Rasa panik melanda..."Apa yang..." Zhao Yun tiba-tiba merasakan tekanan luar biasa di punggungnya, seolah seluruh Gunung Kunlun runtuh dan menimpanya. Tulang-tulangnya berderak menyakitkan, meridian qi-nya yang kuat mendadak terasa tersumbat seperti sungai yang dibendung batu besar. Kakinya gemetar hebat, lututnya melemas seperti jeli, dan dalam hitungan detak jantung, ia sudah tengkurap di lantai kayu restoran dengan wajah menghantam permukaan keras dengan suara 'duk' yang menyakitkan."AAAARGHHH!" Jeritannya memenuhi seluruh ruangan, bergema hingga ke sudut-sudut terjauh restoran. "Punggungku! Ada sesuatu di punggungku! Berat sekali! Tolong... tolong aku!"Para pengunjung terkesiap, beberapa wanita bahkan menjerit ketakutan. Murid-murid Akademi Linchuan membelalakkan mata tidak percaya, wajah mereka pucat seperti kertas. Bagaimana mungkin Tuan Muda Zhao yang terkenal dengan "Telapak Penghancur Gunung" dan kekuatan qi internalnya yang luar biasa bisa terjatuh begitu saja, seper
Rong Tian hanya menatapnya dengan ekspresi tenang, seolah baru saja menyaksikan pertunjukan teh yang membosankan. Tidak ada kebanggaan, tidak ada ejekan, hanya ketenangan yang dalam seperti danau di puncak gunung. Ketenangan itulah yang justru membuat Nona Kelima semakin marah dan malu.Seluruh restoran kini sunyi seperti kuburan di tengah malam. Para pengunjung yang tadinya berani mencibir dan mengutuk kini berdiri mematung, wajah mereka pucat seperti kertas. Beberapa bahkan mundur hingga punggung mereka menempel ke dinding, seolah ingin menerobos tembok dan melarikan diri dari kehadiran pemuda misterius yang menakutkan ini."Dia... dia melelehkan jarum-jarum Nona Kelima seperti melelehkan es...""Itu teknik iblis tingkat tinggi... hanya kultivator yang telah mencapai Tahap Eliksir Emas yang bisa melakukannya...""Tapi dia terlihat begitu muda... tidak mungkin lebih dari delapan belas tahun..."Bisikan-bisikan ketakutan mengisi keheningan yang mencekam. Bahkan pemilik restoran, ya
Matahari senja menyirami jalanan berbatu Kota Tianzhou dengan cahaya keemasan yang lembut, menciptakan bayangan panjang dari bangunan megah yang berjajar rapi.Udara musim gugur terasa sejuk dan menyegarkan, membawa aroma daun maple yang mulai memerah dan bunga chrysanthemum yang mekar di taman kota.Rong Tian melangkah dengan tenang di sepanjang Jalan Bunga Perak, salah satu jalan utama di distrik perdagangan Kota Tianzhou. (Catatan Kereta kuda mereka titip di penginapan)Di belakangnya, Xiao Hu dan Lao Wang mengikuti dengan langkah sedikit tergesa, masih terpengaruh ketegangan dari konfrontasi di Restoran Sembilan Rasa Surgawi."Shizun," Xiao Hu berbisik, matanya masih melebar karena takjub dengan kekuatan yang baru saja ia saksikan."Apakah tidak apa-apa kita masih berada di kota ini? Mungkin kita sebaiknya...""Lapar tidak mengenal rasa takut, Xiao Hu," potong Rong Tian dengan suara tenang. Matanya yang tajam menelusuri deretan kedai dan rumah makan yang berjajar di sepanjang jala
"Dan itu membuat cerita tentang mereka semakin mengerikan," lanjut Rong Tian, matanya masih menatap ke luar jendela."Semakin sedikit orang melihat kultivator iblis yang sebenarnya, semakin liar imajinasi mereka tentang kekejaman dan keburukan kami."Xiao Hu terdiam, mencerna informasi ini. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia dilatih oleh seorang kultivator iblis, namun Shizun-nya tidak pernah menunjukkan kekejaman atau keburukan seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita mengerikan.Pelayan kembali dengan daftar hidangan, tangannya masih gemetar hebat."S-silakan pilih hidangan yang Tuan inginkan..."Rong Tian melirik daftar tersebut sekilas."Bebek Panggang Saus Plum Kerajaan, Sup Sarang Burung dengan Jamur Putih, dan Nasi Delapan Harta. Untuk minumnya, Arak Bunga Peach dari Gunung Kunlun."Pelayan itu mengangguk cepat dan segera berlari ke dapur, seolah takut berada terlalu lama di dekat mereka. Di sekitar mereka, para pengunjung mulai menghabiskan makanan mereka dengan tergesa
