Rong Tian memaki dalam hati, suaranya bergemuruh seperti guntur yang tertahan. “Dasar perempuan jahat! Jika bukan karena belas kasihan yang tersisa, nyawamu sudah kurenggut sejak awal!”Tatapan matanya yang tajam bagai belati menusuk langsung ke jantung Fen Hua. Namun, alih-alih ketakutan, perempuan paruh baya itu justru semakin keras melolong, suaranya memecah kesunyian malam seperti ratapan di tengah pemakaman.Seketika mata RongTian menjadi mulai gelap. Ada aura jahat roh penasaran mulai merayap menguasai pikirannya, tapi Rong Tian segera meraba bandul berukir lima kelelawar yang tersembunyi di balik lengan bajunya.Ia menahan nafas dalam hitungan detik, sesudahnya membuang nafas, tampak lega.“Syukurlah bandul kelelawar ini masih ada,” bisiknya, ada suara suka cita tersembunyi di balik napasnya yang pendek.Begitu bebas dari cengkeraman roh jahat, Rong Tian tak membuang waktu. Kakinya menjejak lantai dengan mantap, dan tubuhnya melesat seperti kilat, menghilang dari pandangan sebe
Setelah malam kejadian di kediaman Wakil Menteri, Kota Biramaki gempar. Kabar tentang kemunculan Siluman Kelelawar dari Gurun Hadarac menyebar seperti api di tengah rumput kering.Setiap sudut kota ramai membicarakan kemungkinan bahwa makhluk legendaris itu telah memasuki wilayah mereka.Kebenaran tentang Siluman Kelelawar itu diumumkan oleh Pemimpin Sekte Tao Langit Murni, Tian Zhang.Setelah Dai Duyi melaporkan kejadian saat bertarung melawan Rong Tian, malam itu juga di aula sekte di Gunung Qingyun, yang hanya berjarak sepuluh menit dari ibukota, Tian Zhang duduk di balik meja kayu jati.Kuas di tangannya menari-nari di atas kertas.“Siluman Kelelawar iblis itu nyata,” tulisnya, tinta hitam mengalir lancar di atas kertas darikulti kayu.“Kini dia telah merambah dan masuk ke ibukota. Dia menghabisi seorang pelayan pria di kediaman Wakil Menteri Adat dan Budaya. Namun, beruntung murid Sekte Langit Murni kami, Dai Duyi, berhasil mengusirnya setelah pertarungan sengit selama lima ratus
“Tuan-tuan, mohon minggir. Beri ruang bagi pelajar lemah ini,” ucap Rong Tian dengan nada merendah, seolah ingin menampilkan diri sebagai sosok yang tak berdaya.Namun, sikapnya yang tenang dan matanya yang tajam sebenarnya menyimpan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.Alih-alih memberi ruang, para petarung itu malah semakin mendekat, sikap mereka semakin berani.Beberapa dari mereka bahkan mulai menggerayangi kantong Rong Tian, berusaha mencuri uangnya. Rong Tian hanya diam, membiarkan mereka bertindak sejenak, sebelum akhirnya menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.Ekspresi Rong Tian berubah menjadi hitam. “Kalian sungguh manusia sampah. Tidak tahu diri!” bisik Rong Tian, suaranya rendah penuh rasa benci.Tangannya bergerak cepat, seperti gerakan tarian yang halus namun mematikan. Suara desiran halus terdengar. Dan dalam sekejap, dia sudah menempelkan jimat di dada setiap petarung itu, tanpa mereka sadari.Tiba-tiba...“TOLONG!”“Mati aku!”Tiga puluh petarung itu terjatuh ke lantai d
