Home / Fantasi / Petualangan di Planet Tera / Bab 2 Terjebak di Ruang Bawah Tanah

Share

Bab 2 Terjebak di Ruang Bawah Tanah

Author: Nara Hikaya
last update Last Updated: 2022-08-30 13:43:07

Rama memutuskan untuk mengembalikan benda-benda itu ke tempat semula. Namun, sebelum sempat melangkah ia tanpa sengaja melihat pintu bangunan di sebelahnya. Pintunya tak tertutup secara sempurna. 

Di area berpagar itu, bangunan di sebelah kanan memang Ruang Koleksi Khusus. Tapi yang sebelah kiri? Rama tak mengetahuinya. Sebagai petugas baru, hanya dua bangunan ini yang belum pernah ia masuki. Selain akses yang sangat terbatas, ia juga tak punya informasi apa pun.

Jika dilihat sekilas, bangunan di sebelah kiri memang tidak tampak berbeda. Namun jika diperhatikan lagi dengan lebih seksama, akan tampak perbedaannya. Bangunan itu menggunakan sistem ventilasi yang unik. Terdapat banyak lubang kecil seukuran biji kelereng di bagian bawah dan atas tembok yang berfungi sebagai tempat keluar masuk udara.

Meski tampak ragu-ragu, Rama mendekati pintu itu. Perasaannya menjadi semakin tidak enak. Namun saat melihat pintu itu benar-benar terbuka, meski hanya sedikit, ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa bangunan ini mungkin juga bagian dari Ruang Koleksi Khusus. 'Semoga saja begitu.' pikirnya.

Namun berbeda dari dugaannya, bangunan dengan pintu otomatis itu justru tempat paling terlarang dalam kompleks museum. Tak ada seorang pun yang diijinkan masuk, tanpa terkecuali. Tempat itu berisi koleksi-koleksi pribadi Sri Sultan dan raja-raja sebelumnya.

Pagi-pagi sekali Sri Sultan mengeluarkan beberapa koleksi dari ruangannya. Saat itu, secara kebetulan dirinya melihat Pak Syarif yang sedang berada di depan pintu Ruang Koleksi Khusus. Entah untuk apa, tiba-tiba ia mengajaknya ke istana. Karena terburu-buru Sri Sultan tidak menyadari bahwa terdapat ranting kecil di bawah pintu yang membuatnya tidak dapat menutup secara sempurna. Mereka berdua tidak memperhatikan hal tersebut sampai Rama datang.

Rama mendorong pintu itu. Tidak seperti sebelumnya, pintu ini tidak dikunci. Meski begitu, karena bersifat otomatis dan bahannya berasal dari baja, pintu ini sangat berat. Pintu itu hanya bergeser sedikit meski Rama mendorongnya kuat-kuat. 

'Lumayan!' pikirnya. "Jika aku memiringkan tubuh, pasti muat" gumamnya. Sebelum masuk, Rama menyalakan senter ponselnya terlebih dahulu karena ruangan di bagian dalam terlihat sangat gelap. Ia lebih heran karena di dalam bahkan tidak ada sakelar listrik untuk menyalakan lampu.

Senternya ia sorotkan ke sekeliling ruangan. Pada dinding di sebelah kanan-kirinya terpajang banyak lukisan dan foto raja-raja Mataram. Di bawahnya berbagai benda antik memenuhi ruangan sehingga hanya tersisa sedikit tempat kosong yang berada tepat di tengah-tengah, seperti membagi bagian interior bangunan itu menjadi dua.

Di bagian kanan dan kiri sepanjang tempat kosong itu terdapat beberapa meja jati dengan berbagai bentuk. Jumlahnya sekitar dua puluhan. Semuanya telah terisi benda antik. Ketika Rama terus mengarahkan pandangannya ke ujung ruangan, ia menemukan satu-satunya meja kosong. Di ujung sebelah kiri. 

