Share

Penemuan Warisan.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-02-05 15:50:31

Rong Tian terjatuh ke atas gundukan tebal pasir yang terhampar di dasar jurang, Abyss of Suffering.

Kejadian ini merupakan sebuah keberuntungan yang tak terduga, karena tumpukan pasir itu berhasil menyelamatkannya dari maut, atau setidaknya dari patah tulang yang fatal.

Namun, rasa sakit yang tajam di perutnya segera mengingatkannya bahwa ia masih terperangkap dalam penderitaan yang tiada henti.

Dengan tubuh yang dipenuhi luka, ia merangkak lemah, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya.

Di sekelilingnya, puluhan pasang mata berkilauan memantulkan sinar yang tidak wajar, mengelilinginya seperti bayang-bayang yang tak terhindarkan, siap menerkam.

“Serigala…” desahnya pelan dalam hati, perasaan putus asa mulai menyelimuti pikirannya. “Riwayatku habis sudah…”

Dalam keputusasaan yang mencekam, Rong Tian meraih sesuatu yang ada di dekatnya. Namun, yang ia sentuh hanyalah pasir, kasar dan tak berarti.

Ia merasakan kekosongan yang mendalam, kehampaan yang membuatnya semakin terperosok dalam keputusasaan yang menyakitkan.

“Pergi! Pergi!” desisnya, suaranya nyaris tak terdengar, teredam oleh keheningan malam yang menakutkan.

Tanpa disadari, di antara jari-jari tangannya yang tergeletak di pasir, ada sebuah kalung yang terjuntai—seuntai kalung dengan bandul giok hitam yang tampak aneh, namun memancarkan aura yang tak dapat dijelaskan.

Tiba-tiba, di tengah keheningan yang menyeramkan, suara geraman serigala berhenti.

Mata-mata yang berkilau itu, yang sebelumnya tampak penuh dengan kelaparan dan keserakahan, terhenti. Mereka menatap kalung yang ada di tangan Rong Tian dengan rasa takut yang tidak bisa disembunyikan.

“Maju kalau berani…” kata Rong Tian, suaranya hampir menggema, penuh percaya diri, meskipun ia tidak menyadari bahwa keberanian itu bukan datang dari dirinya, melainkan dari aura mengerikan yang terpancar dari bandul giok hitam itu.

Seketika, dengan suara lolongan yang semakin menjauh, satu per satu mata-mata itu lenyap dalam gelapnya malam. Keheningan pun merayap kembali, menyisakan Rong Tian sendirian di atas gundukan pasir yang tebal.

“Langit masih menolongku. Aku belum mati hari ini…” bisiknya, dengan suara lemah namun penuh keheranan, seakan berbicara kepada diri sendiri, bahkan ketika tubuhnya jatuh kembali ke pasir yang lembut.

Namun, rasa sakit di perutnya kembali menyusul, membuatnya mengangkat tangan dan tanpa sengaja memukul area luka di tubuhnya, akibat perusakan paksa inti mutiara energinya oleh kelompok berbaju hitam.

Tiba-tiba...

“Benda apa ini?” pikir Rong Tian, matanya terfokus pada kalung yang masih tergenggam di tangannya. Bandul giok hitam itu terasa semakin berat, seolah menyembunyikan sesuatu yang tak terduga.

“Kalung giok hitam?” gumamnya, tatapannya terpesona. Ia terdiam sejenak, seolah melupakan rasa sakitnya. Sesuatu tentang bandul ini menarik perhatian, seperti ada sesuatu yang memanggilnya.

"Apakah serigala-serigala itu lari karena melihat kalung ini?" pikirnya dalam kebingungan. Setelah merenung sejenak, ia mulai menyadari bahwa benda ini mungkin memiliki kekuatan yang tak terduga.

Dengan hati-hati, Rong Tian memeriksa lebih seksama kalung giok hitam itu.

Di bawah sinar rembulan yang redup, ia bisa melihat dengan jelas ukiran lima kelelawar yang mengelilingi bandul itu.

Setiap detail pada ukiran itu dibuat dengan sempurna, hingga lima kelelawar itu tampak seperti terbang mengitari awan yang terbentuk di sekitar bandul. Sosok-sosok itu tampak hidup, bergerak dengan kehidupan yang tak kasatmata.