Kedamaian sementara menyelimuti Kota Biramaki, meskipun di balik ketenangan itu, gelombang perubahan sedang bergulir.Rong Tian menikmati rumah pribadinya yang terletak di sudut kota. Rumah itu tidak terlalu sederhana, namun juga tidak berlebihan dalam kemewahan.Dua pelayan utama, Paman Wu dan Bibi Lan, memimpin lebih dari lima pelayan yang menjaga rumah dengan penuh dedikasi. Selain itu, ada tiga puluh tukang pukul yang merupakan petarung handal dari Arena Kota Biramaki.Pagar rumah yang tinggi dan pintu besar yang kokoh bertuliskan "Kediaman Keluarga Rong" menjadi penanda bahwa keluarga ini bukanlah keluarga biasa. Dalam waktu singkat, nama Keluarga Rong menjadi buah bibir di kalangan penduduk kota.“Keluarga Rong? Apakah mereka keturunan bangsawan dari kota lain?” tanya seorang warga sambil mengamati rumah itu dari kejauhan.“Tidak. Aku tidak pernah mendengar nama Keluarga itu sebelumnya. Tapi aku melihat banyak pria bertubuh tinggi di sana, sepertinya mereka kultivator. Rumah ini
Setelah melontarkan kata-kata hinaan seolah tidak pernah mengenal Rong Tian, Zhao Hua, putri Wakil Menteri, menarik tangan Chang Zhong dengan gerakan yang penuh kepastian. Suaranya manja, namun mengandung nada merendahkan, sambil melirik Rong Tian.“Kakak Chang, ayo kita pergi,” Ekspresinya manja dibuat-buat, “Aku sudah tak sabar menikmati layanan paripurna di kediaman. Untuk apa kita menghabiskan waktu melayani anak kusir yang tidak tahu tempatnya ini!”Zhao Hua lalu menggenggam erat tangan Chang Zhong, merasakan kehangatan yang membuat hatinya berdebar.Biasanya, Chang Zhong tak pernah mengizinkannya menyentuh tangannya, apalagi berbicara sambil menatap matanya langsung. Pemuda itu selalu menjaga jarak, bahkan cenderung dingin. Namun, hari ini pemuda pujaan hatinya tidak bereaksi menolaknya.Lalu Zhao Hua merasa ini adalah kesempatan emas untuk lebih dekat, dengan Chang Zhong.“Ini kesempatan terbaikku untuk menjerat kakak Chang. Kelak, jika sudah memilikinya seutuhnya sebagai keka
Dua orang tukang pukul itu baru saja mengangkat tangan mereka untuk menghalangi Rong Tian dan Qi Yu ketika suara angin berdesir terdengar. Udara seketika berubah dingin, seolah dunia tiba-tiba berhenti.Chetar! Chetar!Cambuk di tangan Qi Yu meliuk laksana ular bertubuh panjang yang lapar.Ujung cambuk yang bermata pisau bergerigi bergerak dengan presisi, menyasar titik akupunktur di leher salah satu penjaga. Tangan kirinya ikut bergerak, asap hitam tipis keluar dari telapaknya, membentuk bayangan hitam yang siap menyusup ke paru-paru penjaga lainnya.“Ampun!”“Tolong!”Kedua penjaga itu tak menyangka bahwa sosok yang baru datang ini ternyata amat lihai. Mereka hanya bisa berteriak pelan, tubuh mereka kaku, siap menerima nasib yang tak terelakkan.Namun, dalam gerakan yang hampir tak terlihat, ada dua lembar kertas jimat melayang lebih cepat dari serangan Qi Yu.Jimat itu membentur kepala cambuk bergerigi, dan menghantam asap hitam berbentuk silet manusia – serangan Qi Yu. Dampaknya s
“Kamu terkejut, bukan? Adik kecil... aku lihat meskipun bukan dari kalangan dunia persilatan, kamu tahu juga siapa Raja Kelelawar Hitam, bukan?” ujar Qi Yu dengan bangga, matanya bersinar dengan kesombongan yang jelas.“Sebagai pimpinan kultivator aliran iblis, ratusan tahun lalu Raja Kelelawar Hitam memang disegani!” Qi Yu menarik napas, menekankan kata-katanya. “Tak heran kalau kalangan di luar orang Jianghu juga mendengar nama besarnya!”Sementara itu, Rong Tian terdiam, mencerna informasi dari Qi Yu. Dia terkejut bukan karena pidato panjang lebar Qi Yu, tetapi karena berita bahwa harta karun peninggalan Raja Kelelawar Hitam menjadi rebutan.“Padahal, bukankah harta itu sudah aku temukan? Akulah waris Raja Kelelawar,” batin Rong Tian bingung, tak tahu bagaimana menyampaikan ini pada Qi Yu.Melihat ekspresi Rong Tian yang berubah dari kaget menjadi merenung, Qi Yu menepuk bahu Rong Tian dengan lembut, meski terasa kasar.“Jangan khawatir, Adik Rong. Meskipun kamu bukan dari dunia pe
