Malam pun tiba, membawa ketenangan yang menipu di tengah gurun yang luas. Cahaya bulan sabit tampak di cakrawala, memancarkan sinar redup yang menerangi hamparan pasir.Langit malam ini sangatlah jernih, tanpa awan sehelai pun, seolah alam sedang mengawasi gerak-gerik manusia di bawahnya.Namun, ketenangan itu tidak dirasakan oleh para kultivator aliran Tao yang masih sibuk mencari lokasi penyimpanan warisan Raja Kelelawar Hitam.Keanehan, sekaligus peristiwa yang lucu, terjadi di tengah kerumunan kultivator. Ketika masing-masing dari mereka mengeluarkan peta Gurun Hadarac, harapan mereka untuk menemukan titik lokasi penyembunyian warisan Raja Kelelawar Hitam seketika berubah menjadi kebingungan dan kekacauan.“Mengapa kamu juga punya peta Gurun Hadarac? Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya seorang kultivator dengan suara penuh kecurigaan, matanya menyipit menatap peta yang dipegang rekannya.“Mengapa isi peta Gurun Hadaracmu berbeda dari punyaku? Bagaimana mungkin ada dua peta tapi
Didorong oleh rasa keserakahan dan keinginan untuk tidak ketinggalan, sembilan belas tokoh dari Sekte Langit Murni memutuskan untuk turun ke dasar Jurang The Abyss of Suffering.Suasana mencekam dan penuh persaingan terasa begitu kental di antara mereka. Angin dingin yang menusuk tulang menambah ketegangan, namun keserakahan mereka para kultivator itu jauh lebih kuat daripada rasa takut.Kesembilan belas kultivator itu ingin berdesak-desakan untuk turun melalui tali satu-satunya yang tersedia. Tali itu terlihat rapuh, namun tak satu pun dari mereka peduli.Mereka terlalu sibuk memikirkan harta karun yang mungkin menanti di bawah.+++Kembali mundur beberapa saat...Setelah Penatua Duan Meng turun tanpa kabar, percakapan mulai memanas di antara mereka yang masih di atas. Semua berdesakan ingin turun yang pertama.Salah satu kultivator, dengan suara yang terdengar ragu, berkata, “Tidakkah lebih baik jika kita antri satu demi satu? Takutnya kalau terjadi sesuatu. Tali putus misalnya. Buk
Mo Zhengsheng berteriak dengan ngeri, memperingatkan semua kultivator yang ada."Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam!"Suaranya memecah kegelapan, menggema di antara dinding-dinding jurang, saat semua praktisi melihat sosok-sosok zombie atau mayat hidup yang bergerak perlahan namun pasti menuju mereka.Aura para zombie terasa mengerikan, seolah ada sihir hitam yang menyelimuti, membuat para ahli itu terdiam ketakutan. Kengerian merayap di kulit mereka, seperti kabut dingin yang tak terlihat."Pasukan Mayat Hidup!" "Zombie!" teriak mereka serempak, ketakutan menyelimuti wajah-wajah mereka yang pucat.Di tengah kepanikan yang mencekam, Penatua Fan Liu berseru dengan lantang,"Semua keluarkan jimat penangkal mayat hidup! Ayo, semangat dan jangan terbuai oleh sihir jahat ini!"Dengan gerakan cepat yang terlatih, Fan Liu mengeluarkan tiga lembar kertas berwarna kuning dari balik jubahnya, terdapat tulisan rumit dan mantra kuno di atas talisman itu.Dengan mulut komat-kamit, Fan L
