âTuan-tuan, mohon minggir. Beri ruang bagi pelajar lemah ini,â ucap Rong Tian dengan nada merendah, seolah ingin menampilkan diri sebagai sosok yang tak berdaya.Namun, sikapnya yang tenang dan matanya yang tajam sebenarnya menyimpan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.Alih-alih memberi ruang, para petarung itu malah semakin mendekat, sikap mereka semakin berani.Beberapa dari mereka bahkan mulai menggerayangi kantong Rong Tian, berusaha mencuri uangnya. Rong Tian hanya diam, membiarkan mereka bertindak sejenak, sebelum akhirnya menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.Ekspresi Rong Tian berubah menjadi hitam. âKalian sungguh manusia sampah. Tidak tahu diri!â bisik Rong Tian, suaranya rendah penuh rasa benci.Tangannya bergerak cepat, seperti gerakan tarian yang halus namun mematikan. Suara desiran halus terdengar. Dan dalam sekejap, dia sudah menempelkan jimat di dada setiap petarung itu, tanpa mereka sadari.Tiba-tiba...âTOLONG!ââMati aku!âTiga puluh petarung itu terjatuh ke lantai d
Kedamaian sementara menyelimuti Kota Biramaki, meskipun di balik ketenangan itu, gelombang perubahan sedang bergulir.Rong Tian menikmati rumah pribadinya yang terletak di sudut kota. Rumah itu tidak terlalu sederhana, namun juga tidak berlebihan dalam kemewahan.Dua pelayan utama, Paman Wu dan Bibi Lan, memimpin lebih dari lima pelayan yang menjaga rumah dengan penuh dedikasi. Selain itu, ada tiga puluh tukang pukul yang merupakan petarung handal dari Arena Kota Biramaki.Pagar rumah yang tinggi dan pintu besar yang kokoh bertuliskan "Kediaman Keluarga Rong" menjadi penanda bahwa keluarga ini bukanlah keluarga biasa. Dalam waktu singkat, nama Keluarga Rong menjadi buah bibir di kalangan penduduk kota.âKeluarga Rong? Apakah mereka keturunan bangsawan dari kota lain?â tanya seorang warga sambil mengamati rumah itu dari kejauhan.âTidak. Aku tidak pernah mendengar nama Keluarga itu sebelumnya. Tapi aku melihat banyak pria bertubuh tinggi di sana, sepertinya mereka kultivator. Rumah ini
Setelah melontarkan kata-kata hinaan seolah tidak pernah mengenal Rong Tian, Zhao Hua, putri Wakil Menteri, menarik tangan Chang Zhong dengan gerakan yang penuh kepastian. Suaranya manja, namun mengandung nada merendahkan, sambil melirik Rong Tian.âKakak Chang, ayo kita pergi,â Ekspresinya manja dibuat-buat, âAku sudah tak sabar menikmati layanan paripurna di kediaman. Untuk apa kita menghabiskan waktu melayani anak kusir yang tidak tahu tempatnya ini!âZhao Hua lalu menggenggam erat tangan Chang Zhong, merasakan kehangatan yang membuat hatinya berdebar.Biasanya, Chang Zhong tak pernah mengizinkannya menyentuh tangannya, apalagi berbicara sambil menatap matanya langsung. Pemuda itu selalu menjaga jarak, bahkan cenderung dingin. Namun, hari ini pemuda pujaan hatinya tidak bereaksi menolaknya.Lalu Zhao Hua merasa ini adalah kesempatan emas untuk lebih dekat, dengan Chang Zhong.âIni kesempatan terbaikku untuk menjerat kakak Chang. Kelak, jika sudah memilikinya seutuhnya sebagai keka
Dua orang tukang pukul itu baru saja mengangkat tangan mereka untuk menghalangi Rong Tian dan Qi Yu ketika suara angin berdesir terdengar. Udara seketika berubah dingin, seolah dunia tiba-tiba berhenti.Chetar! Chetar!Cambuk di tangan Qi Yu meliuk laksana ular bertubuh panjang yang lapar.Ujung cambuk yang bermata pisau bergerigi bergerak dengan presisi, menyasar titik akupunktur di leher salah satu penjaga. Tangan kirinya ikut bergerak, asap hitam tipis keluar dari telapaknya, membentuk bayangan hitam yang siap menyusup ke paru-paru penjaga lainnya.âAmpun!ââTolong!âKedua penjaga itu tak menyangka bahwa sosok yang baru datang ini ternyata amat lihai. Mereka hanya bisa berteriak pelan, tubuh mereka kaku, siap menerima nasib yang tak terelakkan.Namun, dalam gerakan yang hampir tak terlihat, ada dua lembar kertas jimat melayang lebih cepat dari serangan Qi Yu.Jimat itu membentur kepala cambuk bergerigi, dan menghantam asap hitam berbentuk silet manusia â serangan Qi Yu. Dampaknya s