Rong Tian mengikuti Qi Yu menyusuri jalanan Kota Biramaki, menuju Pasar Timur, tempat segala sesuatu bisa ditemukan. Saat itu hari sudah sore, tetapi keadaan tetap ramai.Suara pedagang terdengar berteriak menawarkan dagangan, sementara pembeli menawar dengan suara yang tak kalah keras.Bau makanan menguar di udara, ketika penjaja makanan siap saji berteriak menawarkan hidangan seperti roti kukus isi daging atau bakmi. Aroma roti kukus isi daging dan kuah pangsit menggoda selera Rong Tian, membuatnya berhenti menatap dagangan kuliner dengan penuh minat.Tapi Qi Yu mendengus dingin, matanya tetap fokus pada tujuan mereka."Kita datang ke pasar bukan untuk bersenang-senang. Mari kita mencari toko yang menjual peta. Penting sekali jika ingin mengikuti perburuan, kita memiliki petunjuk atau peta wilayah yang akan kita jelajahi," ujar Qi Yu dengan nada serius.Pada saat itu, peta tidak dijual sembarangan. Kalau pun ada, paling-paling peta yang tidak lengkap, dengan keterangan seadanya.Pet
"Baiklah," Pemimpin Tian akhirnya berkata, suaranya memecah keheningan yang mencekam, bagai gema di lembah sunyi. "Jika Pemimpin An begitu ingin melihat Pedang Berhati Api, maka keinginanmu akan terpenuhi. Namun, ingatlah, setiap tindakan memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan."Namun, sebelum Pemimpin Tian sempat menyentuh kotak kayu hitam itu, sebelum ia sempat membuka rahasia yang tersimpan di dalamnya, An Ying tiba-tiba bergerak, bagai hantu yang melesat dalam kegelapan. Tanpa peringatan, tanpa tanda, ia mengayunkan telapak tangannya ke depan, gerakan yang begitu cepat hingga mata biasa tak mampu menangkapnya, hanya merasakan hembusan angin yang dingin."Teknik Tapak Bayangan Iblis!"Seketika, asap hitam pekat, bagai tinta yang tumpah, bergulung-gulung dari telapak tangannya, membentuk pusaran yang mengerikan, pusaran yang siap menelan segalanya. Asap itu bergerak, bagai makhluk hidup yang haus darah, melesat ke arah kotak kayu hitam dengan kecepatan yang luar biasa, bagai
Tiba-tiba, dari arah tenda para kultivator kelas tiga, sebuah bayangan hitam melesat dengan kecepatan luar biasa. Sosok itu bergerak bagaikan angin, meninggalkan jejak kabut tipis di belakangnya. Dalam sekejap mata, ia telah mendarat dengan anggun di tengah arena, tepat di hadapan Pemimpin Tian dan Wakil Pemimpin Zheng.Pria itu mengenakan jubah hitam dengan sulaman awan kelabu yang bergerak-gerak seperti hidup. Wajahnya yang tampan namun dingin dihiasi senyum mengejek. Rambutnya yang panjang terikat rapi dengan hiasan perak berbentuk tengkorak kecil. Ketika ia bergerak, aroma harum yang memabukkan menyebar ke seluruh arena, dibawa oleh hembusan angin yang tiba-tiba muncul."Pemimpin Sekte Bayangan Kegelapan!""An Ying!""Bagaimana mungkin dia berani datang ke sini?"Bisikan-bisikan ketakutan segera menyebar di seluruh arena. Para kultivator tingkat rendah mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dari aroma harum yang kini memenuhi udara.Para penatua dari berbagai sekte sege
