Share

Bab 140. Mengintai

Penulis: Eka wa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-30 21:28:15

Sekar Pandan ragu ingin melontarkan pertanyaan. Wanita yang mulai beruban itu tetap menunggunya dengan sabar. Bunyi kayu dimakan api terdengar mengisi keheningan dapur malam itu.

"Apa yang bisa aku bantu, Nini?" Dia bertanya kembali. Sekar Pandan memainkan ujung rambutnya sambil menunduk. Dia tidak tahu cara bertanya pada wanita itu. Kalau memakai gerakan tangan, dia takut hanya cemooh yang didapat. Kalau lewat aksara hanya sedikit orang yang tahu.

"Di mana letak Pesanggrahan Nyimas." Sekar Pandan akhirnya mulai mengguratkan aksara demi aksara di telapak tangan si wanita. Wanita berpipi cekung itu bergidik saat telapak tangannya merasakan goresan jari Sekar Pandan. Ada rasa geli di telapak tangannya.

"Apa yang Nini lakukan?" Dia tertawa.

Sekar Pandan akhirnya menghentikan tulisannya. Dia menatap raut wajah istri pemilik kedai yang kegelian. Perkiraannya benar. Wanita desa itu tidak tahu aksara.

"Nini ingin bergurau?" Sekar Pandan menggel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 141. Nyimas Tunjung

    Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, gadis berselendang jingga itu melesat ringan bagai kain yang tertiup angin. Sekar Pandan menapakkan kakinya yang tanpa alas ke batang pohon yang lebih dekat dengan bangunan Pesanggrahan Nyimas. Cekatan tubuhnya memanjat lebih tinggi.Dari tempatnya ini dia lebih leluasa mengamati keadaan bangunan yang indah, terang, dan ramai. Makin dekat, tawa dan canda para laki-laki hidung belang dan wanita penjaja cinta makin terdengar jelas. Jantung gadis berjuluk Dewi Bunga Malam berdegup kencang. Dia membayangkan Raden Prana Kusuma dan para perempuan lah yang tengah tertawa di dalam."Bagaimana caraku agar bisa masuk ke sana?" Dia mulai gelisah. Api cemburu mulai merayapinya. Perlahan kakinya turun. Dia ingin masuk ke sana layaknya para tamu."Hei, siapa itu!" Dari bawah pohon terdengar bentakan nyaring yang ditujukan kepadanya. Sekar Pandan mengintip dari celah ranting dan pohon. Ada dua laki-laki berotot tengah mendongak

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 142. Wanita Pemikat

    "Kudengar Nyai seorang wanita yang memiliki kotak samudera. Aku hanya ingin mengambil seekor ikan di sana." Raden Prana Kusuma berkata pelan saat mengucapkan kata-kata sandi yang dia dapat dari pemilik kedai.Nyimas Tunjung menutupi mulutnya dengan punggung tangan saat tertawa geli. Kerlingan matanya tajam pada Raden Prana Kusuma."Jadi Tuan tidak ingin dilayani perempuan di sini karena itu?" godanya tak peduli dengan keinginan pemuda di depannya itu."Kau menertawakan aku."Dengan tanpa basa-basi, tangan berkulit putih itu menggenggam tangan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu tersentak. Hampir saja dia mengibaskan tangan itu dengan kasar. Namun, dia segera menahan diri dan menarik tangannya dengan halus. Darah mudanya berdesir aneh saat kulit hangat itu menyentuh kulitnya . Wanita di depannya ini penuh daya pikat yang luar biasa. Raden Prana Kusuma segera menghadirkan bayangan Sekar Pandan untuk benteng pertahanan hatinya di depan Nyimas Tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 143. Menghadapi Rayuan Maut.

    Tangan Raden Prana Kusuma mendorong kepala berambut harum milik Nyimas Tunjung dengan halus. Wanita itu merajuk. Dia benar-benar gemas pada pemuda yang usianya masih jauh di bawahnya itu. Dia sudah sedekat ini, tetapi pemuda tampan di sampingnya masih kokoh bertahan."Katakan di mana dia? Waktuku tidak lama, Nyai." Sepasang mata yang biasanya teduh itu kini tajam."Hmm, aku masih belum ingin mengatakannya. Jika aku katakan sekarang, kakang pasti akan pergi. Aih, aku belum tahu nama bagusmu, Kakang." Wanita cantik itu menggenggam jemari Raden Prana Kusuma dengan tersenyum genit.Tangan hangat itu berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman Nyimas Tunjung terlalu kuat. "Katakan, siapa nama Kakang?" bisiknya menggoda.Wajah cantik berbedak dan berbibir merah menyala itu mendekati wajah Raden Prana Kusuma. Tatapan matanya penuh daya pikat. Raden Prana Kusuma bisa merasakan hembusan napasnya. Tahu dirinya dalam perangkap wanita ular, Raden Prana Kusum

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 144. Bertemu Bimala dan Elakshi.

