"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.
Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan.
"Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna.
"Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.
Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali bukan.
"Apa peri itu temanmu?" Ucap Arien hati-hati. Ia tidak mau sampai menyinggungnya.
"Ah iya, perkenalkan dia Azura, teman mungilku. Dia juga membantuku mencari mawar merah ini" Elyna memberi isyarat pada Azura untuk mendekat ke arah Arien.
"Oh iya? Wah terima kasih banyak. Dan kau, imut sekali" Elyna tidak bisa menghentikan tawa saat Arien menoel-niel kaki Azura. Ternyata bukan hanya dirinya yang gemas dengan Azura, laki-laki itu juga.
"Ehm, bolehkah aku memberi peri ini hadiah?" tanya Arien semangat. Ia memiliki banyak pakaian peri lucu yang belum sempat dipakai oleh peri miliknya. Setidaknya barang itu akan lebih bermanfaat jika dipakai oleh peri bernama Azura ini.
"Tentu saja boleh. Teman mungilku pasti akan senang jika mendapat hadiah dari Arien baik hati sepertimu"
Laki-laki itu pun masuk ke dalam rumahnya kemudian mengambil beberapa pakaian peri. Elyna hampir saja histeris melihat pakaian yang lucu itu. Ia pun langsung mengucapkan banyak terima kasih. Sedangkan Azura, peri itu sedang terbang kesana kemari karena kegirangan.
"Kamu mau ikut ke rumah gadis pujaanku?"
Azura mengangguk dengan semangat. Astaga, apa-apaan sih kutu kupret satu itu. Ia kan ingin segera menyelesaikan misi ini untuk memastikan apakah ini semua nyata atau hanya mimpi perdananya. Duuuh.
"Baiklak" ucap Arien kemudian menjentikkan jarinya.
Detik itu juga mata Elyna langsung membola begitu melihat seekor kuda putih yang berlari ke arahnya. Ya ampun, keanehan apa lagi yang ada di mimpi ini.
Pria itu langsung menunggangi kudanya kemudian menyodorkan tangan ke arah Elyna. Ia yang tidak paham pun hanya mengernyitkan dahi bingung.
"Ayo naik" ooh, Elyna baru paham. Sedangkan Azura sudah ngakak karena menertawakan kebodohannya. Awas saja, ia akan merampas hadiah dari Arien nanti.
Dengan ragu-ragu Elyna pun meraih tangan itu dan duduk di atas tubuh kuda. Ya ampun, ini pertama kalinya ia berkuda. Excited sekali.
Tak mau ketinggalan, Azura pun segera mendekat dan nangkring di atas kepala Elyna. Kurang ajar sekali kan? Ingatkan Elyna untuk mengadukan sifat kutu kupret ini pada si Yuta. Biar saja makhluk aneh itu menegurnya.
Bibir Elyna tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sudah seperti princess yang sedang berduaan dengan pangeran. Ah bukan, lebih tepatnya brondong. Ya mau bagaimana lagi, Arien terlalu muda untuknya yang sudah berumur 25 tahun.
Kuda itu berhenti tepat di sebuah rumah megah yang dipenuhi banyak orang. Ada apa ini? Sepertinya sedang ada pesta. Asyik, Elyna tidak sabar untuk makan-makan.
Ia pun langsung turun dari kuda. Arien sendiri sedang mengikat kudanya di salah satu pohon. Mencium bau makanan membuat perut Elyna berbunyi. Padahal ia baru saja menyantap junkfood.
"Ini ada apa? Kok rame banget?" Tanya Elyna penasaran. Pasalnya semua tamu yang datang memakai pakaian terbaik.
"Gadis pujaanku berulang tahun. Sebab itu aku mau memberikan hadiah istimewa ini" ucap Arien sambil mengeluarkan bunga mawar merah dari dalam bajunya. Bunga itu ia masukkan ke dalam wadah kaca dan dihiasi dengan lampu kerlap kerlip. Indah sekali.
"Ayo masuk" dengan langkah riang Elyan pun langsung mengikuti Arien. Duh melihat kue yang berjejeran membuatnya ngiler.