Ketika ketegangan antara Mu Cai dan Guang Jiang mencapai puncaknya, suara lantang memecah keheningan, bagai guntur membelah langit, menghentikan badai yang nyaris meledak."Pemimpin Sekte Langit Murni, Yang Mulia Tian Zhang, dan Wakil Pemimpin Zheng Yunru memasuki podium kehormatan!"Suara protokoler bergema, mengguncang arena, memecah konsentrasi semua orang. Semua mata beralih dari konfrontasi yang nyaris meledak menuju podium utama, tempat para pemimpin sekte akan berdiri.Mu Cai dan Guang Jiang, yang siap bertarung, langsung menurunkan tangan, menarik kembali energi spiritual mereka, seolah tersadar dari mimpi buruk yang mengerikan.Dua ular emas milik Mu Cai menghilang, kembali ke jubahnya, seolah hanya khayalan belaka.Di tenda sekte kelas tiga, bisik-bisik mulai terdengar, bagai desiran angin yang membawa rahasia dari dunia lain."Lihat Pemimpin Tian! Auranya lebih kuat dari lukisan," bisik seorang pemuda, matanya tak berkedip, terpukau oleh kehadiran sang pemimpin."Ssst! Pemi
Dalam sekejap, dua ular berwarna emas muncul dari balik lengan jubahnya, bagai jelmaan iblis yang haus darah, berkilauan di bawah sinar matahari yang menyinari arena terbuka.Sisik mereka memantulkan cahaya bagai permata yang mematikan, mata mereka berkilat berbahaya dengan aura pembunuh yang dingin, seolah mereka adalah perwujudan dari kematian itu sendiri.Tubuh mereka bergerak secepat kilat, bagai sambaran petir yang membelah udara, melesat menuju Zhao Hua dengan taring beracun yang siap menancap, siap menghancurkan segalanya.Tepat ketika ular-ular itu hampir mencapai targetnya, ketika kematian sudah di depan mata, Mu Cai menghentikan tiupan seruling. Kedua ular emas itu membeku di udara, hanya beberapa inci dari wajah dan leher Zhao Hua, taring mereka berhenti hanya satu sentimeter dari kulit halus gadis itu.Hembusan racun mereka bahkan terasa mengikis kulitnya, seolah racun itu mampu melenyapkan segalanya.Wajah Zhao Hua seketika berubah pucat pasi, bagai kertas yang kehilangan
"Itu Mu Cai, pemimpin Suku Xuefeng," jawab seorang kultivator tua, suaranya dipenuhi rasa hormat. "Kecantikannya termasyhur di seluruh Benua Longhai. Konon, ia adalah titisan dewi!"Dalam sekejap, semua mata tertuju pada Mu Cai. Para pria menatapnya dengan kekaguman yang mendalam, sementara para wanita memandangnya dengan iri yang tersembunyi.Bahkan Guang Jiang, yang dikenal sebagai sosok yang sulit terkesan, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Matanya terus mengikuti sosok Mu Cai, seolah ia telah menemukan sebuah harta karun yang tak ternilai harganya.Zhao Hua, yang tadinya menjadi pusat perhatian, kini terlupakan, bagai debu yang tertiup angin. Wajahnya memerah karena cemburu dan amarah yang membara.Dia mencengkeram lengan Chang Zhong dengan kuat, kukunya yang tajam hampir menancap di kulit pemuda itu, menyalurkan rasa frustasinya."Apa hebatnya dia?" bisik Zhao Hua dengan nada sinis, suaranya dipenuhi dengki."Hanya karena dia dari Suku Xuefeng, semua orang memperlakukannya se
Rong Tian duduk tenang, menyatu dengan para kultivator Sekte Bintang Tiga. Jubah putihnya yang sederhana nyaris tak terlihat di tengah kerumunan, namun matanya yang tajam tak pernah berhenti mengamati, menelisik arena dengan tatapan setajam elang, menunggu saat acara dimulai.Sementara itu, di kaki Gunung Qingyun, tepat di area gerbang masuk, kekacauan merebak, menyebar bagai wabah. Para murid Sekte Langit Murni berkerumun, wajah mereka diliputi kepanikan yang mencekam."Lihat mereka!" teriak seorang murid, suaranya sarat ketakutan, menunjuk lima rekannya yang tergeletak tak berdaya di tanah. "Mereka tiba-tiba ambruk, tanpa sebab yang jelas!"Lima murid Sekte Langit Murni terbaring dengan wajah sepucat mayat, tubuh mereka bergetar hebat, seolah dihantam kekuatan tak kasat mata."Ini pasti serangan sihir gelap!" seru seorang murid senior, suaranya sarat amarah dan keputusasaan. "Hanya kultivator aliran iblis yang mampu melakukan serangan keji seperti ini!"Kepanikan menyebar bagai api