“Aku menemukannya di antara tumpukan pasir ini… Apa mungkin ada harta lain yang tersembunyi di bawah sini?” pikir Rong Tian, matanya berbinar.

Meskipun ia merasa lemah, ada secercah harapan yang muncul di dalam dirinya, harapan akan harta spiritual yang dapat membawanya kembali ke jalur abadi.

Jika benar, dan benda ini memiliki kekuatan luar biasa, ia akan membalas dendam. Dalam bayangannya, keempat pria berbaju hitam itu harus merasakan penderitaan yang jauh lebih buruk daripada yang telah mereka berikan.

“Mereka harus tahu betapa sakitnya saat mutiara energi yang dihancurkan di tubuh ini kembali dengan kekuatan yang lebih besar!” pikir Rong Tian sambil mengertakkan gigi.

Beruntung, Rong Tian masih menyimpan kantong penyimpanan tersembunyi di balik baju sastrawannya yang besar dan longgar.

Kantong itu, meski sederhana, cukup mampu menyimpan berbagai barang yang diperlukan—termasuk makanan. Di dalamnya, tersembunyi beberapa ubi rebus yang disiapkan oleh ayahnya.

Sebagai anak kusir kereta yang hidup dalam keterbatasan, ia tidak dibekali uang saat mengikuti ujian negara untuk menjadi pejabat. Semua yang dimilikinya adalah apa yang ayahnya siapkan.

“Bawalah ubi rebus ini, cukup untuk mengenyangkan perutmu selama ujian negara, dari pagi hingga malam!” kata ayahnya, dengan nada penuh perhatian dan kasih sayang.

Saat itu, Rong Tian hanya bisa menerima dengan penuh rasa terima kasih, meskipun tahu bahwa hidup mereka jauh dari cukup.

Kini, di tengah situasi yang jauh lebih mengerikan, ubi rebus itu kembali menyelamatkannya. Setelah beristirahat sejenak, ia menyantap ubi tersebut, merasakan kehangatan yang sedikit mengalir ke dalam tubuhnya yang lelah.

Setelah perutnya kenyang, perlahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya mulai memudar.

"Aku masih bisa bertahan. Aku bisa menggali pasir ini. Semoga dugaanku tidak salah," pikirnya dalam hati, sebuah harapan yang kembali menyala meski di tengah keputusasaan.

Sebagai seorang pelajar yang mendalami sastra, budaya, dan seni, Rong Tian tahu sedikit tentang dunia kultivasi.

Pengetahuannya tentang energi dalam tubuh sangat terbatas, namun ia memahami satu hal dengan jelas: untuk berkultivasi, dibutuhkan inti mutiara yang dapat menghimpun energi di dalam dantian.

Inti mutiara miliknya telah dihancurkan, dan seharusnya itu berarti ia tak akan bisa melanjutkan jalan kultivasinya.

Namun, meski diselimuti rasa sakit dan keraguan, pikiran itu tak mampu memadamkan semangatnya.

Rong Tian teringat tentang kultivator tingkat tinggi yang memiliki teknik rahasia untuk memulihkan inti mutiara yang rusak. "Jika mereka bisa melakukannya, mungkin aku juga bisa," pikirnya, semangatnya terbangun kembali.

“Aku tak akan menyerah begitu saja!” tekadnya, terus menggali dengan tangan.

Matahari mulai muncul di cakrawala Timur, menyinari gurun dengan cahaya kemerahan. Rong Tian telah menggali pasir semalaman, tangannya terasa kebas dan jari-jarinya penuh darah. Namun, ia tidak berhenti.

Setiap kerukan tanah adalah kesempatan terakhir untuk kembali ke dunia atas dan membalas dendam pada mereka yang telah merusaknya.

Akhirnya, setelah sekian lama menggali, tangannya menyentuh sebuah benda keras di kedalaman dua meter.

“Peti kayu? Kayu harum?” pikirnya, kebingungannya terbalut rasa lelah yang luar biasa. “Apakah aku begitu beruntung, menemukan warisan dari pemilik kalung giok berukir lima kelelawar hitam?”

Di tengah rasa sakit yang mendera tubuhnya, ia berhasil menarik peti kayu itu ke permukaan. Di bawah sinar matahari pagi yang semakin terang, Rong Tian menatap peti itu.

Ukurannya sekitar satu meter, berbau harum yang samar-samar tercium meski terbungkus pasir dan debu. Aura misterius dan menakutkan memancar dari permukaannya, membuat Rong Tian terdiam sejenak.