    Sekar Pandan berkelit ke kiri dan kanan dari mata tajam golok lawannya. Secepat kilat kaki kirinya menghantam perut orang pertama. Orang itu berusaha menangkis tendangan Sekar Pandan. Mulutnya mendesis saat tangannya bersentuhan dengan kaki si gadis. Tangannya terasa patah karena kekuatan kaki Sekar Pandan demikian kuat."Gadis ini tidak bisa dianggap enteng," gumamnya. Temannya terlihat tengah mencecar Sekar Pandan dengan goloknya. Dia segera melompat untuk bergabung. Hati Sekar Pandan yang tengah dilanda marah pada Raden Prana Kusuma segera dilampiaskan pada dua anak buah Nyimas Tunjung.Selendang sutera jingga bergulung-gulung mengacaukan serangan dua lawannya. Di saat mereka kebingungan seperti itu, ujung selendang Sekar Pandan menghantam wajah mereka. Dua Algojo Pesanggrahan Nyimas terjengkang. Saat sinar bulan menerangi wajah mereka, wajah itu bewarna merah bekas sabetan selendang.Sekar Pandan terus mengejar dua lelaki berotot itu dengan serangan ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 145. Ramuan dari Ayam

    "Dia tidak akan bisa melakukannya. Sebentar lagi kejahatannya akan berakhir." Raden Prana Kusuma berusaha memastikan Nyimas Tunjung yang masih tergantung dengan kepala di bawah."Siapa sebenarnya kau, Kakang Prana Kusuma?" Nyimas Tunjung yang sudah tidak tahan dengan keadaannya kemudian bertanya."Kau tidak perlu tahu." Raden Prana Kusuma menjawab dengan dingin. Pemuda itu menatap langit-langit kamar. Di atas sana, tadi Sekar Pandan mengintipnya. Entah bagaimana perasaan gadis itu sekarang."Kau utusan kerajaan Majapahit?" tebak wanita itu."Kau terlalu mengada-ada. Aku hanya pendekar pengembara biasa dan Elang Gunung telah menyulut api permusuhan denganku." Ekor matanya melirik Nyimas Tunjung yang masih tergantung."Kalau begitu ajak serta aku, Kakang. Aku yakin jika berada di sampingmu akan aman dari Elang Gunung," rengek wanita itu. "Kau bukan pemuda sembarangan. Siapa julukanmu di dunia persilatan?""Julukan? Aku tidak punya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 146. Cemburu

    Pagi-pagi sekali Sekar Pandan mencari sungai untuk membersihkan diri. Seluruh tubuhnya dia gosok dengan rumput dan dedaunan hingga bau busuk itu hilang. "Bergantilah dengan kain kering ini. Jangan lupa lumuri tubuhmu dengan minyak ini juga." Raden Prana Kusuma meletakkan setumpuk kain jarik kering dan cupu kecil di atas batu. Tanpa melihat ke arah Sekar Pandan yang tengah mandi, pemuda itu melompati bebatuan lalu duduk bersila di atas batu besar membelakangi sungai.Saat Sekar Pandan telah menemukan sungai, Raden Prana Kusuma kembali menemui Nyimas Tunjung di Pesanggrahan Nyimas. Dia meminta dua lembar kain jarik untuk pakaian Sekar Pandan. Dia juga meminta minyak wangi pada perempuan itu. "Apakah gadis itu cantik?" Nyimas Tunjung bertanya dengan penuh kecemburuan. Itu karena dia telah jatuh cinta pada Raden Prana Kusuma pada pandangan pertama.Raden Prana Kusuma membungkus semua barang pesanannya pada selembar kain berwarna hitam. "Cantik. Sang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 147. Bertamu ke Pesanggrahan Nyimas.

