Gurun Hadarac dilanda kesunyian yang pekat setelah kejadian beberapa saat yang lalu.
Sosok yang mirip manusia, namun memiliki ciri-ciri kelelawar, melemparkan sebuah jimat ke udara. Dalam sekejap, ledakan dahsyat mengguncang wilayah itu, memecah kesunyian malam.
Tiba-tiba, dua makhluk iblis bersayap muncul dari balik debu yang beterbangan.
Mereka adalah dua burung rajawali hitam raksasa, tubuhnya kekar dengan sayap yang membentang lebar, menebarkan aura kegelapan yang menggetarkan.
“Bawa pergi semua barang jarahan itu,” perintah sosok itu dengan suara serak, menunjuk ke arah gerobak yang dipenuhi muatan berharga milik Ekspedisi Phoenix Merah.
WUSSH!
Dua rajawali hitam itu menancapkan cakar-cakar tajam mereka ke atap gerobak, lalu dengan kekuatan yang luar biasa, mereka mengangkatnya ke udara. Rajawali beserta dua gerobak itu terbang menjauh, meninggalkan jejak debu dan keheningan yang semakin dalam.
Sosok manusia kelelawar itu mendengus dingin, matanya yang merah menyala memandang ke sekeliling.
Tak ada lagi yang tersisa di sana, hanya pasir yang berterbangan dan desiran angin malam yang menusuk tulang. Dengan gerakan yang sangat mengesankan, ia melompat ke udara. WUUSH!
Sayap kelelawarnya yang lebar dan berotot langsung mengembang, mendominasi langit malam. Tubuhnya melesat cepat, menembus awan-awan gelap, menuju jantung Gurun Hadarac yang misterius.
Beberapa saat kemudian, sosok manusia kelelawar itu menukik tajam ke dalam Jurang Abyss of Suffering, jurang yang dikenal sebagai pintu menuju neraka keputusasaan.
Tubuhnya lenyap di kedalaman jurang itu, tak meninggalkan jejak apa pun selain gema kepakan sayap yang perlahan menghilang.
>>>
Saat mendarat dengan mulus di depan pintu gua, Rong Tian, yang kini menanggalkan topeng giok hitamnya, berdiri dengan ekspresi puas. Namun, di matanya ada kilatan api ambisi yang tak terpadamkan.
“Aku tak menyangka. Hanya dua tahun pelatihan, dan aku sudah mampu menghabisi si muka codet, sosok yang paling kejam yang pernah mendera aku di malam terkutuk itu!” ujarnya dengan suara rendah.
Wajahnya mengeras seiring kenangan pahit yang muncul kembali.
Ia melangkah masuk ke dalam gua yang sederhana, hampir tak layak disebut hunian.
Dinding-dinding gua yang kasar dan peralatan seadanya menggambarkan kehidupan keprihatinan yang ia jalani dalam dua tahun terakhir.
“Tapi kekuatanku masih jauh dari memuaskan,” gumam Rong Tian, matanya menyipit penuh ketidakpuasan.
“Aku masih bisa dijerat oleh jaring spiritual yang mengandung sihir itu. Seharusnya, jika aku benar-benar kuat, mantra sekuat dan setebal apapun tidak akan mampu menghentikanku seperti malam itu!”
Ia menuang air dari teko tanah liat ke dalam mangkuk, lalu meminumnya dengan tenang.
Peralatan rumah tangga sederhana ini ia dapatkan dari sisa-sisa barang berharga di pekuburan kuno, di kaki bukit berbatu cadas yang tandus, tempat tinggalnya.
Setelah merenung sejenak, Rong Tian memutuskan.
“Sebaiknya aku berkultivasi lebih rajin lagi. Enam bulan ke depan, aku harus keluar dari persembunyian ini,” batinnya. “Bagaimanapun juga, aku harus melihat keadaan ayahku di Kota Biramaki!” Hatinya membulat, ia lalu berjalan keluar gua, dengan langkah percaya diri.