Tantangan itu membuat Penatua Wei terdiam sejenak.Ia bisa merasakan aura dingin yang memancar dari pemuda di hadapannya, sesuatu yang tidak biasa untuk kultivator seusianya. Namun, egonya terlalu besar untuk mundur di hadapan murid-muridnya."Baiklah, jika itu yang kau inginkan!" Penatua Wei mengambil posisi bertarung, energi qi biru keperakan mulai berputar di sekitar tubuhnya."Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan kau lupakan!"Dengan gerakan cepat, Penatua Wei melancarkan serangan pertama. Telapak tangannya yang besar bergerak dalam pola rumit, menciptakan gelombang qi yang melesat ke arah Rong Tian.Udara bergetar saat energi qi biru keperakan itu membelah ruangan, menghancurkan beberapa piring dan mangkuk yang berada di jalurnya."Telapak Awan Menggulung!" teriak Penatua Wei, suaranya penuh keyakinan.Rong Tian menatap gelombang energi yang mendekat dengan ekspresi tenang. Tidak ada ketakutan, tidak ada keraguan di matanya yang dalam. Bahkan tidak ada gerakan untuk meng
Rong Tian melangkah mundur ke bagian terdalam kamarnya dengan napas tersengal-sengal. Jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang. Suara kaki empat sosok tinggi besar mengenakan topeng terasa mengancam.Dia tahu, ini mungkin akan menjadi malam terakhirnya...>>> Kota Biramaki perlahan tenggelam dalam keheningan malam. Jalanan yang ramai tadi siang kini sepi, hanya diterangi oleh lentera-lentera temaram yang bergoyang ditiup angin.Suara langkah petugas penjaga malam berderap di kejauhan, mengumumkan bahwa waktu kentongan pertama telah tiba.Teng – teng – teng. Suara kentongan bergema, menandakan awal malam yang panjang.Namun, di sebuah kamar sempit dan sederhana di belakang rumah megah Wakil Menteri Adat dan Budaya Kekaisaran Bai Feng, Rong Tian masih terjaga. Kamar itu, meskipun kecil, menjadi saksi bisu kegelisahan yang menggerogoti hatinya.Hari ini, pengumuman ujian negara telah diumumkan, dan Rong Tian dinyatakan gagal.Sebagai anak kusir kereta wakil menteri, kehidup
Seperti yang sudah diperkirakan, perjalanan menuju Gurun Hadarac memakan waktu lebih dari satu minggu. Rong Tian hanya terdiam sepanjang perjalanan. Bagaimana mungkin dia bisa berbicara?Setiap kali mencoba mengemukakan pendapatnya, bukan hanya tamparan yang diterimanya, tetapi juga pukulan-pukulan keras yang membuat tubuhnya remuk.Akibatnya, wajahnya babak belur. Matanya bengkak, dan seluruh tubuhnya dipenuhi memar kebiruan. Kondisinya sungguh menyiksa.Ditambah lagi, tangannya diikat ke belakang, dan kakinya pun tak bisa bergerak bebas.“Tuan... aku lapar,” gumam Rong Tian dengan suara parau. Mulutnya terasa kaku, seolah ada sesuatu yang menghalanginya untuk berbicara dengan jelas.“Haha, kamu lapar? Anjing hina seperti kamu tak pantas menikmati makanan enak!” ejek salah satu pria berbaju hitam.Dengan gerakan kasar, dia melempar sepotong roti kukus yang sudah mengeras ke arah Rong Tian.Tawa riuh pun meledak di antara kawan-kawannya.Tak ada sedikit pun rasa iba saat mereka menyak