Fang Long tersenyum tipis, mengangguk dengan anggun. Dia mempersilakan rombongan menuju podium VIP di puncak arena, tempat para tamu terhormat akan duduk. Zhao Hua dan Chang Zhong berjalan di belakang, mendapatkan tempat istimewa di barisan depan.Begitu duduk, Zhao Hua langsung mengamati sekeliling dengan pandangan merendahkan, tatapannya menyapu seluruh arena dengan cermat. "Sungguh sederhana," gumamnya dengan suara cukup keras agar didengar semua orang. "Di Sekte Pedang Cahaya, kami tidak akan pernah menggelar acara seperti ini."Dia menyentuh kursi tempat duduknya dengan ujung jari, seolah-olah kursi itu kotor dan tak pantas untuk disentuh. "Dekorasi ini sungguh ala kadarnya. Tidak ada sentuhan keindahan sama sekali."Para murid Sekte Langit Murni mengepalkan tangan, menahan amarah yang membara di dalam dada mereka. Beberapa melirik Zhao Hua dengan tatapan membunuh, ingin segera membungkam mulutnya yang sombong.Guang Jiang, yang mendengar komentar Zhao Hua, justru tersenyum, seny
Pagi hari di Gunung Qingyun, diselimuti kabut tipis yang berembus lembut, dipenuhi kesibukan luar biasa. Para murid Sekte Langit Murni, bagaikan deretan bangau putih yang anggun, bersiap dengan jubah upacara kebesaran mereka. Warna putih bersih memantulkan cahaya matahari pagi, menciptakan pemandangan yang memesona. Mereka berbaris rapi di sepanjang jalan setapak menuju arena utama di puncak gunung, tempat perhelatan akbar akan dimulai. Seorang tamu dari Sekte Bintang Empat, bernama Liu Wei, berbisik kepada rekannya dari Sekte Bintang Tiga, Zhang Hui. "Lihatlah, para murid Sekte Langit Murni! Gerak-gerik mereka begitu luwes, penuh dengan disiplin!" Zhang Hui mengangguk setuju, matanya mengamati dengan seksama. "Para pria tampak gagah, bahu mereka tegap, tatapan mata penuh tekad. Sementara para wanita, mereka memancarkan keteguhan yang memesona, seolah mampu menaklukkan langit." Seorang murid wanita Sekte Langit Murni melintas, jubah putihnya berkibar anggun ditiup angin. Rambut hit
Rong Tian, yang duduk beberapa meja di belakang mereka, memasang telinga dengan seksama, perhatiannya sepenuhnya terfokus pada percakapan itu. Tangannya meremas cangkir teh, menciptakan retakan halus pada permukaannya, tanda bahwa pikirannya sedang bekerja keras."Apakah ini ada hubungannya dengan rencana Guru Negara?" batin Rong Tian, mata hitamnya berkilat penuh curiga, firasat buruk mulai menyelimutinya.Pengunjung rumah teh lainnya juga bergerak mendekat, rasa ingin tahu mengalahkan rasa malu. Seorang pedagang bertubuh gemuk menyeret kursinya lebih dekat, seorang wanita berpakaian sutra hijau pura-pura membenarkan sanggulnya sambil memasang telinga, mencoba menangkap setiap kata yang terucap.Kultivator bertubuh kurus itu, seolah tersulut api semangat, mulai bercerita dengan lebih bersemangat. "Huo Xin Jian bukanlah sekadar pedang biasa! Ia memiliki kesadaran spiritual yang setara dengan kultivator tingkat tinggi! Bahkan lebih!"Pria separuh baya dengan bekas luka di wajahnya meni