    "Kau menggantungnya?" Tangan berkulit kuning buah langsat itu bergerak membentuk isyarat. Raden Prana Kusuma terdiam. Cuping telinganya bergerak-gerak. Di antara gemericik air sungai dia mendengar langkah kaki menginjak daun-daun kering. Saat kepalanya menoleh, tiga lelaki yang bertugas menjaga keamanan Pesanggrahan Nyimas berlompatan di atas batu-batu sungai.Sekar Pandan mengenali dua lelaki di antara mereka. Semalam dia telah menghajar mereka hingga masuk semak belukar. Tangan gadis itu mengepal dengan gemas. Sorot matanya tajam."Mereka Algojo Pesanggrahan Nyimas. Mau apa mereka ke sini?" gumam Raden Prana Kusuma. Pemuda itu mencium ada sesuatu yang ganjil atas kedatangan mereka.Tiga orang itu berdiri tepat di atas batu berjarak tiga tombak di depan Raden Prana Kusuma dan Sekar Pandan. Salah satu lelaki memelintir kumis tebalnya. Dua temannya memindai tubuh Sekar Pandan dari atas kepala hingga bawah."Rupanya kau di sini, gadis penyusup!" ben

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Pewaris Pedang Sulur Naga     Bab 148. Mendapat Titik Terang

    Setelah puas menyampaikan isi hatinya, gadis berjuluk Dewi Bunga Malam itu pergi. Nyimas Tunjung tak mampu menahan karena dia masih kaget dengan pemandangan di depannya. Tanpa sengaja, matanya menangkap sebuah benda pusaka terselip di pinggang Sekar Pandan. Keris Naga Kemala menarik perhatiannya selain keanehan diri si gadis."Dia gadis bisu? Oh, Kakang Prana Kusuma. Kenapa kau memilih gadis seperti dia?" gumamnya tidak percaya. "Dan keris pusaka itu. Aku ingat dengan tokoh persilatan yang memiliki senjata keris bergagang kemala. Aih, kenapa aku lupa pendekar itu?"Nyimas Tunjung terus mengingat pemilik keris seperti yang dibawa Sekar Pandan. Tempatnya ini selalu dikunjungi orang-orang penting. Baik dari dunia persilatan maupun kerajaan. Tak heran jika telinganya selalu mendapat kabar apa saja dari mereka. Bahkan kabar yang disimpan Telik sandi kerajaan pun bisa dia korek. Dalam pelukan wanita itu, mereka akan mengatakan semuanya. Sekar Pandan berjalan te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16

Bab terbaru

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 239. Ketetapan Hati

    Istri kepala dusun dan Nyai Kriwil merawat Sekar Pandan dengan baik sehingga kesehatan gadis itu pulih dengan cepat. Pagi-pagi sekali, keduanya berpamitan kepada orang-orang baik itu untuk melanjutkan perjalanan ke kota raja Majapahit. Sebelum meninggalkan rumah kepala dusun, Raden Prana Kusuma memberikan seikat gobog kepada Ki Kriwil.Lelaki tua itu hanya menatap gobog di tangan pemuda gagah itu dengan tatapan heran. " Untuk apa uang itu, Raden?""Pondok Ki Kriwil telah rusak karena kami. Ini ada sedikit ....""Tidak perlu. Pondok yang rusak bisa diperbaiki secara gotong royong. Di dusun ini banyak ditumbuhi bambu, dengan kerjasama beberapa warga pondok itu akan cepat selesai. Raden lebih membutuhkan gobog itu daripada kami karena harus menempuh perjalanan jauh." Dengan tersenyum penuh pengertian Ki Kriwil mendorong tangan Raden Prana Kusuma yang menyodorkan gobog."Kami terbiasa mengembara, Ki. Seorang pengembara tidak akan kelaparan di tengah

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 238. Pendekar Tampan Berambut Putih.

    Jantung Raden Prana Kusuma berdesir. Tatapannya nanar pada lelaki yang memiliki tinggi yang sama dengannya itu.Dengan wajah kebingungan pemuda itu bertanya, "Kau tahu namaku?""Bagaimana aku tidak tahu diriku sendiri." Jawaban lelaki berambut putih panjang itu makin membuat Raden Prana Kusuma diliputi pertanyaan. Selama ini mereka tidak pernah bertemu. Orang itu tadi mengatakan apa? Dia adalah dirinya? Alis pemuda Majapahit itu berkerut. Pikirannya masih sulit mencerna.Dalam kebingungannya, dia hanya diam saat lelaki tampan berambut putih itu menggeser tempatnya. Tanpa menunggu persetujuan Raden Prana Kusuma, lelaki itu menyingkirkan kain penutup tubuh Sekar Pandan pelan. Tubuh itu seperti tidak terluka apapun karena istri kepala dusun telah membelitkan selembar ken atau jarit ke tubuh Sekar Pandan."Hm, bagaimana mungkin kau akan meninggalkan dunia ini, jika anak kita belum lahir." Raden Prana Kusuma kurang jelas dengan gumaman lelaki