Rong Tian terjatuh ke atas gundukan tebal pasir yang terhampar di dasar jurang, Abyss of Suffering.Kejadian ini merupakan sebuah keberuntungan yang tak terduga, karena tumpukan pasir itu berhasil menyelamatkannya dari maut, atau setidaknya dari patah tulang yang fatal.Namun, rasa sakit yang tajam di perutnya segera mengingatkannya bahwa ia masih terperangkap dalam penderitaan yang tiada henti.Dengan tubuh yang dipenuhi luka, ia merangkak lemah, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya.Di sekelilingnya, puluhan pasang mata berkilauan memantulkan sinar yang tidak wajar, mengelilinginya seperti bayang-bayang yang tak terhindarkan, siap menerkam.“Serigala…” desahnya pelan dalam hati, perasaan putus asa mulai menyelimuti pikirannya. “Riwayatku habis sudah…”Dalam keputusasaan yang mencekam, Rong Tian meraih sesuatu yang ada di dekatnya. Namun, yang ia sentuh hanyalah pasir, kasar dan tak berarti.Ia merasakan kekosongan yang mendalam, kehampaan yang membuatnya semakin terperosok da
Tantangan itu membuat Penatua Wei terdiam sejenak.Ia bisa merasakan aura dingin yang memancar dari pemuda di hadapannya, sesuatu yang tidak biasa untuk kultivator seusianya. Namun, egonya terlalu besar untuk mundur di hadapan murid-muridnya."Baiklah, jika itu yang kau inginkan!" Penatua Wei mengambil posisi bertarung, energi qi biru keperakan mulai berputar di sekitar tubuhnya."Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan kau lupakan!"Dengan gerakan cepat, Penatua Wei melancarkan serangan pertama. Telapak tangannya yang besar bergerak dalam pola rumit, menciptakan gelombang qi yang melesat ke arah Rong Tian.Udara bergetar saat energi qi biru keperakan itu membelah ruangan, menghancurkan beberapa piring dan mangkuk yang berada di jalurnya."Telapak Awan Menggulung!" teriak Penatua Wei, suaranya penuh keyakinan.Rong Tian menatap gelombang energi yang mendekat dengan ekspresi tenang. Tidak ada ketakutan, tidak ada keraguan di matanya yang dalam. Bahkan tidak ada gerakan untuk meng
"Dan itu membuat cerita tentang mereka semakin mengerikan," lanjut Rong Tian, matanya masih menatap ke luar jendela."Semakin sedikit orang melihat kultivator iblis yang sebenarnya, semakin liar imajinasi mereka tentang kekejaman dan keburukan kami."Xiao Hu terdiam, mencerna informasi ini. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia dilatih oleh seorang kultivator iblis, namun Shizun-nya tidak pernah menunjukkan kekejaman atau keburukan seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita mengerikan.Pelayan kembali dengan daftar hidangan, tangannya masih gemetar hebat."S-silakan pilih hidangan yang Tuan inginkan..."Rong Tian melirik daftar tersebut sekilas."Bebek Panggang Saus Plum Kerajaan, Sup Sarang Burung dengan Jamur Putih, dan Nasi Delapan Harta. Untuk minumnya, Arak Bunga Peach dari Gunung Kunlun."Pelayan itu mengangguk cepat dan segera berlari ke dapur, seolah takut berada terlalu lama di dekat mereka. Di sekitar mereka, para pengunjung mulai menghabiskan makanan mereka dengan tergesa
