Cahaya senja menyinari meja kayu tempat Rong Tian dan Xiao Hu masih duduk dengan tenang. Hidangan yang tadinya mengepul panas kini sudah dingin, tersentuh hanya sedikit. Kejadian dengan Penatua Wei telah menghilangkan selera makan mereka, meski Rong Tian tetap menikmati Arak Bunga Peach dengan ketenangan yang kontras dengan ketegangan di sekitarnya."Kita berangkat malam ini juga," ucap Rong Tian setelah meletakkan cawan araknya. Matanya menatap keluar jendela, mengamati langit yang mulai berubah warna dari jingga keemasan menjadi ungu kemerahan. "Tidak bijaksana berlama-lama di kota yang tidak bersahabat."Xiao Hu mengangguk cepat, masih terpesona dengan kekuatan Shizun-nya yang baru saja ia saksikan. "Ke mana kita akan pergi, Shizun?""Kota Fengluo," jawab Rong Tian singkat. "Kita harus tiba sebelum perhelatan di Sekte Hehuan dimulai."Lao Wang, yang sejak tadi diam dengan wajah pucat, akhirnya bersuara. "Saya akan mengambil kereta di penginapan, Tuan. Kita sudah membayar untuk
Long Jian menatap Rong Tian dengan tatapan menilai. Keheningan yang mencekam menyelimuti jalan itu selama beberapa saat, hanya diinterupsi oleh suara angin yang masih bertiup kencang."Anda berbicara dengan baik, tuan muda," ucap Long Jian akhirnya. "Tapi kata-kata tidak selalu mencerminkan kebenaran. Mari kita lihat apakah kekuatan Anda sehebat mulut Anda."Tanpa peringatan, Long Jian menggerakkan tangannya dalam gerakan cepat yang hampir tidak terlihat oleh mata biasa. Telapak tangannya mendorong udara kosong di hadapannya, namun efeknya luar biasa. Gelombang qi biru keperakan melesat ke arah Rong Tian dengan kecepatan luar biasa, membuat udara bergetar dan tanah di bawahnya retak."Telapak Langit Runtuh," bisik Long Jian, suaranya hampir tidak terdengar.Serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan batu granit, bahkan membuat kultivator Tahap Eliksir Emas level satu terluka parah. Long Jian jelas berharap untuk mempermalukan pemuda lancang di hadapannya, membuktikan bahwa ada ja
Malam telah merangkak naik di langit Kota Tianzhou, menyelimuti jalanan dengan kegelapan yang hanya diterangi oleh lentera-lentera yang bergoyang pelan tertiup angin.Bintang-bintang berkilauan di langit seperti permata yang ditaburkan di atas kain beludru hitam, menyaksikan dalam diam saat kereta kayu berukir dengan empat kuda hitam perkasa melaju keluar dari gerbang utara kota.Rong Tian duduk dengan tenang di dalam kereta, matanya terpejam seolah bermeditasi. Di hadapannya, Xiao Hu masih terjaga, sesekali melirik keluar jendela dengan waspada.Kejadian dengan Guru Negara Long Jian beberapa jam lalu masih membekas jelas dalam ingatannya, menciptakan campuran rasa kagum dan kekhawatiran yang tidak bisa ia sembunyikan."Shizun," Xiao Hu akhirnya memberanikan diri memecah keheningan. "Apakah Guru Negara Long Jian benar-benar akan mencari kita di Sekte Hehuan?"Rong Tian membuka matanya perlahan, cahaya bulan yang menembus jendela kereta menciptakan kilau misterius di matanya yang dalam