Rama berjalan perlahan kemudian meletakkan patung-patung itu dengan hati-hati di atas meja. Tak hanya itu, ia juga harus memperhatikan tata letaknya karena masih tersisa enam patung di ruang kerja ayahnya. Saat menggeser tubuhnya sedikit ke arah belakang, tiba-tiba ...

"Aaach!"

Bug!

Suara benda jatuh terdengar cukup keras. Suara itu berasal dari sebuah lubang yang berada di ujung ruangan. Lubang berbentuk segi empat itu adalah akses menuju ruang bawah tanah. 

Di bagian bawah terdapat undakan yang mengarah ke barat sepanjang sepuluh meter. Kemudian berbelok lagi ke kanan dengan panjang yang tidak sampai tiga meter. Seandainya ada cukup penerangan, Rama pasti dapat melihat lubang itu karena ukurannya yang cukup besar.

Sayangnya tidak. Rama tidak menyadari lubang itu sehingga tubuhnya meluncur deras dan jatuh dalam posisi telentang, menyebabkan kepalanya terbentur sangat keras dan membuat kesadarannya hilang.

Beberapa waktu kemudian ia membuka mata. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya juga terasa sangat lemah. Selain itu, Rama merasakan sakit yang hebat pada bagian belakang tengkoraknya, seperti bekas disayat.

Ia mengarahkan tangannya ke belakang. Rambutnya basah dan lengket. Tiba-tiba tangannya menyentuh luka yang menganga lebar. Seketika itu juga Rama dapat mencium bau amis.

Lamat-lamat Rama melihat cahaya di dasar ruangan di bawah sana. Itu ponselnya. Ia mencoba bangun, namun sulit. Sekali lagi ia memaksa dirinya bangkit, namun tak tersisa cukup tenaga di tubuhnya. 

Mungkin inilah yang membuat perasaannya tidak enak sejak dari rumah. Alam bawah sadarnya seakan-akan memberikan peringatan akan adanya sebuah bahaya. Namun kini sudah terlambat. Ia harus bergerak.

Ia hanya bisa menarik tubuhnya pelan-pelan dengan susah payah untuk mencapai dasar ruangan. Jaraknya kini hanya satu meter dari ponselnya, namun tubuhnya sudah semakin lemah dan kedinginan. Jantungnya juga berdetak semakin cepat, seolah-olah sedang bekerja keras mengalirkan darah yang tersisa.

Merasa lelah luar biasa, Rama menyandarkan kepalanya ke dinding. Ruang bawah tanah di hadapannya berisi banyak benda pusaka paling langka, seperti keris dan pedang. Namun semua itu tak lagi menarik perhatiannya. Benda paling penting sekarang adalah ponselnya. Ia harus menghubungi seseorang untuk mendapatkan bantuan.

Sambil berusaha menggapai benda itu, ia dapat melihat lengan kirinya mulai basah dan berwarna merah. Darah terus mengalir keluar dari kepalanya. Ia kesulitan karena pandangannya tiba-tiba kabur. 

Rama sadar waktunya tak banyak. Ia mulai takut. Bagaimana jika dirinya yang sedang sekarat tidak memiliki cukup waktu untuk mendapatkan pertolongan. Bayangan kematian seperti terlihat jelas di matanya.

Ia menatap ke samping, ke ujung ruangan, seperti menghindar dari bayangan gelap yang menunggu di depan wajahnya. Air matanya mulai mengalir. Bersamaan dengan itu, bola matanya menangkap sebuah objek yang disorot cahaya ponselnya. Terlihat seperti gerbang sebuah istana, megah dan tinggi. Meski semakin kabur, ia masih dapat melihat aksara yang terpahat pada permukaannya. 