Ketika sosok Rong Tian melayang dari ketinggian gua, bayangan ayahnya tak bisa ia lupakan. Kenangan tentang sang ayah, yang tentu menderita atas kepergiannya dari kediaman Wakil Menteri Zhao Ming, terus menghantui pikirannya.
“Barangkali ayah mengiraku sudah mati!” pikirnya sambil berjalan menuju pekuburan kuno.
“Biar bagaimanapun, ada sesuatu yang ganjil! Aku merasa ini konspirasi orang-orang di kediaman wakil menteri, untuk menyingkirkanku!” bisiknya sambil mengepalkan tinju.
Pada saat Rong Tian tiba di pekuburan kuno di dasar The Abyss, fokusnya kembali tajam.
Ia melupakan masalah pribadi, lalu duduk bersila dalam posisi lotus. Ia duduk di atas satu kuburan rusak, yang terlihat sangat tua, dan kuno.
Namun ada aura berbahaya, dan sangat menakutkan keluar dari tempat itu. Namun justru kuburan mengerikan ini memiliki energi jahat yang paling kental.
Wajah Rong Tian tersenyum tipis. “Pemilik kuburan ini pasti sosok yang tak terkalahkan di masa lalu. Ketika dia sudah mati saja, sisa-sisa rohnya masih memberikan banyak energi. Meski energi jahat penuh kebencian!”
“Tapi ini adalah energi yang aku perlukan, sebagai kultivator iblis!”
Rong Tian lalu menutup matanya, menghirup dalam-dalam semua energi di sana. Udara di sekitarnya dipenuhi energi orang mati, energi kebencian, dan kemarahan yang tak tersalurkan. Wajah Rong Tian langsung memucat.
Pada saat itu semua energi-energi jahat itu dengan rakus masuk melalui hidungnya, lalu ke paru-paru, diolah di bagian belakang kepalanya, dan disalurkan ke seluruh meridiannya.
Tak lama kemudian wajahnya memerah lagi, tanda dia menguasai semua energi jahat yang awalnya berniat mengambil tubuhnya.
“Ingin menguasai tubuh Kultivator iblis, pewaris Raja Kelelawar? Kalian terlalu naif!” bisik Rong Tian. Tak lama kemudian, setelah menaklukkan energi-energi jahat itu, dia mengolahnya di bagian internal, lalu mengubahnya menjadi kekuatan murni yang mengalir dalam tubuhnya.
Sampai pagi hari, Rong Tian baru membuka mata. “Hari ini aku masih bisa hidup, tidak gila dikuasai semua roh jahat itu,” batin Rong Tian dalam gerakan berdiri.
Ketika berjalan menuju ke kaki bukit cadas, ia meremas kalung dengan bandul berukir kelelawar, diam-diam bersyukur.
“Beruntung ada benda kuno dan aneh ini. Semua energi jahat itu berhasil aku taklukkan. Jika mengandalkan kekuatan sendiri, mungkin sejak awal aku sudah gila!”
Sementara itu, di Kota Biramaki, terjadi kehebohan.
Pemimpin Ekspedisi Phoenix Merah menghadap ke Sekte Tao – Sekte Langit Murni. Pemimpin Mao membunyikan lonceng di depan kuil, sambil bersujud berulang kali. Ia berteriak dan menangis meraung-raung.
Tidak berapa lama, orang-orang di Kota Biramaki berkumpul, ingin menyaksikan kejadian yang sudah membuat heboh di pagi-pagi benar itu.