Sepuluh zombie melayang di udara, menciptakan suasana mencekam yang membuat para kultivator Tao merasakan ketakutan yang mendalam.Beberapa dari mereka tak mampu menahan diri dan berlari, bersembunyi di balik tebing curam, wajah mereka pucat, sementara detak jantung mereka bergemuruh dalam dada.“Lari!”“Aku belum ingin mati. Ayo bersembunyi!” teriak sekelompok kultivator yang panik.Mereka yang lari bersembunyi ini adalah murid-murid sekte pelataran dalam. Mereka merasa terjebak dalam ketakutan.Namun, di antara mereka, terdapat sekelompok kultivator yang tetap berani, termasuk Penatua Fan Liu. Dengan keyakinan, mereka mengeluarkan jimat pengusir setan dari saku jubah mereka.“Ayo bertindak lebih berani!” seru Fan Liu, suaranya menggema di antara dinding jurang. Ia mengucapkan mantra dengan jelas, meludahkan energi spiritual ke jimat di tangannya. Aura yang kuat dan energi spiritual bangkit, mengisi udara dengan getaran yang menegangkan.Para kultivator Tao tersisa, mereka para pembe
Tanpa ragu, ia mencabut pedangnya. Dengan gerakan cepat, pedang itu melesat ke arah depan, saat salah satu sosok zombie melesat ke arahnya dengan kecepatan yang tak terduga.TSING! Pada saat pedang Fan Liu mendekati Zombie, ia tersadar akan kenyataan.“Ini—ini...” teriak Fan Liu, ketakutan menghimpitnya. “Zombie ini adalah Penatua Duan Meng. Rupanya dia sudah tewas!” tambahnya, mengayunkan serangan pedang Sekte Langit Murni dengan kekuatan penuh.TRANG!“Tangannya sekeras baja?” Fan Liu terbelalak dengan mulut terbuka lebar.Setelah kebangkitan kedua kalinya, zombie Duan Meng menjadi jauh lebih kuat. Tangan yang dulunya lembut kini sekeras baja, dan tinjunya mampu merobohkan satu gunung kecil.Akibat bentrokan antara senjata dan tangan zombie Duan Meng, isi dada Fan Liu berguncang hebat.“Kekuatan zombie meningkat jauh lebih besar dari sebelum tewas. Kultivasi Duan Meng ini menjadi tiga kali lebih kuat dari sebelumnya!” rasa takut menyelimuti setiap kata yang keluar dari bibirnya.Buk
Setelah menyelesaikan pembuatan monster-zombie, Rong Tian tersenyum puas. Karya yang dihasilkan dari usahanya memberikan kepuasan tersendiri.Namun, tiba-tiba, kebahagiaannya terhenti oleh suara peluit yang menggema di udara, memecah keheningan malam yang mencekam.PRIIIT!"Raja Kelelawar Hitam sudah muncul. Semua kultivator aliran Tao berkumpul!"Suara samar-samar dari atas jurang membuat Rong Tian mengernyit."Raja Kelelawar Palsu? Ini tak bisa dibiarkan!" pikirnya, rasa waspada menyelimuti hatinya.Rong Tian segera melambaikan tangannya, menyuruh pasukan zombie yang baru ia bentuk untuk menghilang. "Tunggu panggilanku dengan seruling! Datang secepatnya jika itu terjadi!"Dia lalu menendang tanah berpasir di dasar jurang.Jubah hitam yang lebar mengembang di belakangnya, dan alat mekanis di sepatu serta jubahnya mengangkat tubuh Rong Tian, membuatnya terbang melintasi udara, meninggalkan jejak bayangan di belakangnya.Setelah menapakkan kaki di atas pasir di tepi Abyss of Suffering,
"Kakak Qi Yu, siapa tokoh berpakaian hitam legam di atas panggung? Mengapa kamu bilang jangan bersuara? Apakah terjadi sesuatu yang mendesak?" tanya Rong Tian, matanya tajam menatap sosok misterius yang berdiri di atas panggung.Dia meneliti sosok berpakaian serba hitam itu dengan penuh curiga. Dalam hati, ia mencibir."Inikah yang mereka sebut-sebut Raja Kelelawar Hitam? Jubah dan armornya tampak palsu! Itu bukan armor spiritual, seperti yang aku dapatkan di Abyss of Conjuring. Tampaknya ada yang ingin tampil di panggung, menyamar menjadi Raja Kelelawar Hitam."Sementara itu, di tengah keheningan yang mencekam di Gurun Hadarac, suara dingin terdengar dari atas panggung.Raja Kelelawar Hitam itu bersuara dengan nada otoriter. "Kalian semua para Kultivator Aliran Tao, hari ini ada apa repot-repot datang ke Gurun Hadarac? Apa kalian berharap mendapatkan sedikit wasiat dari Raja Kelelawar terdahulu?" Suara tokoh Raja Kelelawar palsu itu terdengar mengejek, menambah keheningan di antara p