Ia kemudian menyadari satu hal. "Pintu ini pernah muncul dalam mimpiku. Ya, tidak salah lagi. Aku yakin memang ini pintu yang aku lihat." Entah bagaimana, alih-alih meraih ponselnya Rama justru menggunakan tenaga yang tersisa untuk merapalnya. Begitu sampai pada kalimat terakhir, kesadarannya telah lenyap sepenuhnya.

Related chapters

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 3 Sosok Manusia Sempurna

    Rama membuka mata. Tubuhnya tak lagi terasa sakit dan lemah. Tak ada sedikit pun juga rasa pusing di kepalanya. Saat ia perhatikan tangan kirinya, terdapat bercak merah yang telah mengering. Ia ingat. Itu karena darah dari lukanya.Rama kemudian menyentuh belakang tengkoraknya. Hatinya menjadi lega, meski juga cukup heran. Lukanya tidak hanya kering, tapi juga telah sembuh sepenuhnya. Seperti tidak pernah terjadi sebelumnya.Langit biru di atas sana sangat indah. Hembusan angin juga kerapkali menerpa tubuhnya. Ia dapat melihat dirinya sedang berbaring di sebuah padang rumput, di samping pepohonan apel yang sedang berbuah.Saat Rama menurunkan pandangannya ke bawah barulah ia merasa kaget. Seorang pemuda seusianya sedang duduk bersila sambil memperhatikan dirinya. Di samping pemuda itu terdapat sebuah keranjang yang penuh dengan berbagai buah.Rama buru-buru bangkit. "Apakah Anda yang menolong saya?"Pemuda itu hanya mengangguk sambil tersenyum."Terima kasih! Saya sempat putus asa dan

    Last Updated : 2022-08-30
  • Petualangan di Planet Tera   Bab 4 Pengetahuan Tentang Tiga Semesta

    Sambil berjalan, Rama berbincang-bincang dengan Rahula. Ia masih penasaran dengan tempat ini. "Rahula, kalau boleh aku tahu, dimana letak tempat ini? Di bumi manusia ataukah … di alam halus?"Ia bertanya seperti itu karena dirinya yakin, tidak mungkin ada tempat ajaib seperti itu di dunia, di belahan bumi manapun. Tidak di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Kecuali ... jika itu terletak di sebuah pulau di dunia bawah tanah atau, seperti ucapannya, di alam halus."Mmm ..." Justru Rahula yang tampak bingung. "Bumi? Maksud kamu tempat kamu berasal?" tanya dia."Benar. Tempat yang sedang kita pijak ini." jawab Rama mantap.Rahula kemudian mengerti. "Maksudku planet bumi ... Apakah kamu menganggap kita sedang berada di planet bumi?" tanya dia lagi."Hmmm!" Rama kembali mengangguk mantap. Rahula kemudian menggelengkan kepala, "Tidak! Ini tempat … maksudku planet yang berbeda." "Maksud kamu, kita berada di planet lain?" tanya Rama penasaran. "Bagaimana mungkin?" Ia belum bisa percaya denga

    Last Updated : 2022-08-30
  • Petualangan di Planet Tera   Bab 5 Harga untuk Sebuah Permintaan

    Setelah berjalan cukup jauh, keduanya tiba di halaman istana Indrapada. Dari tempatnya berada, Rama dapat menilai istana itu adalah bangunan paling indah yang pernah ia kunjungi selama hidupnya. Sayangnya matahari mulai terbenam. Ia tidak dapat menikmati pemandangan dengan lebih leluasa karena suasana yang semakin gelap. Ketika pandangannya tertuju ke dalam istana, Rama melihat sesuatu yang bergerak dan memancarkan cahaya. Ia penasaran karena itu tidak seperti cahaya obor atau lilin. Cahaya ini sangat terang bahkan lebih terang dari lampu di bumi. Setelah menginjakkan kakinya melewati pintu, barulah ia tahu asal cahaya itu.Secara reflek tiba-tiba Rama berhenti di tempatnya. Ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan sosok paling sempurna yang tadi diceritakan Rahula. Tak hanya satu, ia bahkan bertemu dengan tiga dewa sekaligus. Mereka sama-sama mengeluarkan cahaya.Di pihak lain, sadar bahwa tamu mereka baru pertama kali melihat pemanda