Bersambung
“Pemimpin sekte—Pemimpin Tian... tolong keluar. Dengarkan laporan hamba...” Suara Mo Zhengsheng menggema di pelataran Sekte Langit Murni, tangan tak henti-hentinya mengguncang bel peringatan.Bunyi nyaring bel itu memecah kesunyian pagi, menarik perhatian para murid dan penatua yang bergegas berkumpul. Suasana yang tadinya tenang berubah menjadi riuh rendah, dipenuhi oleh desas-desus dan tatapan penasaran.Dari balik pintu aula utama, muncul sosok Penatua Duan Meng. Wajahnya memerah, alisnya berkerut dalam kemarahan. Matanya menyapu kerumunan sebelum akhirnya tertuju pada Mo Zhengsheng, yang masih berdiri dengan bel di tangan.“Mo Zhengsheng! Kau berani membuat keributan di sini? Sudah kukatakan sebelumnya, jika ada keluhan, sampaikan pada penatua pelataran luar, seperti aku!”“Apa kau pikir aturan sekte ini main-main?” suara Duan Meng menggelegar, penuh dengan otoritas yang tak terbantahkan.Mo Zhengsheng, yang dahulu hanya murid pelataran luar Sekte Langit Murni, memang tak pernah m
Pemuda itu duduk bersila di dalam gua yang gelap dan lembap, tempat yang telah lama menjadi persembunyiannya di Abyss of Suffering. Cahaya redup dari lampu minyak di dinding gua memantulkan bayangannya yang bergerak di dinding batu.Di hadapannya, terbentang sebuah buku tua yang kulitnya telah lapuk dimakan zaman.Buku itu adalah catatan peninggalan sang pewaris kultivasi iblis, warisan berharga yang ia pelajari dengan penuh ketekunan.Rong Tian membalik halaman demi halaman dengan cermat, matanya menelusuri setiap kata dan simbol yang tertulis di sana.Tanpa bimbingan seorang guru, ia harus mempelajari setiap langkah dalam kultivasi iblis ini dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.“Kultivasi iblis adalah jalan tercepat menuju keabadian,” bisiknya dalam hati, mengingat peringatan yang telah ia baca berulang kali. Namun, teknik ini memanfaatkan energi spiritual yang jahat, menyebabkan banyak ahli kehilangan akal sehat atau binasa sebelum mencapai puncak.Pikirannya tertuju pada Amulet
“Tidak ada siapa-siapa. Kita sudah berada di sini selama waktu satu bakar hio. Mana mayat hidup yang kamu bilang?” Ekspresi Penatua Duan Meng tampak suram, wajahnya dingin seperti batu giok.Dengan bibir mencibir, matanya menyipit tajam menatap Mo Zhengsheng dengan tatapan penuh ketidaksukaan, membuat hati Mo Zhengsheng langsung jatuh ke tanah.Murid-murid Sekte Tao Langit Murni yang berdiri di belakangnya pun ikut melontarkan pandangan sinis. Udara malam di Gurun Hadarac yang menusuk tulang membuat semua merasa tak nyaman.Alangkah baiknya jika bisa memilih untuk berbaring di balik selimut tebal, menikmati kehangatan setelah seharian berlatih keras di dalam sekte.Namun, kini mereka terpaksa berdiri di tengah gurun yang gelap, menunggu sesuatu yang mungkin hanya rekaan Mo Zhengsheng, sehingga banyak yang meliriknya penuh cibiran.“Ya benar. Hampir satu jam kita di sini, tapi tak ada satu pun mayat hidup yang muncul. Apakah kamu benar-benar mengalami kejadian itu? Atau ini hanya akal-