âKamu terkejut, bukan? Adik kecil... aku lihat meskipun bukan dari kalangan dunia persilatan, kamu tahu juga siapa Raja Kelelawar Hitam, bukan?â ujar Qi Yu dengan bangga, matanya bersinar dengan kesombongan yang jelas.âSebagai pimpinan kultivator aliran iblis, ratusan tahun lalu Raja Kelelawar Hitam memang disegani!â Qi Yu menarik napas, menekankan kata-katanya. âTak heran kalau kalangan di luar orang Jianghu juga mendengar nama besarnya!âSementara itu, Rong Tian terdiam, mencerna informasi dari Qi Yu. Dia terkejut bukan karena pidato panjang lebar Qi Yu, tetapi karena berita bahwa harta karun peninggalan Raja Kelelawar Hitam menjadi rebutan.âPadahal, bukankah harta itu sudah aku temukan? Akulah waris Raja Kelelawar,â batin Rong Tian bingung, tak tahu bagaimana menyampaikan ini pada Qi Yu.Melihat ekspresi Rong Tian yang berubah dari kaget menjadi merenung, Qi Yu menepuk bahu Rong Tian dengan lembut, meski terasa kasar.âJangan khawatir, Adik Rong. Meskipun kamu bukan dari dunia pe
Rong Tian mengikuti Qi Yu menyusuri jalanan Kota Biramaki, menuju Pasar Timur, tempat segala sesuatu bisa ditemukan. Saat itu hari sudah sore, tetapi keadaan tetap ramai.Suara pedagang terdengar berteriak menawarkan dagangan, sementara pembeli menawar dengan suara yang tak kalah keras.Bau makanan menguar di udara, ketika penjaja makanan siap saji berteriak menawarkan hidangan seperti roti kukus isi daging atau bakmi. Aroma roti kukus isi daging dan kuah pangsit menggoda selera Rong Tian, membuatnya berhenti menatap dagangan kuliner dengan penuh minat.Tapi Qi Yu mendengus dingin, matanya tetap fokus pada tujuan mereka."Kita datang ke pasar bukan untuk bersenang-senang. Mari kita mencari toko yang menjual peta. Penting sekali jika ingin mengikuti perburuan, kita memiliki petunjuk atau peta wilayah yang akan kita jelajahi," ujar Qi Yu dengan nada serius.Pada saat itu, peta tidak dijual sembarangan. Kalau pun ada, paling-paling peta yang tidak lengkap, dengan keterangan seadanya.Pet
Guna melengkapi perjalanan mereka menuju Gunung Qingyun, yang letaknya tak jauh dari Kota Biramaki, Qi Yu mengajak Rong Tian untuk bertukar pakaian.Ia menatap Rong Tian dengan wajah berkerut, matanya menyipit seperti sedang menilai setiap detail penampilannya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya melontarkan pendapatnya.âAku tahu kalau penampilanku tidak meyakinkan sebagai kultivator aliran Putih. Tapi kamu, meski berpenampilan seperti pelajar atau sastrawan, dengan busana dominan hitam itu, kamu lebih cocok disebut iblis kecil aliran iblis,â ujar Qi Yu, suaranya datar tanpa ekspresi.Rong Tian merasa dadanya berdebar kencang. Dia khawatir penyamarannya sebagai sosok manusia fana yang bukan kultivator iblis sudah ditebak oleh Qi Yu.Namun, Rong Tian berusaha menenangkan diri dan menjawab dengan suara yang tenang, âBenarkah, Kakak Qi Yu? Aku kira busana warna hitam memberi kesan elegan penampilanku.âQi Yu tertawa lepas, suaranya menggema di udara malam yang sepi. Dia melambai tangan,
