“Tunggu! Jangan bunuh dia!” teriak Rong Tian dengan suara yang penuh kekhawatiran. Tangannya terulur nampak ingin menghentikan Qi Yu. Tapi terlambat.Dalam pikirannya, Rong Tian tidak menyangka bahwa hanya karena masalah sepele—penyepelean Qi Yu sebagai gadis tak beruang—gadis saliran iblis itu sudah berniat menghabisi nyawa pemilik toko.Rong Tian merasa hal ini tak masuk akal. Baginya, hinaan dan cibiran semacam ini sudah biasa dia terima sejak kecil. Namun, Qi Yu tampaknya memiliki cara berpikir yang berbeda.Namun, teriakan peringatannya terlambat.Dari mulut Qi Yu, gadis itu meludah ke arah wajah pemilik toko. “Cuih!” Cairan ludahnya berwarna ungu gelap, tampak mengerikan. Ketika ludah itu mendarat di wajah pemilik toko, seketika suara lolongan keras menggema di dalam toko yang sempit.Pemilik toko itu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya terjatuh terduduk.Suara kesakitan mendominasi ruangan saat dia merasakan wajahnya terbakar seperti disiram api. Tampaknya,
Angin malam berhembus kencang, membawa serta aroma tanah dan dedaunan yang mulai layu. Daun-daun maple jatuh ke tanah, menciptakan lapisan permadani merah yang indah di bawah cahaya bintang yang redup.Suasana malam yang dingin dan sunyi seolah menjadi pendamping setia perjalanan Rong Tian dan Qi Yu menuju Puncak Gunung Qingyun.Faktanya, mereka berdua tidak menemui kesulitan dalam mendaki gunung. Ketika tiba di kaki gunung, tepatnya di gerbang Sekte Langit Murni, Qi Yu dengan cerdik menyapa para murid sekte yang berjaga di pintu gerbang.“Salam Tao untuk para murid Sekte Langit Murni,” ujar Qi Yu dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan.“Apakah kami berdua, Taoist pengelana ini, bisa bergabung di puncak gunung? Dengar-dengar akan terjadi perburuan untuk membasmi monster mengerikan aliran iblis—Raja Kelelawar Hitam. Sebagai Roque Kultivator, kami ingin bergabung dan menyumbang tenaga!”Suara dan kata-kata Qi Yu terdengar sangat saleh, ditambah dengan penampilannya yang menipu d
Pernah dijelaskan di bagian depan bahwa Mo Zhengsheng adalah murid pelataran luar Sekte Langit Murni. Meskipun dia sebenarnya tergabung dalam organisasi Kultivator Ekspedisi dan jasa pengantara barang, pada malam itu, Mo Zhengsheng bergabung dengan Sekte Tao.Mo Zhengsheng berharap dengan menunjukkan kesetiaannya kepada Sekte Langit Murni dan menyenangkan hati pemimpin sekte, dia akan mendapat manfaat. “Setidaknya aku menunjukkan kalau ingin membantu Sekte Langit Murni, menyenangkan hati pemimpin sekte!” pikirnya, penuh harap.Pikiranya masih melayang, fantasynya makin kemana-mana... “Siapa tahu, kalau siluman Kelelawar itu ditemukan sarangnya dan dihabisi, maka semua harta jarahan yang aku kawal malam itu dapat dikembalikan!” Mo Zhengsheng menarik napas lega saat membayangkan beban hutangnya bisa teratasi.Namun, ketika semua orang sedang berteriak, menyemangati Pemimpin Tian Zhang di panggung, mata Mo Zhengsheng menangkap sosok yang akrab, meski itu berasal dari ingatan lamanya.“Ro