Setelah peristiwa dahsyat di Gurun Hadarac, kekalahan Sekte Tao Langit Murni telah mengguncang dunia persilatan di ibukota Biramaki.Nama sosok misterius yang dijuluki Raja Kelelawar pun bergema di mana-mana, menjadi pusat perbincangan dari mulut ke mulut.Sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam, tak ada yang lebih menarik untuk dibicarakan selain pertarungan epik antara Siluman Kelelawar yang dijuluki Raja Kelelawar Hitam melawan Sekte Tao Langit Murni.Di setiap sudut kota, dari warung-warung arak yang ramai hingga rumah-rumah teh yang tenang, bahkan di tempat-tempat hiburan dan pelacuran, nama Raja Kelelawar terus bergema.“Katanya, dia meniup seruling iblis, dan tiba-tiba segerombolan mayat hidup bangkit dari dalam tanah! Sungguh mengerikan!” seorang lelaki berbisik dengan suara gemetar.“Ah, omong kosong! Mana mungkin ada orang yang bisa mengendalikan mayat hidup?” temannya menyangkal, tapi matanya berbinar penuh ketakutan.“Dengar baik-baik! Aku dapat cerita ini dari sa
DUAR!Pintu kamar bekas kandang itu hancur berantakan, terlempar ke dalam ruangan oleh tendangan keras. Debu beterbangan, menyelimuti udara yang sudah pengap.Dari balik asap debu, sosok Rong Tian muncul dengan berani, diikuti oleh Paman Wu yang wajahnya dipenuhi kekhawatiran.Di dalam ruangan, Han Zhi dan Fen Hua, dua pelayan yang seharusnya menjaga kediaman ini, justru sedang menganiaya Rong Ma, ayah Rong Tian.Cambuk di tangan Han Zhi mencabik-cabik udara sebelum mendarat di tubuh Rong Ma yang sudah lemah. Setiap pukulan meninggalkan bekas merah yang kontras dengan kulit pucatnya.“Mengapa kau tidak mati saja?” geram Han Zhi, suaranya penuh kebencian. “Dua tahun ini kau hanya jadi beban! Menghabiskan uang untuk pengobatan dan makanan, padahal kau sudah tidak berguna!”Fen Hua, yang berdiri di samping Han Zhi, ikut menyemangati dengan kata-kata pedas. “Benar! Lebih baik kau mati saja! Anakmu yang sudah mati itu hanya membawa sial. Gara-gara dia, gaji kami dipotong untuk membiayai pe
“Apa kita punya kesempatan meminta Daozhun itu untuk mendoakan kamar terpencil di bagian belakang?” tanya perempuan itu sambil berjalan di koridor yang sunyi. Suaranya berbisik, seolah takut terdengar oleh sesuatu yang tak terlihat.“Tentu,” jawab pelayan laki-laki di sampingnya, suaranya sama rendah. “Aku yakin Rong Tian yang muncul tadi siang adalah hantu. Dia pasti hantu penasaran. Jelas-jelas dia sudah mati. Aku mendengar sendiri dari para kultivator ketika mereka berbicara di ruang Wakil Menteri dua tahun yang lalu!”Mereka berdua adalah Fen Hua dan Han Zhi—dua pelayan yang pernah menyiksa Rong Ma, ayah Rong Tian.Sejak kemunculan Rong Tian tiba-tiba, keduanya diliputi ketakutan.Sepanjang hari, mereka menghindari area belakang kediaman, takut bertemu dengan “hantu” yang mereka yakini masih berkeliaran.Namun, ketakutan mereka sedikit terobati saat seorang Imam Tao dari Sekte Langit Murni tiba di kediaman. Imam itu bernama Dai Duyi, seorang kultivator di tahap Awal, level 5 penye
Fen Hua berlari terbirit-birit, napasnya tersengal-sengal. Beberapa kali dia terjatuh, tapi langsung bangkit dan terus berlari. Dia ingin berteriak, tapi suaranya hanya keluar sebagai lenguhan sapi yang pelan. Rasanya seolah tenggorokannya dicekik oleh ketakutan yang tak terkatakan.“Aku sudah mati. Aku sudah mati. Tolong, selamatkan aku!” jeritnya dalam hati, tapi tak ada yang mendengar.Herannya, meski dia merasa berlari sangat kencang, ujung koridor di bagian belakang kediaman seolah tak pernah tercapai. Rasanya seperti berlari di labirin yang berkelok-kelok, hanya untuk kembali ke tempat yang sama.TOLONG!Fen Hua berteriak sekali lagi tanpa suara saat dia melihat mayat Han Zhi terbaring tak bernyawa di depannya. Mata Han Zhi terbuka lebar, menatap kosong ke arahnya. Sorot matanya yang tanpa ekspresi membuat bulu kuduk Fen Hua berdiri.Kaki Fen Hua seketika gemetar, tulang-tulangnya terasa lemas. Dia tidak bisa lagi berlari. Rasa ketakutan yang melumpuhkan membuatnya terkencing di