âTunggu! Jangan bunuh dia!â teriak Rong Tian dengan suara yang penuh kekhawatiran. Tangannya terulur nampak ingin menghentikan Qi Yu. Tapi terlambat.Dalam pikirannya, Rong Tian tidak menyangka bahwa hanya karena masalah sepeleâpenyepelean Qi Yu sebagai gadis tak beruangâgadis saliran iblis itu sudah berniat menghabisi nyawa pemilik toko.Rong Tian merasa hal ini tak masuk akal. Baginya, hinaan dan cibiran semacam ini sudah biasa dia terima sejak kecil. Namun, Qi Yu tampaknya memiliki cara berpikir yang berbeda.Namun, teriakan peringatannya terlambat.Dari mulut Qi Yu, gadis itu meludah ke arah wajah pemilik toko. âCuih!â Cairan ludahnya berwarna ungu gelap, tampak mengerikan. Ketika ludah itu mendarat di wajah pemilik toko, seketika suara lolongan keras menggema di dalam toko yang sempit.Pemilik toko itu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya terjatuh terduduk.Suara kesakitan mendominasi ruangan saat dia merasakan wajahnya terbakar seperti disiram api. Tampaknya,
Topeng giok hitam dengan ukiran iblis menutupi wajahnya, tangan lentiknya yang pucat bagai jade dingin memegang seruling tulang yang mengeluarkan melodi mengerikan â seruling iblis yang konon terbuat dari tulang mahluk terkutuk di Abyss of Suffering. Ekspresinya memucat..."Raja Kelelawar Hitam," desis Alp Tegin, matanya menyipit penuh kebencian. Tangannya menggenggam gagang pedang hingga buku-buku jarinya memutih. "Jadi kau dalang di balik semua ini. Pengguna ilmu hitam terlarang!"Nada seruling berubah, kini lebih agresif dan cepat seperti badai yang menerjang. Jiangshi Duan Meng mengangkat tangannya yang kaku, membentuk segel tangan rumit â Segel Sembilan Roh yang dilarang di dunia persilatan. Seketika, energi hitam keunguan berkumpul di sekitar telapak tangannya, berputar-putar seperti awan badai mini."SERANG!" teriak Alp Tegin, tidak ingin memberi kesempatan para jiangshi untuk menyelesaikan jurus mereka. Suaranya membelah malam seperti petir. WUSH!Lima puluh prajurit Keka
Bulan tampak purnama sempurna menggantung di langit malam bagai jade putih raksasa. Sinarnya menembus dedaunan Hutan Xian Yun di perbatasan Kota Benteng Utara. Pohon-pohon pinus kuno menjulang tinggi, beberapa di antaranya berusia ratusan tahun, menyimpan rahasia dan kisah dunia persilatan yang tak terhitung jumlahnya. Satu bulan telah berlalu sejak pertemuan rahasia di Pavilyun Bulan Tersembunyi, namun dampaknya baru mulai terasa saat ini. Angin malam bertiup dingin, membawa aroma darah yang menguar di udara, bercampur dengan wangi tanah lembab dan dedaunan yang basah oleh embun. Sinar rembulan jauh menimpa figur yang terkapar di tanah hutan, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang meliuk seperi ular di antara pepohonan. Hampir dua puluh prajurit dengan pakaian hitam khas Kekaisaran Matahari Emas tergeletak tak bernyawa. Wajah-wajah asing mereka membeku dalam ekspresi ketakutan. Perawakan mereka bertubuh tinggi, mata kelabu tajam bagai elang gurun, dan pedang melengkung kha
Saat itu, tubuh Rong Tian menegang. Darah di meridian spiritualnya berdesir cepat.Kekaisaran Jin Shuangâkerajaan terkuat di utara yang telah berkuasa selama lima ratus tahun. Jika kedua kekuatan ini bersekutu untuk menjatuhkannya..."Kau bicara tentang pemberontakan," ucap pemimpin bertopeng emas, suaranya kini serius seperti pedang yang baru diasah."Pengkhianatan terhadap Kaisar.""Saya bicara tentang... perubahan," koreksi Yue Lin dengan nada diplomatis."Pemimpin datang dan pergi. Dinasti bangkit dan jatuh. Bukankah itu hukum alam sejak zaman Tiga Kaisar dan Lima Raja? Dan siapa yang lebih pantas menggantikan Kekaisaran Jin Shuang selain... Aliansi Lima Misteri?"Keheningan panjang mengisi ruangan seperti kabut tebal.Rong Tian bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara, berat dan mencekam. Meski wajahnya tertutup topeng, bahasa tubuh pemimpin Aliansi menunjukkan pergolakan batinâantara kesetiaan pada kekaisaran dan godaan kekuasaan yang ditawarkan."Tawaran yang sangat.
