para penghuni rumah ini." Senapati Lintang menjelaskan maksud dan tujuannya hendak memasuki rumah kosong itu.

"Atas dasar apa kalian mau menyelidiki rumah ini?"

"Berdasarkan perintah raja! Kami datang untuk menemui pemilik rumah ini, tapi mengapa rumah ini kosong? Tentu ini menjadi keharusan bagi kami untuk mengetahui ke mana perginya para penghuni rumah ini."

"Kami tidak percaya kalian ini urusan raja, mundur dan menjauh dari tempat ini!" bentak Ki Ronggo.

Senapati Lintang berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi, meskipun menghadapi sikap orang tua tersebut, yang berlaku sombong dan tidak mengenakan dalam berkata.

"Kami ditugaskan oleh sang raja untuk memeriksa keadaan rumah ini. Kami hanya penasaran dan ingin memastikan ke mana perginya mereka para penghuni rumah ini? Perlu kau ketahui, kami tidak ingin mencari musuh!" tegas sang senapati kembali mengulangi perkataannya.

Meskipun demikian, ia tetap berusaha tenang dan bersikap biasa-biasa saja. Meskipun tengah dihadapkan oleh sebuah persoalan yang sangat serius dengan para pendekar itu.

Ki Ronggo tertawa kecil, "Hahaha." Lalu berkata, "Kami pun demikian, tidak ingin menghendaki permusuhan ini terjadi. Akan tetapi, sepertinya dalam urusan ini di antara kita sudah ada pertentangan. Kami pun berhak melindungi rumah ini, karena di dalamnya terdapat benda pusaka yang tinggi nilainya yang harus kami jaga!" kata Ki Ronggo bersikeras menghalangi langkah sang senapati dan Saketi.

Saketi dengan dada yang semakin bergejolak, kemudian melangkah mendekati orang tua itu. "Bagus sekali! Kalau sekiranya hanya kekerasan yang akan dapat menyelesaikan pertentangan ini, maka kita adakan pertarungan!" ujarnya geram menantang kedua orang tua itu.

"Kau ini masih muda, bersikaplah sopan terhadapku yang jauh lebih tua darimu!" bentak Ki Ronggo geram dengan sikap Saketi yang dinilainya terlalu lancang.

"Tutup mulutmu! Aku tidak menghendaki ini terjadi, namun kalian sendiri yang sudah memancing amarahku," jawab Saketi tampak berapi-api.

"Berani sekali kau ini, bertarunglah! Siapa yang kuat dia adalah penguasa," tandas Ki Ronggo.

* * *

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status