Rong Tian bergegas turun melalui tali dari Kapal Roh, langkahnya cepat namun terukur.Di sisinya, pada tali yang lain, Qi Yu juga meluncur dengan gerakan lincah dan penuh percaya diri. Sebagai seniman bela diri, gadis itu memiliki kemampuan Qinggong yang mumpuni.Tubuhnya meluncur sehalus kapas, rambutnya berkibar ditiup angin, dan maskernya tersibak sesaat, memperlihatkan sisi wajahnya yang cantik tanpa noda. Tampak jelas bahwa Qi Yu sesungguhnya cukup rupawan.“Adik Rong... kamu tidak takut, bukan? Berhati-hatilah!” ucap Qi Yu, suaranya terdengar jelas meski diterpa angin yang kencang. Matanya menatap Rong Tian dengan ekspresi sedikit cemas, namun penuh keyakinan.Rong Tian, sebagai ahli waris Raja Kelelawar Hitam yang terkenal dengan kemampuan Qinggongnya, sesungguhnya dapat melompat dan melayang seolah terbang.Namun, dia tahu bahwa menunjukkan kemampuan yang luar biasa akan menarik perhatian yang tidak diinginkan. “Tapi itu tak mungkin. Semua kultivator akan menandai kalau aku be
Malam pun tiba, membawa ketenangan yang menipu di tengah gurun yang luas. Cahaya bulan sabit tampak di cakrawala, memancarkan sinar redup yang menerangi hamparan pasir.Langit malam ini sangatlah jernih, tanpa awan sehelai pun, seolah alam sedang mengawasi gerak-gerik manusia di bawahnya.Namun, ketenangan itu tidak dirasakan oleh para kultivator aliran Tao yang masih sibuk mencari lokasi penyimpanan warisan Raja Kelelawar Hitam.Keanehan, sekaligus peristiwa yang lucu, terjadi di tengah kerumunan kultivator. Ketika masing-masing dari mereka mengeluarkan peta Gurun Hadarac, harapan mereka untuk menemukan titik lokasi penyembunyian warisan Raja Kelelawar Hitam seketika berubah menjadi kebingungan dan kekacauan.“Mengapa kamu juga punya peta Gurun Hadarac? Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya seorang kultivator dengan suara penuh kecurigaan, matanya menyipit menatap peta yang dipegang rekannya.“Mengapa isi peta Gurun Hadaracmu berbeda dari punyaku? Bagaimana mungkin ada dua peta tapi
Didorong oleh rasa keserakahan dan keinginan untuk tidak ketinggalan, sembilan belas tokoh dari Sekte Langit Murni memutuskan untuk turun ke dasar Jurang The Abyss of Suffering.Suasana mencekam dan penuh persaingan terasa begitu kental di antara mereka. Angin dingin yang menusuk tulang menambah ketegangan, namun keserakahan mereka para kultivator itu jauh lebih kuat daripada rasa takut.Kesembilan belas kultivator itu ingin berdesak-desakan untuk turun melalui tali satu-satunya yang tersedia. Tali itu terlihat rapuh, namun tak satu pun dari mereka peduli.Mereka terlalu sibuk memikirkan harta karun yang mungkin menanti di bawah.+++Kembali mundur beberapa saat...Setelah Penatua Duan Meng turun tanpa kabar, percakapan mulai memanas di antara mereka yang masih di atas. Semua berdesakan ingin turun yang pertama.Salah satu kultivator, dengan suara yang terdengar ragu, berkata, “Tidakkah lebih baik jika kita antri satu demi satu? Takutnya kalau terjadi sesuatu. Tali putus misalnya. Buk
Mo Zhengsheng berteriak dengan ngeri, memperingatkan semua kultivator yang ada."Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam!"Suaranya memecah kegelapan, menggema di antara dinding-dinding jurang, saat semua praktisi melihat sosok-sosok zombie atau mayat hidup yang bergerak perlahan namun pasti menuju mereka.Aura para zombie terasa mengerikan, seolah ada sihir hitam yang menyelimuti, membuat para ahli itu terdiam ketakutan. Kengerian merayap di kulit mereka, seperti kabut dingin yang tak terlihat."Pasukan Mayat Hidup!" "Zombie!" teriak mereka serempak, ketakutan menyelimuti wajah-wajah mereka yang pucat.Di tengah kepanikan yang mencekam, Penatua Fan Liu berseru dengan lantang,"Semua keluarkan jimat penangkal mayat hidup! Ayo, semangat dan jangan terbuai oleh sihir jahat ini!"Dengan gerakan cepat yang terlatih, Fan Liu mengeluarkan tiga lembar kertas berwarna kuning dari balik jubahnya, terdapat tulisan rumit dan mantra kuno di atas talisman itu.Dengan mulut komat-kamit, Fan L