Tangan yang gemetar dan penuh darah itu menyapu permukaan peti, merasakan keanehan dan kekuatan yang tersembunyi di baliknya.

Dengan hati-hati, ia bersiap untuk membuka peti itu, berdoa dalam hati agar harapannya tidak sia-sia.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Jubah Hitam dan Sepatu Bot.

    Ternyata, untuk membuka peti kecil itu, Rong Tian tidak memerlukan tenaga besar atau keterampilan khusus.“Semoga ini berhasil,” gumamnya pelan, menekan tombol panel di peti dengan hati-hati. Bunyi ‘Klik’ terdengar seiring dengan pergerakan mekanisme di dalamnya, menandakan bahwa peti itu siap terbuka.Saat tutup peti terangkat, aura kuno yang pekat, ditambah dengan bau lembap yang sangat tua, langsung tercium.Rong Tian menarik napas dalam-dalam, merasakan betapa tuanya benda ini. Ia mengangkat penutupnya dengan gerakan cekatan, seolah khawatir jika gerakan yang salah akan merusak benda berharga di dalamnya.Cahaya temaram menyinari isi peti, menampakkan sebuah busana yang sudah lama namun tidak rusak tersembunyi di bagian paling atas.Rong Tian mengangkat benda itu dengan hati-hati. Sebuah jubah hitam dengan motif rumit berwarna emas di tiap sisi.Jubah panjang dan lembut itu terasa lentur di tangannya, seakan mengundang untuk segera dikenakan."Busana ini... terlihat penuh misteri,

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Warisan!

    Rong Tian menarik napas dalam, menenangkan debaran jantungnya. Ia menendang tanah berpasir dengan ujung sepatu, menguji daya dorongnya.Sensasi aneh yang sempat menyelimuti pikirannya perlahan menghilang, berganti dengan pemahaman akan keunikan sepatu ini.WUUT!Tubuhnya terangkat dengan kecepatan mengagumkan, melayang lima meter di udara. Jubah hitam yang ia kenakan berkibar liar, membuka lebar seperti sayap kelelawar yang hendak memburu mangsa dimalam hari.Lalu sesuatu terjadi.Hembusan angin tipis nyaris tak terdengar, namun tubuhnya kembali terangkat, kali ini lebih tinggi dari yang ia perkirakan. Rong Tian terbelalak, gua yang seharusnya menjadi tujuannya kini terlewatkan begitu saja!Ia mengeraskan rahangnya. "Begini cara kerjanya...!" gumamnya, nyaris tak percaya.Ia memicingkan mata, memperhatikan lebih saksama. Jubah hitam itu ternyata bukan sekadar kain biasa.Di baliknya, terdapat dua baling-baling kecil yang tersembunyi, nyaris tak terlihat. Sedangkan sepatu yang ia pakai

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kemunculan Sang Kelelawar.

    Semenjak pertempuran dahsyat yang mengguncang dunia lebih dari seratus tahun lalu, pertarungan dua Immortal yang legendaris telah mengubah wajah Benua Longhai selamanya.Dua sosok abadi itu, dengan kekuatan yang melebihi batas imajinasi manusia biasa, mengamuk di medan pertempuran – langit. Mereka menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka—bumi terbelah, langit terbakar.Kekuatan mereka tidak hanya merobek tatanan alam, tetapi juga mengubah dataran fisik yang ada di Benua Longhai.Pertempuran yang berlangsung tanpa ampun itu menimbulkan konsekuensi yang tak terbayangkan.Selama pertarungan itu, daratan yang sebelumnya tenggelam di dalam lautan muncul kembali ke permukaan, menyebabkan terjadinya penyatuan dua benua yang selama ini terpisah.Benua Longhai yang legendaris kini bergabung dengan Benua Podura, menjadikannya satu kesatuan daratan yang luas.Para saksi sejarah mencatat bahwa pemenang dari pertempuran itu adalah Rong Guo, pemimpin Sekte Wudang yang legendaris.Kem

    Last Updated : 2025-02-10
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Ternyata Dia...