    Last Updated : 2022-08-30
  • Petualangan di Planet Tera   Bab 6 Perisai Sakti

    "Rahula, bisakah kamu jelaskan apa itu energi inti?" Rama melontarkan pertanyaan itu setelah mereka meninggalkan para dewa."Energi inti adalah energi yang berada dalam tubuhmu, seperti prana atau tenaga dalam. Apa pun istilahnya. Energi ini sangat dahsyat. Jika kamu berhasil menguasainya, kamu dapat melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan manusia biasa."Rama mulai mengerti. Jika Dewa Indra meminta dirinya untuk menguasai energi ini, bukankah misinya nanti bukan misi sembarangan. Membayangkannya saja membuat hati Rama bergidik. "Sebenarnya apa yang harus kukerjakan?" Rama terdengar seperti bertanya. Padahal ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Rahula yang melihat tingkah Rama hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.Beberapa saat kemudian mereka tiba di sebuah lorong di samping istana. Lorong ini sangat panjang dengan banyak pintu di kanan kirinya. Rahula kemudian berhenti di pintu pertama. Setelah membukanya ia berkata kepada Rama. "Masuklah! Kau perlu mengganti pa

    Last Updated : 2022-08-30
  • Petualangan di Planet Tera   Bab 7 Kapak Dewa Thor?

    "Jika kamu mampu mengangkat benda itu, latihan kita selesai."Rama menoleh ke arah yang dituju Pariraka. Itu adalah sebuah kapak. Kapak pembelah kayu berukuran standar. Tidak kecil tapi tidak juga terlalu besar. Namun gagangnya cukup panjang.Melihat kapak itu, Rama jadi penasaran. 'Apa sulitnya?' batinnya. "Bolehkah aku mencobanya?" tanya Rama tanpa maksud meremehkan."Tentu saja. Silahkan!" Rama memperhatikan benda itu dari dekat. Sambil takut-takut ia menyentuh gagangnya. Ia khawatir benda itu dialiri listrik. Aman! Yakin itu hanya kapak biasa, Rama menggenggam gagangnya dan menariknya. Bukan hanya berat, kapak itu bahkan tak bergerak sedikit pun. Rama mencobanya lagi. Namun hasilnya sama saja. Tak ingin menyerah, "Sekali lagi!" ucapnya dengan nafas yang mulai tersengal-sengal. Ia menarik nafas dalam-dalam sambil mencari posisi genggaman yang paling pas. Hup! Ia kembali menariknya. Kali ini dengan sekuat tenaga. Peluh mulai bercucuran dari tubuhnya, terutama keningnya. Beberapa sa

    Last Updated : 2022-10-31
  • Petualangan di Planet Tera   Bab 8 Ruang Jiwa

    Matahari baru saja terbit dari ufuk timur. Pagi ini langit terlihat bersih dan semilir angin terasa sejuk."Rama, perhatikan!" Itu adalah suara teriakan Pariraka yang sedang berdiri di sebuah lembah di kaki bukit. Hari ini, ia akan menunjukkan energi intinya kepada Rama. Sementara itu, Rama hanya mengangguk. Ia berada di tempat tinggi di sebuah padang rumput yang berjarak lima kilometer dari Pariraka. Rama sedang duduk berselonjor di atas batu besar. Ia sengaja memilih tempat cukup jauh atas permintaan Pariraka. Ia tidak ingin Rama terkena dampak dari kekuatannya.Pariraka terlihat mulai memejamkan mata. Lalu ia mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya ke udara. Sedetik kemudian tubuhnya memancarkan aura berwarna merah. Makin lama, aura tersebut terlihat semakin jelas. Tubuh Pariraka seperti sedang diselimuti oleh kobaran api. Pada tahap ini, hawa panas juga terpancar dari tubuhnya, membuat suhu udara di sekitarnya meningkat berkali lipat. Energi inti Pariraka berelemen api. Sa