Dari balik celah pintu ruyi berukir bulan purnama dan bintang, Rong Tian menahan napas. Tubuhnya menyatu dengan bayangan melalui teknik Yin Ying Gong (Seni Bayangan Tersembunyi), meridian spiritualnya berputar lambat untuk meminimalkan pancaran aura.Mata elangnya tak lepas dari pemandangan mencengangkan di hadapannya â Yue Lin, putri bungsu Kekaisaran Matahari Emas, berhadapan langsung dengan pemimpin Aliansi Lima Misteri.Niat awalnya, Rong Tian ingin menerobos dan menghancurkan pertemuan ini tertahan.Namun... Instingnya sebagai kultivator yang telah mencapai puncak tahap Kuasi Eliksir Emas membisikkan bahwa mengamati lebih lanjut akan memberinya keuntungan strategis yang lebih besar.Percakapan terjadi..."Sungguh mengesankan menemukan putri Khagan Matahari Emas menyusup ke markas rahasia kami," ujar sosok bertopeng emas dengan nada dingin bagai es abadi Gunung Kunlun, bangkit dari singgasana giok hitamnya."Apa tujuanmu sebenarnya?"Yue Lin membungkuk hormat dengan postur yi li s
Berbekal informasi yang ia dengar dari percakapan Yin Shan dengan Yue Lin beberapa hari lalu, Rong Tian tidak kesulitan menemukan pintu rahasia menuju Pavilyun Bulan Tersembunyi. Ia melakukan serangkaian segel tangan yang sama seperti yang dilakukan Yin Shan, dan pintu rahasia terbuka.Tangga spiral membawanya turun ke kedalaman bumi. Udara semakin dingin dan lembab, namun anehnya, semakin ke bawah, semakin terang cahaya yang menyambut.Pavilyun Bulan Tersembunyi ternyata sebuah struktur megah yang dibangun di bawah tanah. Pilar-pilar jade putih menyangga langit-langit yang dilukis dengan gambar bulan purnama dan ribuan bintang. Di tengah pavilyun, sebuah kolam cermin hitam memantulkan cahaya lilin, menciptakan ilusi bulan yang tenggelam dalam kegelapan.Rong Tian bergerak dengan hati-hati, menggunakan Teknik Penyembunyian Aura untuk menekan kehadirannya. Dari balik sebuah pilar, ia mengintip ke arah aula utama.Lima sosok duduk mengelilingi kolam cermin hitam. Empat di antaranya meng
Token itu terbuat dari jade putih dengan ukiran kuno yang berkilau kebiruan di bawah sinar bulan. "Dengarkan baik-baik. Kau harus pergi ke Pavilyun Bulan Tersembunyi malam ini juga, sebelum jam ketiga."Mata Yin Shan melebar, keterkejutan jelas terpancar. "Pavilyun Bulan Tersembunyi?â namun dia gembira. Dipercaya mendatangi langsung markas rahasia itu, membuat ada sedikit rasa bangga di hatinya."Ya, tempat pertemuan Aliansi Lima Misteri kami." Sosok bertopeng itu mengangguk, mata di balik topeng tengkoraknya berkilat seperti bintang malam."Kau akan menghadap langsung pada Tetua Agung, dan menyerahkan token ini. Ini adalah undangan untuk bergabung dalam perburuan pecahan peta harta karun Dinasti Xi Tian â pecahan peta yang kita cari-cari.""Aku mengerti... " Yin Shan berbisik, keterkejutan jelas di wajahnya yang masih memerah akibat arak."Menurut informasi terpercaya, pecahan peta berikutnya berada di Kota Benteng Utara, lokasi yang dipercaya sebagai bekas Dataran Jian Chaoâtempat p