Rong Tian memaki dalam hati, suaranya bergemuruh seperti guntur yang tertahan. “Dasar perempuan jahat! Jika bukan karena belas kasihan yang tersisa, nyawamu sudah kurenggut sejak awal!”Tatapan matanya yang tajam bagai belati menusuk langsung ke jantung Fen Hua. Namun, alih-alih ketakutan, perempuan paruh baya itu justru semakin keras melolong, suaranya memecah kesunyian malam seperti ratapan di tengah pemakaman.Seketika mata RongTian menjadi mulai gelap. Ada aura jahat roh penasaran mulai merayap menguasai pikirannya, tapi Rong Tian segera meraba bandul berukir lima kelelawar yang tersembunyi di balik lengan bajunya.Ia menahan nafas dalam hitungan detik, sesudahnya membuang nafas, tampak lega.“Syukurlah bandul kelelawar ini masih ada,” bisiknya, ada suara suka cita tersembunyi di balik napasnya yang pendek.Begitu bebas dari cengkeraman roh jahat, Rong Tian tak membuang waktu. Kakinya menjejak lantai dengan mantap, dan tubuhnya melesat seperti kilat, menghilang dari pandangan sebe
Dari balik celah pintu ruyi berukir bulan purnama dan bintang, Rong Tian menahan napas. Tubuhnya menyatu dengan bayangan melalui teknik Yin Ying Gong (Seni Bayangan Tersembunyi), meridian spiritualnya berputar lambat untuk meminimalkan pancaran aura.Mata elangnya tak lepas dari pemandangan mencengangkan di hadapannya — Yue Lin, putri bungsu Kekaisaran Matahari Emas, berhadapan langsung dengan pemimpin Aliansi Lima Misteri.Niat awalnya, Rong Tian ingin menerobos dan menghancurkan pertemuan ini tertahan.Namun... Instingnya sebagai kultivator yang telah mencapai puncak tahap Kuasi Eliksir Emas membisikkan bahwa mengamati lebih lanjut akan memberinya keuntungan strategis yang lebih besar.Percakapan terjadi..."Sungguh mengesankan menemukan putri Khagan Matahari Emas menyusup ke markas rahasia kami," ujar sosok bertopeng emas dengan nada dingin bagai es abadi Gunung Kunlun, bangkit dari singgasana giok hitamnya."Apa tujuanmu sebenarnya?"Yue Lin membungkuk hormat dengan postur yi li s
Berbekal informasi yang ia dengar dari percakapan Yin Shan dengan Yue Lin beberapa hari lalu, Rong Tian tidak kesulitan menemukan pintu rahasia menuju Pavilyun Bulan Tersembunyi. Ia melakukan serangkaian segel tangan yang sama seperti yang dilakukan Yin Shan, dan pintu rahasia terbuka.Tangga spiral membawanya turun ke kedalaman bumi. Udara semakin dingin dan lembab, namun anehnya, semakin ke bawah, semakin terang cahaya yang menyambut.Pavilyun Bulan Tersembunyi ternyata sebuah struktur megah yang dibangun di bawah tanah. Pilar-pilar jade putih menyangga langit-langit yang dilukis dengan gambar bulan purnama dan ribuan bintang. Di tengah pavilyun, sebuah kolam cermin hitam memantulkan cahaya lilin, menciptakan ilusi bulan yang tenggelam dalam kegelapan.Rong Tian bergerak dengan hati-hati, menggunakan Teknik Penyembunyian Aura untuk menekan kehadirannya. Dari balik sebuah pilar, ia mengintip ke arah aula utama.Lima sosok duduk mengelilingi kolam cermin hitam. Empat di antaranya meng