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 237. Lelaki Tampan Berambut Putih

    Kepala dusun segera menyahut dan mempersilakan mereka beristirahat di rumahnya. Pagi itu, Raden Prana Kusuma membawa Sekar Pandan ke rumah kepala dusun untuk mengobati lukanya. Pedang Sulur Naga yang menjadi penyebab semua itu diambil Ki Kriwil dengan rasa takut.Di rumah kepala dusun, Sekar Pandan dirawat Raden Prana Kusuma siang dan malam tanpa henti. Hasilnya belum ada tanda kalau gadis itu akan sadar. Dengan wajah penuh kegelisahan, Raden Prana Kusuma duduk di tepi balai-balai yang beralaskan selembar tikar pandan. Matanya tidak ingin beralih dari wajah pucat di depannya.Keadaannya sendiri cukup berbahaya karena setiap saat harus menyalurkan hawa murni ke tubuh Sekar Pandan. Jika diteruskan, tidak mustahil pemuda itu akan cidera bahkan bisa tewas. Akan tetapi, tidak ada yang sanggup mencegah seandainya ada yang tahu hal itu. Kepala dusun memang pernah sedikit belajar tentang ilmu kanuragan. Mengenai hal detail itu dia belum banyak mengerti. Yang dia ketahui ha

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 236. Terluka

    "Prana ... Prana Kusuma, kau ... Pemuda hebat! Aku mengaku ... ka-kalah!" Dari mulut Hang Dineshcarayaksa menyembur cairan merah yang sama. Dia menoleh sekilas. Sosok di atasnya tampak buram dan berubah bayang-bayang. Raden Prana Kusuma menahan tangannya di udara."Tapi aku puas. Setelah aku ... tiada, dia juga pasti tiada, kau tidak akan bisa bersama ... gadis itu," ujarnya terbata. Senyum licik tersungging di bibir. Kemarahan pemuda Majapahit itu sudah sampai ubun-ubun. Ditatapnya lawan lemah tidak berdaya di bawah kakinya. Lawan itu ingin segera dihabisi karena telah mencelakai Sekar Pandan."Kau memang telah kalah. Kalah oleh keserakahanmu sendiri, Kisanak. Bersiaplah menjemput maut. Maut yang kau kejar sampai ke tempat ini. Sekar Pandan akan selamat karena aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya," lirihnya menahan geram.Wajah tampan Raden Prana Kusuma mengeras dengan gigi geraham menggertak kuat. Sepasang mata yang biasanya teduh menenangka

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 235. Tumbangnya Sang Penguasa Jurang.

    Terbukti, pundaknya telah mengeluarkan darah. Berkali-kali dia menggeram dan meraung layaknya hewan buas.Dua anak muda itu saling pandang, seolah telah menyepakati sebuah rencana bagus untuk mengalahkan lawan. Ikatan batin yang telah terjalin selama hampir dua tahun membuat mereka mampu mengartikan jalan pikiran masing-masing. Tubuh Sekar Pandan melesat dari satu pohon ke pohon lainnya membentuk lingkaran sambil terus menghujani Hang Dineshcarayaksa dengan pukulan Ajian Ombak Memecah Karang.Sinar kekuningan yang melesat dari tangan Sekar Pandan bagai hujan bintang dari langit. Setiap sinar tidak mengenai sasaran, maka akan menghantam apa saja yang ada di depannya. Suara keras disusul robohnya pohon mengubah malam yang awalnya tenang menjadi neraka.Sementara itu, Keris Naga Kemala juga masih terus menyerang tanpa henti. Kali ini keris itu berhasil melukai pinggang Hang Dineshcarayaksa."Aaaaarrgg!"Raungan sang penguasa dasar jurang Hun

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 234. Berebut Pedang.