Xiao Hu menatap gurunya dengan bingung."Menghindar? Tapi bukankah mereka perampok? Kereta kita ditarik empat kuda perkasa, jelas menunjukkan bahwa kita bukan orang biasa. Seharusnya mereka justru tertarik, bukan?""Seperti kata pepatah, 'bahkan harimau pun tahu kapan harus mundur'," jawab Rong Tian, masih menatap ke luar jendela."Ada sesuatu yang tidak kita ketahui."Perjalanan mereka berlanjut tanpa gangguan, melewati hutan-hutan lebat, sungai-sungai jernih, dan lembah-lembah hijau yang membentang luas.Dua hari berlalu dengan damai, tanpa satu pun perampok atau bandit yang berani menghadang mereka. Fenomena yang sangat tidak biasa untuk jalur perdagangan yang terkenal berbahaya ini.Pada sore hari ketiga, mereka akhirnya melihat tembok tinggi Kota Fengluo di kejauhan. Kota ini, yang terletak di kaki Gunung Fengluo, adalah pusat perdagangan dan kultivasi terbesar di bagian utara Dataran Tengah.Tembok kotanya yang tinggi dan kokoh dilapisi formasi perlindungan yang berpendar kebiru
Rong Tian melangkah mundur ke bagian terdalam kamarnya dengan napas tersengal-sengal. Jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang. Suara kaki empat sosok tinggi besar mengenakan topeng terasa mengancam.Dia tahu, ini mungkin akan menjadi malam terakhirnya...>>> Kota Biramaki perlahan tenggelam dalam keheningan malam. Jalanan yang ramai tadi siang kini sepi, hanya diterangi oleh lentera-lentera temaram yang bergoyang ditiup angin.Suara langkah petugas penjaga malam berderap di kejauhan, mengumumkan bahwa waktu kentongan pertama telah tiba.Teng – teng – teng. Suara kentongan bergema, menandakan awal malam yang panjang.Namun, di sebuah kamar sempit dan sederhana di belakang rumah megah Wakil Menteri Adat dan Budaya Kekaisaran Bai Feng, Rong Tian masih terjaga. Kamar itu, meskipun kecil, menjadi saksi bisu kegelisahan yang menggerogoti hatinya.Hari ini, pengumuman ujian negara telah diumumkan, dan Rong Tian dinyatakan gagal.Sebagai anak kusir kereta wakil menteri, kehidup
Seperti yang sudah diperkirakan, perjalanan menuju Gurun Hadarac memakan waktu lebih dari satu minggu. Rong Tian hanya terdiam sepanjang perjalanan. Bagaimana mungkin dia bisa berbicara?Setiap kali mencoba mengemukakan pendapatnya, bukan hanya tamparan yang diterimanya, tetapi juga pukulan-pukulan keras yang membuat tubuhnya remuk.Akibatnya, wajahnya babak belur. Matanya bengkak, dan seluruh tubuhnya dipenuhi memar kebiruan. Kondisinya sungguh menyiksa.Ditambah lagi, tangannya diikat ke belakang, dan kakinya pun tak bisa bergerak bebas.“Tuan... aku lapar,” gumam Rong Tian dengan suara parau. Mulutnya terasa kaku, seolah ada sesuatu yang menghalanginya untuk berbicara dengan jelas.“Haha, kamu lapar? Anjing hina seperti kamu tak pantas menikmati makanan enak!” ejek salah satu pria berbaju hitam.Dengan gerakan kasar, dia melempar sepotong roti kukus yang sudah mengeras ke arah Rong Tian.Tawa riuh pun meledak di antara kawan-kawannya.Tak ada sedikit pun rasa iba saat mereka menyak
Rong Tian terjatuh ke atas gundukan tebal pasir yang terhampar di dasar jurang, Abyss of Suffering.Kejadian ini merupakan sebuah keberuntungan yang tak terduga, karena tumpukan pasir itu berhasil menyelamatkannya dari maut, atau setidaknya dari patah tulang yang fatal.Namun, rasa sakit yang tajam di perutnya segera mengingatkannya bahwa ia masih terperangkap dalam penderitaan yang tiada henti.Dengan tubuh yang dipenuhi luka, ia merangkak lemah, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya.Di sekelilingnya, puluhan pasang mata berkilauan memantulkan sinar yang tidak wajar, mengelilinginya seperti bayang-bayang yang tak terhindarkan, siap menerkam.“Serigala…” desahnya pelan dalam hati, perasaan putus asa mulai menyelimuti pikirannya. “Riwayatku habis sudah…”Dalam keputusasaan yang mencekam, Rong Tian meraih sesuatu yang ada di dekatnya. Namun, yang ia sentuh hanyalah pasir, kasar dan tak berarti.Ia merasakan kekosongan yang mendalam, kehampaan yang membuatnya semakin terperosok da