Token itu terbuat dari jade putih dengan ukiran kuno yang berkilau kebiruan di bawah sinar bulan. "Dengarkan baik-baik. Kau harus pergi ke Pavilyun Bulan Tersembunyi malam ini juga, sebelum jam ketiga."Mata Yin Shan melebar, keterkejutan jelas terpancar. "Pavilyun Bulan Tersembunyi?” namun dia gembira. Dipercaya mendatangi langsung markas rahasia itu, membuat ada sedikit rasa bangga di hatinya."Ya, tempat pertemuan Aliansi Lima Misteri kami." Sosok bertopeng itu mengangguk, mata di balik topeng tengkoraknya berkilat seperti bintang malam."Kau akan menghadap langsung pada Tetua Agung, dan menyerahkan token ini. Ini adalah undangan untuk bergabung dalam perburuan pecahan peta harta karun Dinasti Xi Tian — pecahan peta yang kita cari-cari.""Aku mengerti... " Yin Shan berbisik, keterkejutan jelas di wajahnya yang masih memerah akibat arak."Menurut informasi terpercaya, pecahan peta berikutnya berada di Kota Benteng Utara, lokasi yang dipercaya sebagai bekas Dataran Jian Chao—tempat p
Angin malam menyapu lembut wajah Yin Shan yang masih memerah.Aroma arak Osmanthus berumur seratus tahun yang baru dia teguk di Pavilyun Bunga Peony masih menguar dari tubuhnya, bercampur dengan wewangian bedak safron dan minyak bunga peach dari para selir penghibur yang baru saja menemaninya.Langkahnya sedikit sempoyongan saat ia melintasi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pinggiran Kota Bian Cheng, kota yang terkenal dengan perdagangan sutranya."Sialan, kenapa harus malam ini?" gumamnya sambil menyeka keringat di dahi dengan lengan jubah sutranya yang berwarna merah marun.Matanya yang setengah terpejam berusaha fokus pada sosok kecil berpakaian abu-abu yang bergerak cepat beberapa langkah di depannya, melompat ringan seperti burung walet di antara bayangan.Mata-mata itu—seorang pria kurus dengan bekas luka melintang di pipi kirinya—sesekali menoleh, memastikan Yin Shan masih mengikuti. Wajahnya tanpa ekspresi seperti topeng kayu, kontras dengan wajah Yin Shan yang masih men
"Misi seperti apa, Gong-gong? Pasti sesuatu yang membutuhkan keberanian dan keterampilan luar biasa," tanya Yue Lin, suaranya terdengar sungguh-sungguh tertarik seperti kupu-kupu mendekati bunga beracun."Menghabisi mata-mata Zhao Wei," jawab Yin Shan dengan bangga berlebihan yang membuat Rong Tian ingin tertawa. "Tangan ini yang mencabut nyawanya! Satu gerakan Jurus Telapak Penghancur Jiwa, dan rohnya langsung terkirim ke Neraka Kedelapan Belas!"Rong Tian mendengarkan dengan penuh perhatian, setiap kata terukir dalam ingatannya seperti pahatan di batu giok. “Zhao Wei—pria yang membawa peta harta karun Dinasti Xi Tian? Jadi dia begini ceritanya? Menarik...”"Gong-gong sungguh hebat dan tiada tanding," puji Yue Lin dengan nada kagum yang makin lama makin terdengar seperti racun bagi Rong Tian. "Tapi bukankah informasi seperti itu seharusnya dijaga kerahasiaannya seperti permata di mahkota raja?"Terdengar suara cawan keramik diletakkan keras ke meja kayu. "Tak ada yang perlu kutakutka
Saat itu..."Wajah Nona lebih indah dari Dewi Xi Wang Mu, jemari Nona lebih lincah dari Putri Langit Ketujuh yang menari di atas awan," puji Yin Shan, matanya memandang penuh nafsu pada Yue Lin yang kini duduk di hadapannya di Pavilyun Awan Ungu yang dihiasi lukisan-lukisan langka dan tirai sutra lima warna.Yue Lin hanya tersenyum tipis, jemarinya yang ramping dengan terampil menuangkan Arak Embun Pagi ke cawan giok Yin Shan. Gerakan tangannya begitu anggun, seolah-olah ia sedang memainkan sebuah melodi tanpa suara."Gong-gong terlalu memuji. Rendahan hanyalah daun kering yang terbawa angin takdir, kebetulan bisa memainkan sedikit nada untuk menghibur," jawabnya dengan suara merdu namun terdengar hampa."Jangan merendah. Aku tahu siapa dirimu sebenarnya," ujar Yin Shan dengan nada menggoda, qi-nya berfluktuasi karena pengaruh arak.Yue Lin tersentak, meski ekspresinya terkendali dengan baik seperti air danau yang tenang. "Apa maksud Gong-gong?""Maksudku," Yin Shan meneguk araknya, "