Rong Tian berlari kencang, melintasi pasir yang berputar menuju kaki tebing di panggung. Dadanya berdegup kencang, seolah mengikuti irama langkahnya.Meski dia mempraktikkan teknik iblis, prinsipnya adalah hanya membunuh mereka yang jahat, terutama yang memiliki dendam dengannya. "Tapi Raja Kelelawar Hitam palsu ini menyamar jadi diriku.!”“Tak ada yang pernah melihat wujudku sebelumnya, jadi bisa-bisa mereka mengira itu aku!" gumam Rong Tian dengan marah, matanya menatap tajam ke depan.Keadaan kacau balau di sekitarnya membuat efektivitas kemampuan Qinggong Rong Tian tersendat. Kerumunan yang panik dan berlarian membuatnya harus lebih berhati-hati, sehingga untuk mencapai tepi tebing, dibutuhkan waktu sedikit lebih lama.Suara lolongan ngeri terdengar saat anak panah menembus tubuh, menambah kekacauan. Para kultivator sibuk mencari jalan selamat, tak ada yang memerhatikan Rong Tian yang bergerak di antara bayang-bayang."Ini saatnya!" bisik Rong Tian sambil melempar jubah Raja Kelel
"Cukup!" pemimpin jubah hitam mengangkat tangannya."Inilah perjanjian kita: kami menyerahkan pecahan peta Dinasti Xi Tian, kalian memberikan lokasi persis Dataran Jin Cao."Udara di padang es semakin berat dengan tekanan qi yang saling beradu. Rong Tian menahan napas, akhirnya ada petunjuk tentang Dataran Jin Cao yang ia cari."Serahkan pecahan peta terlebih dahulu," tuntut pemimpin jubah putih, tangannya bergerak ke arah gagang pedang di punggungnya."Ah, tidak secepat itu," balas pemimpin jubah hitam."Beritahu kami lokasi Dataran Jin Cao, lalu kita lakukan pertukaran secara bersamaan."Hening sesaat. Ketegangan meningkat hingga butiran salju di sekitar mereka berubah menjadi kristal es karena tekanan qi yang meletup-letup."Baiklah," akhirnya sosok jubah putih menyetujui."Dataran Jin Cao terletak di lembah tersembunyi antara Tiga Puncak Bintang Utara, tepat di bawah Air Terjun Sembilan Naga."Rong Tian mengerutkan kening. ‘Tiga Puncak Bintang Utara?’‘Itu hanya legenda... omong
Langit Kota Benteng Utara berwarna kelabu, matahari tersembunyi di balik awan tebal yang mengancam menurunkan salju.Tiga hari telah berlalu sejak pembantaian di Hutan Xian Yun, namun bagi Rong Tian, waktu terasa berjalan begitu lambat. Ia duduk di atap sebuah penginapan kecil, jubah hitamnya berkibar pelan ditiup angin dingin dari utara.Dataran Jin Cao, Rong Tian menggumam dalam hati, matanya menyipit menatap cakrawala yang semakin gelap. Di mana tempat terkutuk itu berada?Tiga hari penuh ia menyusuri setiap sudut Kota Benteng Utara, menyamar sebagai pedagang biasa, mendengarkan percakapan di kedai arak, menyuap penjaga untuk informasi tentang pergerakan tidak biasa, bahkan memeriksa arsip-arsip tua di perpustakaan kota. Hasilnya? Nihil."Sial," gerutunya, kepalan tangannya menghantam genteng hingga retak.Keputusasaan mulai menggerogoti kesabarannya.Kota Benteng Utara terlihat begitu normal—para pedagang berdagang, penjaga kota berpatroli dengan malas, anak-anak bermain di jalan-