    Last Updated : 2022-11-01
  • Petualangan di Planet Tera   Bab 1 Tugas Biasa yang Terasa Berbeda

    Bum … bum ...Suara keras terdengar bersama dengan bumi yang bergetar kuat. Itu adalah pertarungan dua pendekar hebat yang berada puluhan kilometer jauhnya. Mereka adalah Raja Leka dari kerajaan Abhira dan raja Ravan dari kerajaan Odra. Rama tertegun dengan efek yang mereka timbulkan pada area di sekitarnya. Firasatnya tidak enak. "Raja Leka," gumamnya.Tanpa menunda lagi, dengan segenap tenaga ia berlari menuju tempat mereka bertarung. Gerakan tubuhnya sangat cepat, membuatnya tampak seperti sekelebat bayangan. Tujuannya cuma satu, untuk menyelamatkan Raja Leka.Dalam waktu singkat, pemuda itu kini hanya berjarak ratusan meter dari tempat mereka bertarung. Ia dapat melihat Raja Leka yang sedang terduduk di tanah tanpa senjata. Dari sudut bibirnya juga mengalir darah. Sementara itu, Ravan sedang berada di udara sambil mengangkat kapak, bersiap untuk menebasnya. "Pergilah ke neraka!" teriak Ravan.Rama mengerahkan seluruh tenaga sambil mengacungkan pedang ke depan tubuhnya. Ia berharap

    Last Updated : 2022-08-29

Latest chapter

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 8 Ruang Jiwa

    Matahari baru saja terbit dari ufuk timur. Pagi ini langit terlihat bersih dan semilir angin terasa sejuk."Rama, perhatikan!" Itu adalah suara teriakan Pariraka yang sedang berdiri di sebuah lembah di kaki bukit. Hari ini, ia akan menunjukkan energi intinya kepada Rama. Sementara itu, Rama hanya mengangguk. Ia berada di tempat tinggi di sebuah padang rumput yang berjarak lima kilometer dari Pariraka. Rama sedang duduk berselonjor di atas batu besar. Ia sengaja memilih tempat cukup jauh atas permintaan Pariraka. Ia tidak ingin Rama terkena dampak dari kekuatannya.Pariraka terlihat mulai memejamkan mata. Lalu ia mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya ke udara. Sedetik kemudian tubuhnya memancarkan aura berwarna merah. Makin lama, aura tersebut terlihat semakin jelas. Tubuh Pariraka seperti sedang diselimuti oleh kobaran api. Pada tahap ini, hawa panas juga terpancar dari tubuhnya, membuat suhu udara di sekitarnya meningkat berkali lipat. Energi inti Pariraka berelemen api. Sa

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 7 Kapak Dewa Thor?

    "Jika kamu mampu mengangkat benda itu, latihan kita selesai."Rama menoleh ke arah yang dituju Pariraka. Itu adalah sebuah kapak. Kapak pembelah kayu berukuran standar. Tidak kecil tapi tidak juga terlalu besar. Namun gagangnya cukup panjang.Melihat kapak itu, Rama jadi penasaran. 'Apa sulitnya?' batinnya. "Bolehkah aku mencobanya?" tanya Rama tanpa maksud meremehkan."Tentu saja. Silahkan!" Rama memperhatikan benda itu dari dekat. Sambil takut-takut ia menyentuh gagangnya. Ia khawatir benda itu dialiri listrik. Aman! Yakin itu hanya kapak biasa, Rama menggenggam gagangnya dan menariknya. Bukan hanya berat, kapak itu bahkan tak bergerak sedikit pun. Rama mencobanya lagi. Namun hasilnya sama saja. Tak ingin menyerah, "Sekali lagi!" ucapnya dengan nafas yang mulai tersengal-sengal. Ia menarik nafas dalam-dalam sambil mencari posisi genggaman yang paling pas. Hup! Ia kembali menariknya. Kali ini dengan sekuat tenaga. Peluh mulai bercucuran dari tubuhnya, terutama keningnya. Beberapa sa