Ribuan lentera merah berselimut qi api menyala sepanjang lorong Pavilyun Bunga Peony—rumah hiburan paling mewah di Distrik Kesenangan Kota Bian Cheng. Cahayanya berpendar lembut, menciptakan atmosfer kemuliaan duniawi yang kontras dengan kegelapan di luar.Malam sudah melewati jam zi, namun aktivitas di tempat ini justru mencapai puncaknya seperti naga yang baru terbangun.Suara tawa para bangsawan, alunan melodi guzheng, dan denting cawan arak berpadu dalam simfoni kemewahan yang khas.Yin Shan berdiri di tepi panggung utama yang dihiasi ukiran phoenix dan naga, kedua matanya tak lepas dari sosok gadis jelita yang jemarinya menari bagai kupu-kupu di atas pipa berwarna giok.Jubah hitamnya yang dihiasi bordir emas menandakan statusnya yang tinggi. Sebagai murid inti Sekte Tengkorak Api dan murid langsung Ketua Sekte Ku Lou Huang, ia terbiasa dipandang dengan penuh hormat dan rasa takut. Namun malam ini, ada kegelisahan yang mengalir di meridian tubuhnya.Keringat dingin membasahi tel
Dengan gerakan tiba-tiba, An Ying melemparkan lima jarum hitam ke arah kedua lawannya. Salah satu berhasil menghindar, namun yang lain terkena di leher dan langsung tumbang."Sialan!" umpat sosok yang tersisa, semakin marah."Kau akan mati perlahan, dengan cara yang sangat menyakitkan!"An Ying tahu dia tidak bisa bertahan lebih lama. Tangannya gemetar saat merogoh kantong penyimpanan, mencari benda yang diberikan Raja Kelelawar Hitam.“Jimat teleportasi... dimana...”Sosok bertopeng tengkorak melesat maju, cakar besinya siap mencabik. An Ying akhirnya menemukan jimat yang dicari. Dengan sisa tenaganya, dia mengaktifkan jimat itu sambil membisikkan lokasi pertemuan dengan Raja Kelelawar Hitam."Kau tidak akan lolos!" Sosok bertopeng itu berteriak marah, cakarnya hampir mencapai leher An Ying.Namun terlambat. Dalam kilatan cahaya hitam, tubuh An Ying menghilang, meninggalkan sosok bertopeng itu menerjang udara kosong.+++Di kuil tua yang hampir runtuh di tepi Hutan Kabut Ungu, Rong T
Tubuh An Ying membeku di tempat persembunyiannya. Matanya tidak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Samar-samar, ia mendengar suara-suara mencurigakan dari ruangan itu—suara-suara yang tampaknya berasal dari pertemuan rahasia. Perlahan, An Ying mengintip ke dalam, dan apa yang dilihatnya membuat napasnya tercekat.Sosok berjubah putih dengan bordir awan emas yang duduk di tengah ruangan itu—sosok yang memimpin seluruh pertemuan rahasia ini—adalah orang yang rasanya sangat dia kenal."Pemimpin Ling Xiao?" bisiknya nyaris tidak bersuara.Tak mungkin salah.Wajah aristokratik dengan jenggot putih tipis itu adalah milik Ling Xiao, Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari wilayah Utara—salah satu sekte ortodoks yang paling dihormati di seluruh kekaisaran. Sosok yang selama ini dikenal sebagai simbol kemurnian dan kebenaran, kini terlihat duduk di tengah ruangan dengan aura kegelapan yang pekat.Napas An Ying tercekat. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benaknya. Bagaimana mungkin? Manusia s