Angin malam menyapu lembut wajah Yin Shan yang masih memerah.Aroma arak Osmanthus berumur seratus tahun yang baru dia teguk di Pavilyun Bunga Peony masih menguar dari tubuhnya, bercampur dengan wewangian bedak safron dan minyak bunga peach dari para selir penghibur yang baru saja menemaninya.Langkahnya sedikit sempoyongan saat ia melintasi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pinggiran Kota Bian Cheng, kota yang terkenal dengan perdagangan sutranya."Sialan, kenapa harus malam ini?" gumamnya sambil menyeka keringat di dahi dengan lengan jubah sutranya yang berwarna merah marun.Matanya yang setengah terpejam berusaha fokus pada sosok kecil berpakaian abu-abu yang bergerak cepat beberapa langkah di depannya, melompat ringan seperti burung walet di antara bayangan.Mata-mata ituâseorang pria kurus dengan bekas luka melintang di pipi kirinyaâsesekali menoleh, memastikan Yin Shan masih mengikuti. Wajahnya tanpa ekspresi seperti topeng kayu, kontras dengan wajah Yin Shan yang masih men
"Misi seperti apa, Gong-gong? Pasti sesuatu yang membutuhkan keberanian dan keterampilan luar biasa," tanya Yue Lin, suaranya terdengar sungguh-sungguh tertarik seperti kupu-kupu mendekati bunga beracun."Menghabisi mata-mata Zhao Wei," jawab Yin Shan dengan bangga berlebihan yang membuat Rong Tian ingin tertawa. "Tangan ini yang mencabut nyawanya! Satu gerakan Jurus Telapak Penghancur Jiwa, dan rohnya langsung terkirim ke Neraka Kedelapan Belas!"Rong Tian mendengarkan dengan penuh perhatian, setiap kata terukir dalam ingatannya seperti pahatan di batu giok. âZhao Weiâpria yang membawa peta harta karun Dinasti Xi Tian? Jadi dia begini ceritanya? Menarik...â"Gong-gong sungguh hebat dan tiada tanding," puji Yue Lin dengan nada kagum yang makin lama makin terdengar seperti racun bagi Rong Tian. "Tapi bukankah informasi seperti itu seharusnya dijaga kerahasiaannya seperti permata di mahkota raja?"Terdengar suara cawan keramik diletakkan keras ke meja kayu. "Tak ada yang perlu kutakutka
Saat itu..."Wajah Nona lebih indah dari Dewi Xi Wang Mu, jemari Nona lebih lincah dari Putri Langit Ketujuh yang menari di atas awan," puji Yin Shan, matanya memandang penuh nafsu pada Yue Lin yang kini duduk di hadapannya di Pavilyun Awan Ungu yang dihiasi lukisan-lukisan langka dan tirai sutra lima warna.Yue Lin hanya tersenyum tipis, jemarinya yang ramping dengan terampil menuangkan Arak Embun Pagi ke cawan giok Yin Shan. Gerakan tangannya begitu anggun, seolah-olah ia sedang memainkan sebuah melodi tanpa suara."Gong-gong terlalu memuji. Rendahan hanyalah daun kering yang terbawa angin takdir, kebetulan bisa memainkan sedikit nada untuk menghibur," jawabnya dengan suara merdu namun terdengar hampa."Jangan merendah. Aku tahu siapa dirimu sebenarnya," ujar Yin Shan dengan nada menggoda, qi-nya berfluktuasi karena pengaruh arak.Yue Lin tersentak, meski ekspresinya terkendali dengan baik seperti air danau yang tenang. "Apa maksud Gong-gong?""Maksudku," Yin Shan meneguk araknya, "