    “Bunuh dia!” perintah Mo Zhengsheng. Suaranya penuh ancaman, memotong udara seperti pedang.Telunjuknya menunjuk lurus ke arah makhluk misterius berbentuk kelelawar yang melayang di kegelapan malam.Disisi lain, sayap kelelawar raksasa itu terlihat lebar, dan membentuk siluet menakutkan di bawah cahaya bulan sabit.“Formasi Pedang!” teriak Han Shan. Wajahnya yang penuh bekas luka tampak garang di bawah bayangan malam.Suaranya menggema, memecah keheningan, tampak berusaha membangkitkan semangat para kultivator.Dalam gelapnya malam, sepuluh kultivator segera bergerak. Mereka membentuk formasi pedang dengan presisi yang telah dilatih ratusan kali.Mo Zhengsheng, sebagai pemimpin, melangkah maju. Golok di tangannya berkilat, lalu diayunkannya ke arah cakrawala dengan gerakan cepat dan mematikan.Tsing!Kilatan golok menyambar seperti petir, memotong udara dengan kecepatan yang sulit diikuti mata. Energi spiritual yang terkumpul di mata golok itu berlari ke udara, siap memanggang makhluk

    Last Updated : 2025-02-11
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Pasukan Mayat Hidup.

    Saat sepuluh kultivator dari Ekspedisi Phoenix Merah dilanda keterkejutan, mendapati kenyataan bahwa sosok siluman kelelawar itu ternyata manusia, bulu kuduk mereka serentak berdiri.Udara malam yang tadinya tenang seketika berubah menjadi tegang, dipenuhi oleh aura misteri yang menggeliat dari sosok yang terperangkap dalam jaring.“Apa yang terjadi?” suara salah satu kultivator pecah, memecah kesunyian.“Ada sesuatu yang dilakukan manusia iblis itu?” tanya yang lain, matanya waspada menatap ke arah sosok yang bergerak-gerak di dalam jaring.“Dia menakut-nakuti kita. Ayo kita habisi dia!” teriak seorang kultivator dengan suara penuh amarah.Namun, sebelum mereka sempat bertindak, dari balik jaring yang menutupi sosok mirip siluman kelelawar itu, terdengar suara tiupan seruling.Bunyinya melengking, menusuk telinga, dan membuat bulu kuduk mereka semakin berdiri. Suara itu seperti berasal dari dunia lain, memecah keheningan malam dengan nada yang tak terduga.Suiiit…Bunyi seruling itu

    Last Updated : 2025-02-11
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kehebohan di Kota Biramaki.

    Gurun Hadarac dilanda kesunyian yang pekat setelah kejadian beberapa saat yang lalu.Sosok yang mirip manusia, namun memiliki ciri-ciri kelelawar, melemparkan sebuah jimat ke udara. Dalam sekejap, ledakan dahsyat mengguncang wilayah itu, memecah kesunyian malam.Tiba-tiba, dua makhluk iblis bersayap muncul dari balik debu yang beterbangan.Mereka adalah dua burung rajawali hitam raksasa, tubuhnya kekar dengan sayap yang membentang lebar, menebarkan aura kegelapan yang menggetarkan.“Bawa pergi semua barang jarahan itu,” perintah sosok itu dengan suara serak, menunjuk ke arah gerobak yang dipenuhi muatan berharga milik Ekspedisi Phoenix Merah.WUSSH!Dua rajawali hitam itu menancapkan cakar-cakar tajam mereka ke atap gerobak, lalu dengan kekuatan yang luar biasa, mereka mengangkatnya ke udara. Rajawali beserta dua gerobak itu terbang menjauh, meninggalkan jejak debu dan keheningan yang semakin dalam.Sosok manusia kelelawar itu mendengus dingin, matanya yang merah menyala memandang ke

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kehebohan di Kota Biramaki – Part II.

    “Pemimpin sekte—Pemimpin Tian... tolong keluar. Dengarkan laporan hamba...” Suara Mo Zhengsheng menggema di pelataran Sekte Langit Murni, tangan tak henti-hentinya mengguncang bel peringatan.Bunyi nyaring bel itu memecah kesunyian pagi, menarik perhatian para murid dan penatua yang bergegas berkumpul. Suasana yang tadinya tenang berubah menjadi riuh rendah, dipenuhi oleh desas-desus dan tatapan penasaran.Dari balik pintu aula utama, muncul sosok Penatua Duan Meng. Wajahnya memerah, alisnya berkerut dalam kemarahan. Matanya menyapu kerumunan sebelum akhirnya tertuju pada Mo Zhengsheng, yang masih berdiri dengan bel di tangan.“Mo Zhengsheng! Kau berani membuat keributan di sini? Sudah kukatakan sebelumnya, jika ada keluhan, sampaikan pada penatua pelataran luar, seperti aku!”“Apa kau pikir aturan sekte ini main-main?” suara Duan Meng menggelegar, penuh dengan otoritas yang tak terbantahkan.Mo Zhengsheng, yang dahulu hanya murid pelataran luar Sekte Langit Murni, memang tak pernah m

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Malam Penyerangan.