Sepuluh zombie melayang di udara, menciptakan suasana mencekam yang membuat para kultivator Tao merasakan ketakutan yang mendalam.Beberapa dari mereka tak mampu menahan diri dan berlari, bersembunyi di balik tebing curam, wajah mereka pucat, sementara detak jantung mereka bergemuruh dalam dada.“Lari!”“Aku belum ingin mati. Ayo bersembunyi!” teriak sekelompok kultivator yang panik.Mereka yang lari bersembunyi ini adalah murid-murid sekte pelataran dalam. Mereka merasa terjebak dalam ketakutan.Namun, di antara mereka, terdapat sekelompok kultivator yang tetap berani, termasuk Penatua Fan Liu. Dengan keyakinan, mereka mengeluarkan jimat pengusir setan dari saku jubah mereka.“Ayo bertindak lebih berani!” seru Fan Liu, suaranya menggema di antara dinding jurang. Ia mengucapkan mantra dengan jelas, meludahkan energi spiritual ke jimat di tangannya. Aura yang kuat dan energi spiritual bangkit, mengisi udara dengan getaran yang menegangkan.Para kultivator Tao tersisa, mereka para pembe
"Baiklah," Pemimpin Tian akhirnya berkata, suaranya memecah keheningan yang mencekam, bagai gema di lembah sunyi. "Jika Pemimpin An begitu ingin melihat Pedang Berhati Api, maka keinginanmu akan terpenuhi. Namun, ingatlah, setiap tindakan memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan."Namun, sebelum Pemimpin Tian sempat menyentuh kotak kayu hitam itu, sebelum ia sempat membuka rahasia yang tersimpan di dalamnya, An Ying tiba-tiba bergerak, bagai hantu yang melesat dalam kegelapan. Tanpa peringatan, tanpa tanda, ia mengayunkan telapak tangannya ke depan, gerakan yang begitu cepat hingga mata biasa tak mampu menangkapnya, hanya merasakan hembusan angin yang dingin."Teknik Tapak Bayangan Iblis!"Seketika, asap hitam pekat, bagai tinta yang tumpah, bergulung-gulung dari telapak tangannya, membentuk pusaran yang mengerikan, pusaran yang siap menelan segalanya. Asap itu bergerak, bagai makhluk hidup yang haus darah, melesat ke arah kotak kayu hitam dengan kecepatan yang luar biasa, bagai
Tiba-tiba, dari arah tenda para kultivator kelas tiga, sebuah bayangan hitam melesat dengan kecepatan luar biasa. Sosok itu bergerak bagaikan angin, meninggalkan jejak kabut tipis di belakangnya. Dalam sekejap mata, ia telah mendarat dengan anggun di tengah arena, tepat di hadapan Pemimpin Tian dan Wakil Pemimpin Zheng.Pria itu mengenakan jubah hitam dengan sulaman awan kelabu yang bergerak-gerak seperti hidup. Wajahnya yang tampan namun dingin dihiasi senyum mengejek. Rambutnya yang panjang terikat rapi dengan hiasan perak berbentuk tengkorak kecil. Ketika ia bergerak, aroma harum yang memabukkan menyebar ke seluruh arena, dibawa oleh hembusan angin yang tiba-tiba muncul."Pemimpin Sekte Bayangan Kegelapan!""An Ying!""Bagaimana mungkin dia berani datang ke sini?"Bisikan-bisikan ketakutan segera menyebar di seluruh arena. Para kultivator tingkat rendah mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dari aroma harum yang kini memenuhi udara.Para penatua dari berbagai sekte sege