"Bicara," perintah Raja Kelelawar Hitam tanpa emosi, satu jarinya terangkat sedikit, membuat salah satu belati bayangan menggores pipi Alp Tegin, meninggalkan luka yang mengeluarkan darah hitam."Atau kematianmu akan berlangsung lama dan menyakitkan."Alp Tegin tertawa keras meski darah menetes dari mulutnya, sikap seorang prajurit sejati yang menolak menyerah."Kau terlambat, Raja Kelelawar Hitam. Pasukan utama sudah tiba tiga hari lalu. Putri Ayrin sendiri yang memimpin mereka dengan tiga ribu pasukan elite. Mereka mungkin sudah mencapai reruntuhan Dataran Jian Chao saat ini. Kami hanyalah pengalih perhatian jika terjadi masalah seperti ini."BOOM!Mata Raja Kelelawar Hitam melebar sedikit di balik topengnya, satu-satunya tanda keterkejutan yang ia tunjukkan. ‘Tiga hari lalu? Itu berarti ia telah salah perhitungan dan tertinggal jauh dari rencana.’"Dan kau ingin tahu yang paling lucu?" lanjut Alp Tegin dengan tawa lemah yang berubah menjadi batuk berdarah."Putri Ayrin mengatakan p
"Bertahan! Alirkan qi ke telinga kalian!" teriak Alp Tegin, sendiri berlutut menahan sakit luar biasa di kepalanya seperti ribuan jarum menusuk otaknya."Jangan biarkan qi jahat memasuki meridian kalian!"Namun perlawanan mereka semakin melemah, seperti lilin yang meleleh di bawah terik matahari. Di tengah kabut hitam, zombie Fan Liu mengalirkan qi jahat ke tangannya, membentuk cakar dari energi hitam yang berkilauan dengan simbol-simbol kuno."Jurus Cakar Setan!" sorak Raja Kelelawar Hitam, nada serulingnya mencapai puncak intensitas, mengirimkan perintah dengan energi spiritual ke setiap zombie di medan pertempuran.Fan Liu melesat maju dengan kecepatan mengerikan yang tidak sesuai dengan tubuhnya yang kaku, meninggalkan jejak bayangan hitam di belakangnya.Tangannya yang diperkuat qi iblis menebas barisan prajurit tanpa ampun. Lima prajurit terpotong sekaligus, tubuh mereka terbelah seperti terkena pedang pusaka tertajam, qi kehidupan mereka tersedot ke dalam cakar hitam Fan Liu."
Topeng giok hitam dengan ukiran iblis menutupi wajahnya, tangan lentiknya yang pucat bagai jade dingin memegang seruling tulang yang mengeluarkan melodi mengerikan — seruling iblis yang konon terbuat dari tulang mahluk terkutuk di Abyss of Suffering. Ekspresinya memucat..."Raja Kelelawar Hitam," desis Alp Tegin, matanya menyipit penuh kebencian. Tangannya menggenggam gagang pedang hingga buku-buku jarinya memutih. "Jadi kau dalang di balik semua ini. Pengguna ilmu hitam terlarang!"Nada seruling berubah, kini lebih agresif dan cepat seperti badai yang menerjang. Jiangshi Duan Meng mengangkat tangannya yang kaku, membentuk segel tangan rumit — Segel Sembilan Roh yang dilarang di dunia persilatan. Seketika, energi hitam keunguan berkumpul di sekitar telapak tangannya, berputar-putar seperti awan badai mini."SERANG!" teriak Alp Tegin, tidak ingin memberi kesempatan para jiangshi untuk menyelesaikan jurus mereka. Suaranya membelah malam seperti petir. WUSH!Lima puluh prajurit Keka
Bulan tampak purnama sempurna menggantung di langit malam bagai jade putih raksasa. Sinarnya menembus dedaunan Hutan Xian Yun di perbatasan Kota Benteng Utara. Pohon-pohon pinus kuno menjulang tinggi, beberapa di antaranya berusia ratusan tahun, menyimpan rahasia dan kisah dunia persilatan yang tak terhitung jumlahnya. Satu bulan telah berlalu sejak pertemuan rahasia di Pavilyun Bulan Tersembunyi, namun dampaknya baru mulai terasa saat ini. Angin malam bertiup dingin, membawa aroma darah yang menguar di udara, bercampur dengan wangi tanah lembab dan dedaunan yang basah oleh embun. Sinar rembulan jauh menimpa figur yang terkapar di tanah hutan, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang meliuk seperi ular di antara pepohonan. Hampir dua puluh prajurit dengan pakaian hitam khas Kekaisaran Matahari Emas tergeletak tak bernyawa. Wajah-wajah asing mereka membeku dalam ekspresi ketakutan. Perawakan mereka bertubuh tinggi, mata kelabu tajam bagai elang gurun, dan pedang melengkung kha