    Pemuda itu duduk bersila di dalam gua yang gelap dan lembap, tempat yang telah lama menjadi persembunyiannya di Abyss of Suffering. Cahaya redup dari lampu minyak di dinding gua memantulkan bayangannya yang bergerak di dinding batu.Di hadapannya, terbentang sebuah buku tua yang kulitnya telah lapuk dimakan zaman.Buku itu adalah catatan peninggalan sang pewaris kultivasi iblis, warisan berharga yang ia pelajari dengan penuh ketekunan.Rong Tian membalik halaman demi halaman dengan cermat, matanya menelusuri setiap kata dan simbol yang tertulis di sana.Tanpa bimbingan seorang guru, ia harus mempelajari setiap langkah dalam kultivasi iblis ini dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.“Kultivasi iblis adalah jalan tercepat menuju keabadian,” bisiknya dalam hati, mengingat peringatan yang telah ia baca berulang kali. Namun, teknik ini memanfaatkan energi spiritual yang jahat, menyebabkan banyak ahli kehilangan akal sehat atau binasa sebelum mencapai puncak.Pikirannya tertuju pada Amulet

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Konspirasi Dua Kekuatan.

    Dari balik celah pintu ruyi berukir bulan purnama dan bintang, Rong Tian menahan napas. Tubuhnya menyatu dengan bayangan melalui teknik Yin Ying Gong (Seni Bayangan Tersembunyi), meridian spiritualnya berputar lambat untuk meminimalkan pancaran aura.Mata elangnya tak lepas dari pemandangan mencengangkan di hadapannya — Yue Lin, putri bungsu Kekaisaran Matahari Emas, berhadapan langsung dengan pemimpin Aliansi Lima Misteri.Niat awalnya, Rong Tian ingin menerobos dan menghancurkan pertemuan ini tertahan.Namun... Instingnya sebagai kultivator yang telah mencapai puncak tahap Kuasi Eliksir Emas membisikkan bahwa mengamati lebih lanjut akan memberinya keuntungan strategis yang lebih besar.Percakapan terjadi..."Sungguh mengesankan menemukan putri Khagan Matahari Emas menyusup ke markas rahasia kami," ujar sosok bertopeng emas dengan nada dingin bagai es abadi Gunung Kunlun, bangkit dari singgasana giok hitamnya."Apa tujuanmu sebenarnya?"Yue Lin membungkuk hormat dengan postur yi li s

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Rencana Perburuan Harta Karun.

    Berbekal informasi yang ia dengar dari percakapan Yin Shan dengan Yue Lin beberapa hari lalu, Rong Tian tidak kesulitan menemukan pintu rahasia menuju Pavilyun Bulan Tersembunyi. Ia melakukan serangkaian segel tangan yang sama seperti yang dilakukan Yin Shan, dan pintu rahasia terbuka.Tangga spiral membawanya turun ke kedalaman bumi. Udara semakin dingin dan lembab, namun anehnya, semakin ke bawah, semakin terang cahaya yang menyambut.Pavilyun Bulan Tersembunyi ternyata sebuah struktur megah yang dibangun di bawah tanah. Pilar-pilar jade putih menyangga langit-langit yang dilukis dengan gambar bulan purnama dan ribuan bintang. Di tengah pavilyun, sebuah kolam cermin hitam memantulkan cahaya lilin, menciptakan ilusi bulan yang tenggelam dalam kegelapan.Rong Tian bergerak dengan hati-hati, menggunakan Teknik Penyembunyian Aura untuk menekan kehadirannya. Dari balik sebuah pilar, ia mengintip ke arah aula utama.Lima sosok duduk mengelilingi kolam cermin hitam. Empat di antaranya meng

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Informasi Pecahan Peta  Dinasti Xi Tian yang Hilang.