Ternyata, untuk membuka peti kecil itu, Rong Tian tidak memerlukan tenaga besar atau keterampilan khusus.“Semoga ini berhasil,” gumamnya pelan, menekan tombol panel di peti dengan hati-hati. Bunyi ‘Klik’ terdengar seiring dengan pergerakan mekanisme di dalamnya, menandakan bahwa peti itu siap terbuka.Saat tutup peti terangkat, aura kuno yang pekat, ditambah dengan bau lembap yang sangat tua, langsung tercium.Rong Tian menarik napas dalam-dalam, merasakan betapa tuanya benda ini. Ia mengangkat penutupnya dengan gerakan cekatan, seolah khawatir jika gerakan yang salah akan merusak benda berharga di dalamnya.Cahaya temaram menyinari isi peti, menampakkan sebuah busana yang sudah lama namun tidak rusak tersembunyi di bagian paling atas.Rong Tian mengangkat benda itu dengan hati-hati. Sebuah jubah hitam dengan motif rumit berwarna emas di tiap sisi.Jubah panjang dan lembut itu terasa lentur di tangannya, seakan mengundang untuk segera dikenakan."Busana ini... terlihat penuh misteri,
Xiao Hu menatap gurunya dengan bingung."Menghindar? Tapi bukankah mereka perampok? Kereta kita ditarik empat kuda perkasa, jelas menunjukkan bahwa kita bukan orang biasa. Seharusnya mereka justru tertarik, bukan?""Seperti kata pepatah, 'bahkan harimau pun tahu kapan harus mundur'," jawab Rong Tian, masih menatap ke luar jendela."Ada sesuatu yang tidak kita ketahui."Perjalanan mereka berlanjut tanpa gangguan, melewati hutan-hutan lebat, sungai-sungai jernih, dan lembah-lembah hijau yang membentang luas.Dua hari berlalu dengan damai, tanpa satu pun perampok atau bandit yang berani menghadang mereka. Fenomena yang sangat tidak biasa untuk jalur perdagangan yang terkenal berbahaya ini.Pada sore hari ketiga, mereka akhirnya melihat tembok tinggi Kota Fengluo di kejauhan. Kota ini, yang terletak di kaki Gunung Fengluo, adalah pusat perdagangan dan kultivasi terbesar di bagian utara Dataran Tengah.Tembok kotanya yang tinggi dan kokoh dilapisi formasi perlindungan yang berpendar kebiru
Malam telah merangkak naik di langit Kota Tianzhou, menyelimuti jalanan dengan kegelapan yang hanya diterangi oleh lentera-lentera yang bergoyang pelan tertiup angin.Bintang-bintang berkilauan di langit seperti permata yang ditaburkan di atas kain beludru hitam, menyaksikan dalam diam saat kereta kayu berukir dengan empat kuda hitam perkasa melaju keluar dari gerbang utara kota.Rong Tian duduk dengan tenang di dalam kereta, matanya terpejam seolah bermeditasi. Di hadapannya, Xiao Hu masih terjaga, sesekali melirik keluar jendela dengan waspada.Kejadian dengan Guru Negara Long Jian beberapa jam lalu masih membekas jelas dalam ingatannya, menciptakan campuran rasa kagum dan kekhawatiran yang tidak bisa ia sembunyikan."Shizun," Xiao Hu akhirnya memberanikan diri memecah keheningan. "Apakah Guru Negara Long Jian benar-benar akan mencari kita di Sekte Hehuan?"Rong Tian membuka matanya perlahan, cahaya bulan yang menembus jendela kereta menciptakan kilau misterius di matanya yang dalam