    Sekar Pandan membawa pedang di tangannya demikian lincah. Menyelinap di bagian tubuh Hang Dineshcarayaksa yang terbuka tanpa perlindungan. Senyum yang semula lebar pada Hang Dineshcarayaksa kini berubah cemas.Pasalnya, pedang itu seperti bernyawa di tangan pemiliknya. Berkali-kali, mata pedang hampir melukai kulit gelap sang penguasa dasar jurang Hung Leliwungan."Sontoloyo! Gadis ini sekarang lebih hebat dari sebelumnya," gumam laki-laki tinggi besar itu.Hang Dineshcarayaksa melompat ke belakang dan terus melayang menggunakan ilmu meringankan tubuh, sementara Pedang Sulur Naga yang ujungnya mengarah ke dadanya terus mengejar tanpa ampun.Dia memutar tubuhnya kemudian mengayunkan ujung tulang di tangannya ke punggung Sekar Pandan. Gadis itu terkesiap. Cekatan tubuhnya membungkuk lalu melemparkan ujung selendang dari jarak dekat ke lawan.Tangan kiri Hang Dineshcarayaksa menangkap ujung selendang dengan cepat, memutar, dan menarik kuat k

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 233. Dua Kekuatan Berlawanan

    Raden Prana Kusuma memerhatikan tulang itu. Dia tahu, itu bukan tulang biasa. Tokoh sakti seperti Hang Dineshcarayaksa tidak mungkin membawa tulang biasa. Tulang panjang di tangan Hang Dineshcarayaksa adalah tulang yang menjadi senjata pusaka kelompok mereka. Kekuatan dan kekerasan tulang itu tidak jauh beda dengan tembaga yang menjadi bahan senjata pada umumnya. Walaupun tidak seperti senjata sakti. Tulang manusia yang mereka gunakan sebagai senjata adalah tulang manusia pilihan. Manusia yang memiliki tulang kuat layaknya tulang para pendekar, yang mereka korbankan. Mereka melakukan upacara khusus agar tulang-tulang itu dapat digunakan sebagai senjata pusaka. Tidak hanya dengan upacara, tulang-tulang itupun masih menyimpan kekuatan ruh pemiliknya. Ruh yang telah berubah jahat karena dipengaruhi iblis."Tulang di tanganmu itu kurasa adalah senjata yang sangat hebat. Untuk apa kau menginginkan keris ini dan juga pedang milik Sekar Pandan?" Kedu

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 232. Berhadapan dengan Hang Dineshcarayaksa.

    Sekar Pandan melompat ke arah tubuh Ki Kriwil yang masih pingsan di tengah halaman. Tubuh renta itu tergeletak tak sadarkan diri di dekat tubuh Bimala dan Elakshi. Serangkum angin serangan dari belakang tiba-tiba menerjang tubuh ramping Sekar Pandan. Rupanya Hang Dineshcarayaksa tidak ingin gadis itu menyelematkan orang yang dia lempar ke halaman. Dia juga ingin Sekar Pandan tewas karena telah melumpuhkan Bimala dan Elakshi.Merasakan serangan, gadis itu membuang tubuhnya ke samping. Dia bergulingan sejenak sebelum melompat tinggi sambil mengirimkan pukulan tangan kosong ke Hang Dineshcarayaksa. Ajian Ombak Memecah Karang melabrak tubuh besar penguasa dasar jurang Hung Leliwungan.Hang Dineshcarayaksa yang mendapat pukulan balasan dengan kekuatan besar berteriak nyaring sambil melompat tinggi. Demikian pula dengan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu juga menghindar dari serangan Sekar Pandan. Cahaya kuning kemerahan bablas dan menghantam sebatang pohon pisang.

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 231. Melawan Hang Dineshcarayaksa.

    Mendengar suara keras dari atap pondok, anak dan istri Ki Kriwil terbangun. Dengan muka pucat karena ketakutan, mereka menuju asal suara keras tersebut. Wajah tiga wanita itu terkesiap saat melihat ke atas.Atap pondok mereka jebol dan rusak. Kayu-kayu jatuh berserakan di bawahnya.Anak bungsu Ki Kriwil bergegas menuju pintu yang sebagian daunnya telah rusak. Gadis berbadan kurus dengan rambut tergerai sebahu itu menjerit sekuatnya. Di halaman pondok, dia melihat ayahnya tengah tergeletak dan dihampiri sosok tinggi besar berambut kriting gimbal."Ada apa, Nduk?" Ibunya bertanya.Gadis itu langsung memeluk ibunya dengan ketakutan. Air matanya telah jatuh dari tadi. "Ayah," lirihnya.Anak sulung Ki Kriwil segera berlari ke luar menghampiri tubuh ayahnya yang pingsan."Ayah." Dia menghambur dan memeluk tubuh kurus Ki Kriwil.Sosok laki-laki tinggi besar itu mendengkus. Tubuhnya membungkuk. Jari-jarinya yang berukuran b

DMCA.com Protection Status