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 6 Perisai Sakti

    "Rahula, bisakah kamu jelaskan apa itu energi inti?" Rama melontarkan pertanyaan itu setelah mereka meninggalkan para dewa."Energi inti adalah energi yang berada dalam tubuhmu, seperti prana atau tenaga dalam. Apa pun istilahnya. Energi ini sangat dahsyat. Jika kamu berhasil menguasainya, kamu dapat melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan manusia biasa."Rama mulai mengerti. Jika Dewa Indra meminta dirinya untuk menguasai energi ini, bukankah misinya nanti bukan misi sembarangan. Membayangkannya saja membuat hati Rama bergidik. "Sebenarnya apa yang harus kukerjakan?" Rama terdengar seperti bertanya. Padahal ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Rahula yang melihat tingkah Rama hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.Beberapa saat kemudian mereka tiba di sebuah lorong di samping istana. Lorong ini sangat panjang dengan banyak pintu di kanan kirinya. Rahula kemudian berhenti di pintu pertama. Setelah membukanya ia berkata kepada Rama. "Masuklah! Kau perlu mengganti pa

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 5 Harga untuk Sebuah Permintaan

    Setelah berjalan cukup jauh, keduanya tiba di halaman istana Indrapada. Dari tempatnya berada, Rama dapat menilai istana itu adalah bangunan paling indah yang pernah ia kunjungi selama hidupnya. Sayangnya matahari mulai terbenam. Ia tidak dapat menikmati pemandangan dengan lebih leluasa karena suasana yang semakin gelap. Ketika pandangannya tertuju ke dalam istana, Rama melihat sesuatu yang bergerak dan memancarkan cahaya. Ia penasaran karena itu tidak seperti cahaya obor atau lilin. Cahaya ini sangat terang bahkan lebih terang dari lampu di bumi. Setelah menginjakkan kakinya melewati pintu, barulah ia tahu asal cahaya itu.Secara reflek tiba-tiba Rama berhenti di tempatnya. Ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan sosok paling sempurna yang tadi diceritakan Rahula. Tak hanya satu, ia bahkan bertemu dengan tiga dewa sekaligus. Mereka sama-sama mengeluarkan cahaya.Di pihak lain, sadar bahwa tamu mereka baru pertama kali melihat pemanda

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 4 Pengetahuan Tentang Tiga Semesta

    Sambil berjalan, Rama berbincang-bincang dengan Rahula. Ia masih penasaran dengan tempat ini. "Rahula, kalau boleh aku tahu, dimana letak tempat ini? Di bumi manusia ataukah … di alam halus?"Ia bertanya seperti itu karena dirinya yakin, tidak mungkin ada tempat ajaib seperti itu di dunia, di belahan bumi manapun. Tidak di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Kecuali ... jika itu terletak di sebuah pulau di dunia bawah tanah atau, seperti ucapannya, di alam halus."Mmm ..." Justru Rahula yang tampak bingung. "Bumi? Maksud kamu tempat kamu berasal?" tanya dia."Benar. Tempat yang sedang kita pijak ini." jawab Rama mantap.Rahula kemudian mengerti. "Maksudku planet bumi ... Apakah kamu menganggap kita sedang berada di planet bumi?" tanya dia lagi."Hmmm!" Rama kembali mengangguk mantap. Rahula kemudian menggelengkan kepala, "Tidak! Ini tempat … maksudku planet yang berbeda." "Maksud kamu, kita berada di planet lain?" tanya Rama penasaran. "Bagaimana mungkin?" Ia belum bisa percaya denga