Saat itu, tubuh Rong Tian menegang. Darah di meridian spiritualnya berdesir cepat.Kekaisaran Jin Shuang—kerajaan terkuat di utara yang telah berkuasa selama lima ratus tahun. Jika kedua kekuatan ini bersekutu untuk menjatuhkannya..."Kau bicara tentang pemberontakan," ucap pemimpin bertopeng emas, suaranya kini serius seperti pedang yang baru diasah."Pengkhianatan terhadap Kaisar.""Saya bicara tentang... perubahan," koreksi Yue Lin dengan nada diplomatis."Pemimpin datang dan pergi. Dinasti bangkit dan jatuh. Bukankah itu hukum alam sejak zaman Tiga Kaisar dan Lima Raja? Dan siapa yang lebih pantas menggantikan Kekaisaran Jin Shuang selain... Aliansi Lima Misteri?"Keheningan panjang mengisi ruangan seperti kabut tebal.Rong Tian bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara, berat dan mencekam. Meski wajahnya tertutup topeng, bahasa tubuh pemimpin Aliansi menunjukkan pergolakan batin—antara kesetiaan pada kekaisaran dan godaan kekuasaan yang ditawarkan."Tawaran yang sangat.
Dari balik celah pintu ruyi berukir bulan purnama dan bintang, Rong Tian menahan napas. Tubuhnya menyatu dengan bayangan melalui teknik Yin Ying Gong (Seni Bayangan Tersembunyi), meridian spiritualnya berputar lambat untuk meminimalkan pancaran aura.Mata elangnya tak lepas dari pemandangan mencengangkan di hadapannya — Yue Lin, putri bungsu Kekaisaran Matahari Emas, berhadapan langsung dengan pemimpin Aliansi Lima Misteri.Niat awalnya, Rong Tian ingin menerobos dan menghancurkan pertemuan ini tertahan.Namun... Instingnya sebagai kultivator yang telah mencapai puncak tahap Kuasi Eliksir Emas membisikkan bahwa mengamati lebih lanjut akan memberinya keuntungan strategis yang lebih besar.Percakapan terjadi..."Sungguh mengesankan menemukan putri Khagan Matahari Emas menyusup ke markas rahasia kami," ujar sosok bertopeng emas dengan nada dingin bagai es abadi Gunung Kunlun, bangkit dari singgasana giok hitamnya."Apa tujuanmu sebenarnya?"Yue Lin membungkuk hormat dengan postur yi li s
Berbekal informasi yang ia dengar dari percakapan Yin Shan dengan Yue Lin beberapa hari lalu, Rong Tian tidak kesulitan menemukan pintu rahasia menuju Pavilyun Bulan Tersembunyi. Ia melakukan serangkaian segel tangan yang sama seperti yang dilakukan Yin Shan, dan pintu rahasia terbuka.Tangga spiral membawanya turun ke kedalaman bumi. Udara semakin dingin dan lembab, namun anehnya, semakin ke bawah, semakin terang cahaya yang menyambut.Pavilyun Bulan Tersembunyi ternyata sebuah struktur megah yang dibangun di bawah tanah. Pilar-pilar jade putih menyangga langit-langit yang dilukis dengan gambar bulan purnama dan ribuan bintang. Di tengah pavilyun, sebuah kolam cermin hitam memantulkan cahaya lilin, menciptakan ilusi bulan yang tenggelam dalam kegelapan.Rong Tian bergerak dengan hati-hati, menggunakan Teknik Penyembunyian Aura untuk menekan kehadirannya. Dari balik sebuah pilar, ia mengintip ke arah aula utama.Lima sosok duduk mengelilingi kolam cermin hitam. Empat di antaranya meng