Long Jian menatap Rong Tian dengan tatapan menilai. Keheningan yang mencekam menyelimuti jalan itu selama beberapa saat, hanya diinterupsi oleh suara angin yang masih bertiup kencang."Anda berbicara dengan baik, tuan muda," ucap Long Jian akhirnya. "Tapi kata-kata tidak selalu mencerminkan kebenaran. Mari kita lihat apakah kekuatan Anda sehebat mulut Anda."Tanpa peringatan, Long Jian menggerakkan tangannya dalam gerakan cepat yang hampir tidak terlihat oleh mata biasa. Telapak tangannya mendorong udara kosong di hadapannya, namun efeknya luar biasa. Gelombang qi biru keperakan melesat ke arah Rong Tian dengan kecepatan luar biasa, membuat udara bergetar dan tanah di bawahnya retak."Telapak Langit Runtuh," bisik Long Jian, suaranya hampir tidak terdengar.Serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan batu granit, bahkan membuat kultivator Tahap Eliksir Emas level satu terluka parah. Long Jian jelas berharap untuk mempermalukan pemuda lancang di hadapannya, membuktikan bahwa ada ja
Cahaya senja menyinari meja kayu tempat Rong Tian dan Xiao Hu masih duduk dengan tenang. Hidangan yang tadinya mengepul panas kini sudah dingin, tersentuh hanya sedikit. Kejadian dengan Penatua Wei telah menghilangkan selera makan mereka, meski Rong Tian tetap menikmati Arak Bunga Peach dengan ketenangan yang kontras dengan ketegangan di sekitarnya."Kita berangkat malam ini juga," ucap Rong Tian setelah meletakkan cawan araknya. Matanya menatap keluar jendela, mengamati langit yang mulai berubah warna dari jingga keemasan menjadi ungu kemerahan. "Tidak bijaksana berlama-lama di kota yang tidak bersahabat."Xiao Hu mengangguk cepat, masih terpesona dengan kekuatan Shizun-nya yang baru saja ia saksikan. "Ke mana kita akan pergi, Shizun?""Kota Fengluo," jawab Rong Tian singkat. "Kita harus tiba sebelum perhelatan di Sekte Hehuan dimulai."Lao Wang, yang sejak tadi diam dengan wajah pucat, akhirnya bersuara. "Saya akan mengambil kereta di penginapan, Tuan. Kita sudah membayar untuk
Tantangan itu membuat Penatua Wei terdiam sejenak.Ia bisa merasakan aura dingin yang memancar dari pemuda di hadapannya, sesuatu yang tidak biasa untuk kultivator seusianya. Namun, egonya terlalu besar untuk mundur di hadapan murid-muridnya."Baiklah, jika itu yang kau inginkan!" Penatua Wei mengambil posisi bertarung, energi qi biru keperakan mulai berputar di sekitar tubuhnya."Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan kau lupakan!"Dengan gerakan cepat, Penatua Wei melancarkan serangan pertama. Telapak tangannya yang besar bergerak dalam pola rumit, menciptakan gelombang qi yang melesat ke arah Rong Tian.Udara bergetar saat energi qi biru keperakan itu membelah ruangan, menghancurkan beberapa piring dan mangkuk yang berada di jalurnya."Telapak Awan Menggulung!" teriak Penatua Wei, suaranya penuh keyakinan.Rong Tian menatap gelombang energi yang mendekat dengan ekspresi tenang. Tidak ada ketakutan, tidak ada keraguan di matanya yang dalam. Bahkan tidak ada gerakan untuk meng
"Dan itu membuat cerita tentang mereka semakin mengerikan," lanjut Rong Tian, matanya masih menatap ke luar jendela."Semakin sedikit orang melihat kultivator iblis yang sebenarnya, semakin liar imajinasi mereka tentang kekejaman dan keburukan kami."Xiao Hu terdiam, mencerna informasi ini. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia dilatih oleh seorang kultivator iblis, namun Shizun-nya tidak pernah menunjukkan kekejaman atau keburukan seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita mengerikan.Pelayan kembali dengan daftar hidangan, tangannya masih gemetar hebat."S-silakan pilih hidangan yang Tuan inginkan..."Rong Tian melirik daftar tersebut sekilas."Bebek Panggang Saus Plum Kerajaan, Sup Sarang Burung dengan Jamur Putih, dan Nasi Delapan Harta. Untuk minumnya, Arak Bunga Peach dari Gunung Kunlun."Pelayan itu mengangguk cepat dan segera berlari ke dapur, seolah takut berada terlalu lama di dekat mereka. Di sekitar mereka, para pengunjung mulai menghabiskan makanan mereka dengan tergesa
