Share

Bab 189. Perbincangan di Tepi Sungai.

"Saya tidak tahu," ujar Widari tetap tertunduk. Kedua tangan dan kakinya terasa dingin. Nyawanya seperti akan lepas dari tubuh saking takutnya. Setelah hari ini perempuan itu merasa tidak punya harapan untuk menghirup udara di perguruan Tangan Seribu. Dewa Jari Maut selama ini tidak pernah bersikap kasar pada pelayan. Dia juga tidak pernah memprotes masakan yang dihidangkan teman-temannya. Jauh berbeda dengan tabiat Paksi Jingga yang pemarah dan penuh curiga.

Ki Sempana menghampiri Paksi Jingga. Dia berdiri di samping ketua perguruan Tangan Seribu, agak ke belakang sedikit karena dia harus bisa menempatkan diri di depan ketuanya. Lelaki itu menatap satu persatu para pelayan yang bersimpuh dengan tubuh gemetar.

"Kami tahu Dewa Jari Maut adalah ketua kalian dan Senayudha adalah tuan muda di sini. Namun, kalian harus ingat, sekarang ketua kalian adalah Den Paksi Jingga. Jadi tidak ada alasan untuk berkhianat. Kami masih bermurah hati pada kalian seharusnya itu menjadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status