Matahari senja menyirami jalanan berbatu Kota Tianzhou dengan cahaya keemasan yang lembut, menciptakan bayangan panjang dari bangunan megah yang berjajar rapi.Udara musim gugur terasa sejuk dan menyegarkan, membawa aroma daun maple yang mulai memerah dan bunga chrysanthemum yang mekar di taman kota.Rong Tian melangkah dengan tenang di sepanjang Jalan Bunga Perak, salah satu jalan utama di distrik perdagangan Kota Tianzhou. (Catatan Kereta kuda mereka titip di penginapan)Di belakangnya, Xiao Hu dan Lao Wang mengikuti dengan langkah sedikit tergesa, masih terpengaruh ketegangan dari konfrontasi di Restoran Sembilan Rasa Surgawi."Shizun," Xiao Hu berbisik, matanya masih melebar karena takjub dengan kekuatan yang baru saja ia saksikan."Apakah tidak apa-apa kita masih berada di kota ini? Mungkin kita sebaiknya...""Lapar tidak mengenal rasa takut, Xiao Hu," potong Rong Tian dengan suara tenang. Matanya yang tajam menelusuri deretan kedai dan rumah makan yang berjajar di sepanjang jala
Rong Tian hanya menatapnya dengan ekspresi tenang, seolah baru saja menyaksikan pertunjukan teh yang membosankan. Tidak ada kebanggaan, tidak ada ejekan, hanya ketenangan yang dalam seperti danau di puncak gunung. Ketenangan itulah yang justru membuat Nona Kelima semakin marah dan malu.Seluruh restoran kini sunyi seperti kuburan di tengah malam. Para pengunjung yang tadinya berani mencibir dan mengutuk kini berdiri mematung, wajah mereka pucat seperti kertas. Beberapa bahkan mundur hingga punggung mereka menempel ke dinding, seolah ingin menerobos tembok dan melarikan diri dari kehadiran pemuda misterius yang menakutkan ini."Dia... dia melelehkan jarum-jarum Nona Kelima seperti melelehkan es...""Itu teknik iblis tingkat tinggi... hanya kultivator yang telah mencapai Tahap Eliksir Emas yang bisa melakukannya...""Tapi dia terlihat begitu muda... tidak mungkin lebih dari delapan belas tahun..."Bisikan-bisikan ketakutan mengisi keheningan yang mencekam. Bahkan pemilik restoran, ya
Rasa panik melanda..."Apa yang..." Zhao Yun tiba-tiba merasakan tekanan luar biasa di punggungnya, seolah seluruh Gunung Kunlun runtuh dan menimpanya. Tulang-tulangnya berderak menyakitkan, meridian qi-nya yang kuat mendadak terasa tersumbat seperti sungai yang dibendung batu besar. Kakinya gemetar hebat, lututnya melemas seperti jeli, dan dalam hitungan detak jantung, ia sudah tengkurap di lantai kayu restoran dengan wajah menghantam permukaan keras dengan suara 'duk' yang menyakitkan."AAAARGHHH!" Jeritannya memenuhi seluruh ruangan, bergema hingga ke sudut-sudut terjauh restoran. "Punggungku! Ada sesuatu di punggungku! Berat sekali! Tolong... tolong aku!"Para pengunjung terkesiap, beberapa wanita bahkan menjerit ketakutan. Murid-murid Akademi Linchuan membelalakkan mata tidak percaya, wajah mereka pucat seperti kertas. Bagaimana mungkin Tuan Muda Zhao yang terkenal dengan "Telapak Penghancur Gunung" dan kekuatan qi internalnya yang luar biasa bisa terjatuh begitu saja, seper
Suasana di Restoran Sembilan Rasa Surgawi berubah secepat awan musim panas yang tertiup angin kencang. Para pengunjung yang semula menikmati hidangan lezat dengan tenang kini berdiri, berkerumun, dan menunjukkan wajah tidak senang. Bisikan-bisikan halus berubah menjadi gumaman keras, lalu teriakan penuh kemarahan yang ditujukan pada tiga orang asing yang berani menentang murid-murid Akademi Linchuan."Sungguh tidak tahu diri! Berani sekali menentang Tuan Muda Zhao Yun!" seorang pedagang gemuk dengan jubah sutra berwarna hijau tua berseru, sumpit masih tergenggam di tangannya yang gemuk.Seorang wanita paruh baya dengan perhiasan jade yang berkilauan mengangguk setuju. "Lihat pakaian mereka. Seperti 'katak di dasar sumur yang tidak pernah melihat luasnya samudra'. Pasti orang kampung yang tidak tahu aturan.""Mereka pasti tidak tahu siapa Nona Kelima dari Istana Timur," tambah seorang pejabat dengan topi resmi. "Bahkan Gubernur Provinsi Barat harus membungkuk tiga kali di hadapannya!