Matahari senja menyirami jalanan berbatu Kota Tianzhou dengan cahaya keemasan yang lembut, menciptakan bayangan panjang dari bangunan megah yang berjajar rapi.Udara musim gugur terasa sejuk dan menyegarkan, membawa aroma daun maple yang mulai memerah dan bunga chrysanthemum yang mekar di taman kota.Rong Tian melangkah dengan tenang di sepanjang Jalan Bunga Perak, salah satu jalan utama di distrik perdagangan Kota Tianzhou. (Catatan Kereta kuda mereka titip di penginapan)Di belakangnya, Xiao Hu dan Lao Wang mengikuti dengan langkah sedikit tergesa, masih terpengaruh ketegangan dari konfrontasi di Restoran Sembilan Rasa Surgawi."Shizun," Xiao Hu berbisik, matanya masih melebar karena takjub dengan kekuatan yang baru saja ia saksikan."Apakah tidak apa-apa kita masih berada di kota ini? Mungkin kita sebaiknya...""Lapar tidak mengenal rasa takut, Xiao Hu," potong Rong Tian dengan suara tenang. Matanya yang tajam menelusuri deretan kedai dan rumah makan yang berjajar di sepanjang jala
Rong Tian hanya menatapnya dengan ekspresi tenang, seolah baru saja menyaksikan pertunjukan teh yang membosankan. Tidak ada kebanggaan, tidak ada ejekan, hanya ketenangan yang dalam seperti danau di puncak gunung. Ketenangan itulah yang justru membuat Nona Kelima semakin marah dan malu.Seluruh restoran kini sunyi seperti kuburan di tengah malam. Para pengunjung yang tadinya berani mencibir dan mengutuk kini berdiri mematung, wajah mereka pucat seperti kertas. Beberapa bahkan mundur hingga punggung mereka menempel ke dinding, seolah ingin menerobos tembok dan melarikan diri dari kehadiran pemuda misterius yang menakutkan ini."Dia... dia melelehkan jarum-jarum Nona Kelima seperti melelehkan es...""Itu teknik iblis tingkat tinggi... hanya kultivator yang telah mencapai Tahap Eliksir Emas yang bisa melakukannya...""Tapi dia terlihat begitu muda... tidak mungkin lebih dari delapan belas tahun..."Bisikan-bisikan ketakutan mengisi keheningan yang mencekam. Bahkan pemilik restoran, ya
Rasa panik melanda..."Apa yang..." Zhao Yun tiba-tiba merasakan tekanan luar biasa di punggungnya, seolah seluruh Gunung Kunlun runtuh dan menimpanya. Tulang-tulangnya berderak menyakitkan, meridian qi-nya yang kuat mendadak terasa tersumbat seperti sungai yang dibendung batu besar. Kakinya gemetar hebat, lututnya melemas seperti jeli, dan dalam hitungan detak jantung, ia sudah tengkurap di lantai kayu restoran dengan wajah menghantam permukaan keras dengan suara 'duk' yang menyakitkan."AAAARGHHH!" Jeritannya memenuhi seluruh ruangan, bergema hingga ke sudut-sudut terjauh restoran. "Punggungku! Ada sesuatu di punggungku! Berat sekali! Tolong... tolong aku!"Para pengunjung terkesiap, beberapa wanita bahkan menjerit ketakutan. Murid-murid Akademi Linchuan membelalakkan mata tidak percaya, wajah mereka pucat seperti kertas. Bagaimana mungkin Tuan Muda Zhao yang terkenal dengan "Telapak Penghancur Gunung" dan kekuatan qi internalnya yang luar biasa bisa terjatuh begitu saja, seper