Ketika ketegangan antara Mu Cai dan Guang Jiang mencapai puncaknya, suara lantang memecah keheningan, bagai guntur membelah langit, menghentikan badai yang nyaris meledak."Pemimpin Sekte Langit Murni, Yang Mulia Tian Zhang, dan Wakil Pemimpin Zheng Yunru memasuki podium kehormatan!"Suara protokoler bergema, mengguncang arena, memecah konsentrasi semua orang. Semua mata beralih dari konfrontasi yang nyaris meledak menuju podium utama, tempat para pemimpin sekte akan berdiri.Mu Cai dan Guang Jiang, yang siap bertarung, langsung menurunkan tangan, menarik kembali energi spiritual mereka, seolah tersadar dari mimpi buruk yang mengerikan.Dua ular emas milik Mu Cai menghilang, kembali ke jubahnya, seolah hanya khayalan belaka.Di tenda sekte kelas tiga, bisik-bisik mulai terdengar, bagai desiran angin yang membawa rahasia dari dunia lain."Lihat Pemimpin Tian! Auranya lebih kuat dari lukisan," bisik seorang pemuda, matanya tak berkedip, terpukau oleh kehadiran sang pemimpin."Ssst! Pemi
Dalam sekejap, dua ular berwarna emas muncul dari balik lengan jubahnya, bagai jelmaan iblis yang haus darah, berkilauan di bawah sinar matahari yang menyinari arena terbuka.Sisik mereka memantulkan cahaya bagai permata yang mematikan, mata mereka berkilat berbahaya dengan aura pembunuh yang dingin, seolah mereka adalah perwujudan dari kematian itu sendiri.Tubuh mereka bergerak secepat kilat, bagai sambaran petir yang membelah udara, melesat menuju Zhao Hua dengan taring beracun yang siap menancap, siap menghancurkan segalanya.Tepat ketika ular-ular itu hampir mencapai targetnya, ketika kematian sudah di depan mata, Mu Cai menghentikan tiupan seruling. Kedua ular emas itu membeku di udara, hanya beberapa inci dari wajah dan leher Zhao Hua, taring mereka berhenti hanya satu sentimeter dari kulit halus gadis itu.Hembusan racun mereka bahkan terasa mengikis kulitnya, seolah racun itu mampu melenyapkan segalanya.Wajah Zhao Hua seketika berubah pucat pasi, bagai kertas yang kehilangan
"Itu Mu Cai, pemimpin Suku Xuefeng," jawab seorang kultivator tua, suaranya dipenuhi rasa hormat. "Kecantikannya termasyhur di seluruh Benua Longhai. Konon, ia adalah titisan dewi!"Dalam sekejap, semua mata tertuju pada Mu Cai. Para pria menatapnya dengan kekaguman yang mendalam, sementara para wanita memandangnya dengan iri yang tersembunyi.Bahkan Guang Jiang, yang dikenal sebagai sosok yang sulit terkesan, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Matanya terus mengikuti sosok Mu Cai, seolah ia telah menemukan sebuah harta karun yang tak ternilai harganya.Zhao Hua, yang tadinya menjadi pusat perhatian, kini terlupakan, bagai debu yang tertiup angin. Wajahnya memerah karena cemburu dan amarah yang membara.Dia mencengkeram lengan Chang Zhong dengan kuat, kukunya yang tajam hampir menancap di kulit pemuda itu, menyalurkan rasa frustasinya."Apa hebatnya dia?" bisik Zhao Hua dengan nada sinis, suaranya dipenuhi dengki."Hanya karena dia dari Suku Xuefeng, semua orang memperlakukannya se
Rong Tian duduk tenang, menyatu dengan para kultivator Sekte Bintang Tiga. Jubah putihnya yang sederhana nyaris tak terlihat di tengah kerumunan, namun matanya yang tajam tak pernah berhenti mengamati, menelisik arena dengan tatapan setajam elang, menunggu saat acara dimulai.Sementara itu, di kaki Gunung Qingyun, tepat di area gerbang masuk, kekacauan merebak, menyebar bagai wabah. Para murid Sekte Langit Murni berkerumun, wajah mereka diliputi kepanikan yang mencekam."Lihat mereka!" teriak seorang murid, suaranya sarat ketakutan, menunjuk lima rekannya yang tergeletak tak berdaya di tanah. "Mereka tiba-tiba ambruk, tanpa sebab yang jelas!"Lima murid Sekte Langit Murni terbaring dengan wajah sepucat mayat, tubuh mereka bergetar hebat, seolah dihantam kekuatan tak kasat mata."Ini pasti serangan sihir gelap!" seru seorang murid senior, suaranya sarat amarah dan keputusasaan. "Hanya kultivator aliran iblis yang mampu melakukan serangan keji seperti ini!"Kepanikan menyebar bagai api