Karena lapar, Rong Tian memilih untuk mampir di sebuah restoran bernama "Sembilan Rasa Surgawi" di distrik tengah kota. Ini adalah restoran bertingkat tiga ini terkenal dengan hidangan khasnya—bebek panggang dengan saus plum yang konon bisa membuat orang biasa merasakan sensasi qi seperti kultivator selama beberapa saat."Kita akan makan di lantai dua," kata Rong Tian pada kusir mereka, seorang pria paruh baya bernama Lao Wang yang telah menemani mereka sejak Kota Xingguang. "Pemandangannya lebih baik dari sana," katanya.Xiao Hu sebagai anak dari kota kecil di Kekaisaran Bai Feng, kini di ibukota sebuha negri yang modern, seketika ia diliputi rasa antusias."Aku ingin makan yang banyak... Daging setengah kati, pasti akan aku lahap," ujarnya dengan ekspresi sedikit rakus. Tapi Rong Tian hanya tertawa, dan kusir kereta hanya menggelengkan kepala.Mereka bertiga memasuki restoran yang ramai pada saat itu penuh dengan konsumen, seiring jam makan siang. Lantai satu hampir penuh, dengan
Jika Kekaisaran Bai Feng di wilayah barat adalah tanah kontras yang tajam — antara kemiskinan yang mencekik dan kemewahan yang membutakan — maka Kekaisaran Tian Yuan di Dataran Tengah adalah lukisan harmoni yang sempurna. Jalan-jalan berbatu yang rata dan bersih, rumah-rumah bertingkat dengan atap melengkung yang indah, dan taman-taman yang tertata rapi dengan pavilion-pavilion anggun di setiap sudut kota.Rong Tian dan Xiao Hu berdiri di atas bukit kecil, memandang hamparan sawah yang menguning di kejauhan. Petani-petani bekerja dengan gembira, menggunakan alat-alat pertanian yang jauh lebih maju dibanding di Kekaisaran Bai Feng. Bahkan sistem irigasi mereka menggunakan roda air yang digerakkan oleh energi qi, memungkinkan air mengalir melawan gravitasi ke ladang-ladang yang lebih tinggi."Shizun, lihat itu!" Xiao Hu menunjuk ke arah sebuah kereta yang bergerak tanpa kuda, didorong oleh mekanisme rumit dengan formasi qi yang berpendar kebiruan. "Para ahli dan tenaga teknis meranc
Pertarungan meningkat intensitasnya. Empat belas kultivator tingkat tinggi melawan satu Raja Kelelawar Hitam. Mereka bergerak begitu cepat hingga mata biasa hanya bisa melihat kilatan cahaya dan bayangan yang saling berkejaran. Pohon-pohon willow tercabik, batu-batu hancur, permukaan kolam beriak liar seolah dilanda badai.Namun, meski jumlahnya jauh lebih banyak, keempat belas kultivator itu kesulitan mendaratkan serangan berarti pada Raja Kelelawar Hitam. Sosok iblis kelelawar ini bergerak seperti hantu di antara mereka, muncul dan menghilang sesuka hati, melancarkan serangan yang mematikan lalu menghilang sebelum serangan balasan datang."Empat belas melawan satu, dan kalian masih kesulitan?" Raja Kelelawar Hitam tertawa, suaranya bergema dari segala arah. "Sungguh memalukan. Bahkan anak kecil di pasar bisa menghitung lebih baik dari kemampuan kalian bertarung."Salah satu Pengawal Bayangan—wanita dengan cambuk berduri—menggeram marah. "Berhenti bermain-main dan hadapi kami den