    Token itu terbuat dari jade putih dengan ukiran kuno yang berkilau kebiruan di bawah sinar bulan. "Dengarkan baik-baik. Kau harus pergi ke Pavilyun Bulan Tersembunyi malam ini juga, sebelum jam ketiga."Mata Yin Shan melebar, keterkejutan jelas terpancar. "Pavilyun Bulan Tersembunyi?” namun dia gembira. Dipercaya mendatangi langsung markas rahasia itu, membuat ada sedikit rasa bangga di hatinya."Ya, tempat pertemuan Aliansi Lima Misteri kami." Sosok bertopeng itu mengangguk, mata di balik topeng tengkoraknya berkilat seperti bintang malam."Kau akan menghadap langsung pada Tetua Agung, dan menyerahkan token ini. Ini adalah undangan untuk bergabung dalam perburuan pecahan peta harta karun Dinasti Xi Tian — pecahan peta yang kita cari-cari.""Aku mengerti... " Yin Shan berbisik, keterkejutan jelas di wajahnya yang masih memerah akibat arak."Menurut informasi terpercaya, pecahan peta berikutnya berada di Kota Benteng Utara, lokasi yang dipercaya sebagai bekas Dataran Jian Chao—tempat p

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Token Bulan Sabit.

    Angin malam menyapu lembut wajah Yin Shan yang masih memerah.Aroma arak Osmanthus berumur seratus tahun yang baru dia teguk di Pavilyun Bunga Peony masih menguar dari tubuhnya, bercampur dengan wewangian bedak safron dan minyak bunga peach dari para selir penghibur yang baru saja menemaninya.Langkahnya sedikit sempoyongan saat ia melintasi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pinggiran Kota Bian Cheng, kota yang terkenal dengan perdagangan sutranya."Sialan, kenapa harus malam ini?" gumamnya sambil menyeka keringat di dahi dengan lengan jubah sutranya yang berwarna merah marun.Matanya yang setengah terpejam berusaha fokus pada sosok kecil berpakaian abu-abu yang bergerak cepat beberapa langkah di depannya, melompat ringan seperti burung walet di antara bayangan.Mata-mata itu—seorang pria kurus dengan bekas luka melintang di pipi kirinya—sesekali menoleh, memastikan Yin Shan masih mengikuti. Wajahnya tanpa ekspresi seperti topeng kayu, kontras dengan wajah Yin Shan yang masih men

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Segel Bulan Sabit dan Gunung Kembar.

    "Misi seperti apa, Gong-gong? Pasti sesuatu yang membutuhkan keberanian dan keterampilan luar biasa," tanya Yue Lin, suaranya terdengar sungguh-sungguh tertarik seperti kupu-kupu mendekati bunga beracun."Menghabisi mata-mata Zhao Wei," jawab Yin Shan dengan bangga berlebihan yang membuat Rong Tian ingin tertawa. "Tangan ini yang mencabut nyawanya! Satu gerakan Jurus Telapak Penghancur Jiwa, dan rohnya langsung terkirim ke Neraka Kedelapan Belas!"Rong Tian mendengarkan dengan penuh perhatian, setiap kata terukir dalam ingatannya seperti pahatan di batu giok. “Zhao Wei—pria yang membawa peta harta karun Dinasti Xi Tian? Jadi dia begini ceritanya? Menarik...”"Gong-gong sungguh hebat dan tiada tanding," puji Yue Lin dengan nada kagum yang makin lama makin terdengar seperti racun bagi Rong Tian. "Tapi bukankah informasi seperti itu seharusnya dijaga kerahasiaannya seperti permata di mahkota raja?"Terdengar suara cawan keramik diletakkan keras ke meja kayu. "Tak ada yang perlu kutakutka

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Di Antara Bunga, Racun, dan Konspirasi.