Fang Long tersenyum tipis, mengangguk dengan anggun. Dia mempersilakan rombongan menuju podium VIP di puncak arena, tempat para tamu terhormat akan duduk. Zhao Hua dan Chang Zhong berjalan di belakang, mendapatkan tempat istimewa di barisan depan.Begitu duduk, Zhao Hua langsung mengamati sekeliling dengan pandangan merendahkan, tatapannya menyapu seluruh arena dengan cermat. "Sungguh sederhana," gumamnya dengan suara cukup keras agar didengar semua orang. "Di Sekte Pedang Cahaya, kami tidak akan pernah menggelar acara seperti ini."Dia menyentuh kursi tempat duduknya dengan ujung jari, seolah-olah kursi itu kotor dan tak pantas untuk disentuh. "Dekorasi ini sungguh ala kadarnya. Tidak ada sentuhan keindahan sama sekali."Para murid Sekte Langit Murni mengepalkan tangan, menahan amarah yang membara di dalam dada mereka. Beberapa melirik Zhao Hua dengan tatapan membunuh, ingin segera membungkam mulutnya yang sombong.Guang Jiang, yang mendengar komentar Zhao Hua, justru tersenyum, seny
Pagi hari di Gunung Qingyun, diselimuti kabut tipis yang berembus lembut, dipenuhi kesibukan luar biasa. Para murid Sekte Langit Murni, bagaikan deretan bangau putih yang anggun, bersiap dengan jubah upacara kebesaran mereka. Warna putih bersih memantulkan cahaya matahari pagi, menciptakan pemandangan yang memesona. Mereka berbaris rapi di sepanjang jalan setapak menuju arena utama di puncak gunung, tempat perhelatan akbar akan dimulai. Seorang tamu dari Sekte Bintang Empat, bernama Liu Wei, berbisik kepada rekannya dari Sekte Bintang Tiga, Zhang Hui. "Lihatlah, para murid Sekte Langit Murni! Gerak-gerik mereka begitu luwes, penuh dengan disiplin!" Zhang Hui mengangguk setuju, matanya mengamati dengan seksama. "Para pria tampak gagah, bahu mereka tegap, tatapan mata penuh tekad. Sementara para wanita, mereka memancarkan keteguhan yang memesona, seolah mampu menaklukkan langit." Seorang murid wanita Sekte Langit Murni melintas, jubah putihnya berkibar anggun ditiup angin. Rambut hit
Rong Tian, yang duduk beberapa meja di belakang mereka, memasang telinga dengan seksama, perhatiannya sepenuhnya terfokus pada percakapan itu. Tangannya meremas cangkir teh, menciptakan retakan halus pada permukaannya, tanda bahwa pikirannya sedang bekerja keras."Apakah ini ada hubungannya dengan rencana Guru Negara?" batin Rong Tian, mata hitamnya berkilat penuh curiga, firasat buruk mulai menyelimutinya.Pengunjung rumah teh lainnya juga bergerak mendekat, rasa ingin tahu mengalahkan rasa malu. Seorang pedagang bertubuh gemuk menyeret kursinya lebih dekat, seorang wanita berpakaian sutra hijau pura-pura membenarkan sanggulnya sambil memasang telinga, mencoba menangkap setiap kata yang terucap.Kultivator bertubuh kurus itu, seolah tersulut api semangat, mulai bercerita dengan lebih bersemangat. "Huo Xin Jian bukanlah sekadar pedang biasa! Ia memiliki kesadaran spiritual yang setara dengan kultivator tingkat tinggi! Bahkan lebih!"Pria separuh baya dengan bekas luka di wajahnya meni