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 3 Sosok Manusia Sempurna

    Rama membuka mata. Tubuhnya tak lagi terasa sakit dan lemah. Tak ada sedikit pun juga rasa pusing di kepalanya. Saat ia perhatikan tangan kirinya, terdapat bercak merah yang telah mengering. Ia ingat. Itu karena darah dari lukanya.Rama kemudian menyentuh belakang tengkoraknya. Hatinya menjadi lega, meski juga cukup heran. Lukanya tidak hanya kering, tapi juga telah sembuh sepenuhnya. Seperti tidak pernah terjadi sebelumnya.Langit biru di atas sana sangat indah. Hembusan angin juga kerapkali menerpa tubuhnya. Ia dapat melihat dirinya sedang berbaring di sebuah padang rumput, di samping pepohonan apel yang sedang berbuah.Saat Rama menurunkan pandangannya ke bawah barulah ia merasa kaget. Seorang pemuda seusianya sedang duduk bersila sambil memperhatikan dirinya. Di samping pemuda itu terdapat sebuah keranjang yang penuh dengan berbagai buah.Rama buru-buru bangkit. "Apakah Anda yang menolong saya?"Pemuda itu hanya mengangguk sambil tersenyum."Terima kasih! Saya sempat putus asa dan

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 2 Terjebak di Ruang Bawah Tanah

    Rama memutuskan untuk mengembalikan benda-benda itu ke tempat semula. Namun, sebelum sempat melangkah ia tanpa sengaja melihat pintu bangunan di sebelahnya. Pintunya tak tertutup secara sempurna. Di area berpagar itu, bangunan di sebelah kanan memang Ruang Koleksi Khusus. Tapi yang sebelah kiri? Rama tak mengetahuinya. Sebagai petugas baru, hanya dua bangunan ini yang belum pernah ia masuki. Selain akses yang sangat terbatas, ia juga tak punya informasi apa pun.Jika dilihat sekilas, bangunan di sebelah kiri memang tidak tampak berbeda. Namun jika diperhatikan lagi dengan lebih seksama, akan tampak perbedaannya. Bangunan itu menggunakan sistem ventilasi yang unik. Terdapat banyak lubang kecil seukuran biji kelereng di bagian bawah dan atas tembok yang berfungi sebagai tempat keluar masuk udara.Meski tampak ragu-ragu, Rama mendekati pintu itu. Perasaannya menjadi semakin tidak enak. Namun saat melihat pintu itu benar-benar terbuka, meski hanya sedikit, ia mencoba meyakinkan dirinya ba

  • Petualangan di Planet Tera   Bab 1 Tugas Biasa yang Terasa Berbeda

    Bum … bum ...Suara keras terdengar bersama dengan bumi yang bergetar kuat. Itu adalah pertarungan dua pendekar hebat yang berada puluhan kilometer jauhnya. Mereka adalah Raja Leka dari kerajaan Abhira dan raja Ravan dari kerajaan Odra. Rama tertegun dengan efek yang mereka timbulkan pada area di sekitarnya. Firasatnya tidak enak. "Raja Leka," gumamnya.Tanpa menunda lagi, dengan segenap tenaga ia berlari menuju tempat mereka bertarung. Gerakan tubuhnya sangat cepat, membuatnya tampak seperti sekelebat bayangan. Tujuannya cuma satu, untuk menyelamatkan Raja Leka.Dalam waktu singkat, pemuda itu kini hanya berjarak ratusan meter dari tempat mereka bertarung. Ia dapat melihat Raja Leka yang sedang terduduk di tanah tanpa senjata. Dari sudut bibirnya juga mengalir darah. Sementara itu, Ravan sedang berada di udara sambil mengangkat kapak, bersiap untuk menebasnya. "Pergilah ke neraka!" teriak Ravan.Rama mengerahkan seluruh tenaga sambil mengacungkan pedang ke depan tubuhnya. Ia berharap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status