    Saat itu..."Wajah Nona lebih indah dari Dewi Xi Wang Mu, jemari Nona lebih lincah dari Putri Langit Ketujuh yang menari di atas awan," puji Yin Shan, matanya memandang penuh nafsu pada Yue Lin yang kini duduk di hadapannya di Pavilyun Awan Ungu yang dihiasi lukisan-lukisan langka dan tirai sutra lima warna.Yue Lin hanya tersenyum tipis, jemarinya yang ramping dengan terampil menuangkan Arak Embun Pagi ke cawan giok Yin Shan. Gerakan tangannya begitu anggun, seolah-olah ia sedang memainkan sebuah melodi tanpa suara."Gong-gong terlalu memuji. Rendahan hanyalah daun kering yang terbawa angin takdir, kebetulan bisa memainkan sedikit nada untuk menghibur," jawabnya dengan suara merdu namun terdengar hampa."Jangan merendah. Aku tahu siapa dirimu sebenarnya," ujar Yin Shan dengan nada menggoda, qi-nya berfluktuasi karena pengaruh arak.Yue Lin tersentak, meski ekspresinya terkendali dengan baik seperti air danau yang tenang. "Apa maksud Gong-gong?""Maksudku," Yin Shan meneguk araknya, "

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Lentera Merah dan Pipa Giok.

    Ribuan lentera merah berselimut qi api menyala sepanjang lorong Pavilyun Bunga Peony—rumah hiburan paling mewah di Distrik Kesenangan Kota Bian Cheng. Cahayanya berpendar lembut, menciptakan atmosfer kemuliaan duniawi yang kontras dengan kegelapan di luar.Malam sudah melewati jam zi, namun aktivitas di tempat ini justru mencapai puncaknya seperti naga yang baru terbangun.Suara tawa para bangsawan, alunan melodi guzheng, dan denting cawan arak berpadu dalam simfoni kemewahan yang khas.Yin Shan berdiri di tepi panggung utama yang dihiasi ukiran phoenix dan naga, kedua matanya tak lepas dari sosok gadis jelita yang jemarinya menari bagai kupu-kupu di atas pipa berwarna giok.Jubah hitamnya yang dihiasi bordir emas menandakan statusnya yang tinggi. Sebagai murid inti Sekte Tengkorak Api dan murid langsung Ketua Sekte Ku Lou Huang, ia terbiasa dipandang dengan penuh hormat dan rasa takut. Namun malam ini, ada kegelisahan yang mengalir di meridian tubuhnya.Keringat dingin membasahi tel

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kematian An Ying.

    Dengan gerakan tiba-tiba, An Ying melemparkan lima jarum hitam ke arah kedua lawannya. Salah satu berhasil menghindar, namun yang lain terkena di leher dan langsung tumbang."Sialan!" umpat sosok yang tersisa, semakin marah."Kau akan mati perlahan, dengan cara yang sangat menyakitkan!"An Ying tahu dia tidak bisa bertahan lebih lama. Tangannya gemetar saat merogoh kantong penyimpanan, mencari benda yang diberikan Raja Kelelawar Hitam.“Jimat teleportasi... dimana...”Sosok bertopeng tengkorak melesat maju, cakar besinya siap mencabik. An Ying akhirnya menemukan jimat yang dicari. Dengan sisa tenaganya, dia mengaktifkan jimat itu sambil membisikkan lokasi pertemuan dengan Raja Kelelawar Hitam."Kau tidak akan lolos!" Sosok bertopeng itu berteriak marah, cakarnya hampir mencapai leher An Ying.Namun terlambat. Dalam kilatan cahaya hitam, tubuh An Ying menghilang, meninggalkan sosok bertopeng itu menerjang udara kosong.+++Di kuil tua yang hampir runtuh di tepi Hutan Kabut Ungu, Rong T

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kepergok.

    Tubuh An Ying membeku di tempat persembunyiannya. Matanya tidak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Samar-samar, ia mendengar suara-suara mencurigakan dari ruangan itu—suara-suara yang tampaknya berasal dari pertemuan rahasia. Perlahan, An Ying mengintip ke dalam, dan apa yang dilihatnya membuat napasnya tercekat.Sosok berjubah putih dengan bordir awan emas yang duduk di tengah ruangan itu—sosok yang memimpin seluruh pertemuan rahasia ini—adalah orang yang rasanya sangat dia kenal."Pemimpin Ling Xiao?" bisiknya nyaris tidak bersuara.Tak mungkin salah.Wajah aristokratik dengan jenggot putih tipis itu adalah milik Ling Xiao, Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari wilayah Utara—salah satu sekte ortodoks yang paling dihormati di seluruh kekaisaran. Sosok yang selama ini dikenal sebagai simbol kemurnian dan kebenaran, kini terlihat duduk di tengah ruangan dengan aura kegelapan yang pekat.Napas An Ying tercekat. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benaknya. Bagaimana mungkin? Manusia s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status