"El, kayaknya aku ngga mau pulang deh. Makanan disini enak-enak" Elyna hanya mengangguk mengiyakan. Ia sangat setuju dengan pendapat Azura.
Elyna dan Azura kompak tertawa ngakak melihat wajah perempuan bertudung putih yang bermake up tebal. Ya ampun, dia sudah mirip dengan ondel-ondel.
Saat berjalan menuju ke arah perempuan itu, mereka menjadi pusat perhatian. Terutama Arien yang membawa mawar merah. Tentu saja mereka terpesona. Bunga itu hanyalah bunga mitos dan sekarang Arien membawakannya spesial untuk orang yang dicintainya.
Begitupun dengan perempuan itu, dia sampai menganga tidak percaya ada yang membawakannya bunga itu. Ini pertama kali dalam hidupnya menyaksikan keindahan bunga mawar merah.
Selangkah lagi Arien sampai di hadapan sang pujaan hati, tiba-tiba terjadi goncangan yang dahsyat. Elyna yang bingung pun langsung menangkap Azura dan membawanya dalam genggaman.
Gempa itu semakin kencang. Bahkan sekarang hujan mulai turun dengan derasnya. Ada apa ini? Ia tidak akan mati sekarang kan?
Mata Elyna langsung melotot begitu melihat tsunami di kejauhan. Ya ampun, bencana ini pasti nyata seperti halnya badai pasir tadi pagi. Ia harus lari menyelamatkan diri.
Tak hanya Elyna, semua orang pun berbondong-bondong menyelamatkan diri. Rumah demi rumah sudah mulai hanyut.
"Yuta, tolong keluarin gue dari mimpi gila ini" teriak Elyna kencang.
Dan ting!
Elyna hampir terjungkal saat tiba-tiba dirinya berada di atas bulan. Heh, kenapa dia bisa ada disini? Ya ampun, otak Elyna tidak sampai untuk mencerna semua ini.
"Selamat El. Akhirnya selesai juga misi pertamamu. Bagaimana? Seru kan?" Ucap Yuta sambil bertepuk tangan ria. Darimana makhluk itu muncul? Kenapa ia sama sekali tidak melihatnya tadi.
"Sebentar, gue bingung. Kenapa tadi ada gempa, hujan, bahkan tsunami? Padahal kan gue mau tau endingnya" ucap Elyna kecewa. Azura yang berada di genggaman Elyna pun ikut mengangguk.
"Oh, gempa itu berasal dari guncangan Mama Arien yang membangunkannya. Kalau hujan, dari percikan air yang dijatuhkan ke wajahnya. Dan untuk tsunami... Mmpptt" Yuta menghentikan kalimatnya karena menahan tawa.
"Kenapa?" Tanya Elyna dan Azura kompak.
"Mamanya menyiram seember air karena Arien yang susah bangun. Hahahah. Makanya di dunia mimpi penuh dengan bencana"
Ya ampun. Andai ia tidak di bulan, pasti Elyna sudah guling-guling. Liat saja, Azura sampai terbang tak tentu arah karena tertawa. Ia baru tau akan seperti itu jadinya jika dibangunkan dari mimpi secara paksa.
"Berarti bencana badai pasir itu?"
"Karena Arien terjatuh dari atas kasur. Hidungnya menghirup debu-debu di lantai. Sebab itu di alam mimpi terjadi badai pasir" jelas Yuta sambil mengusap air matanya. Misi pertama Elyna ini membuatnya tidak bisa berhenti tertawa.
Jika semua mimpi begini, Elyna rela seumur hidup berbuat kebaikan di alam mimpi. Tapi ia sedikit kesal karena ending dari mimpi itu yang menggantung. Sungguh membagongkan.
*****
Dasar Yuta kampret, anak anjing, anak babi, ah salah, dia anak kura-kura.Bagaimana tidak kesal, makhluk aneh itu tega mengembalikan dirinya ke dunia nyata di sembarang tempat. Yuta dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya lagi sampai terjungkal ke belakang dan berakhir di danau dekat rumah.Untung saja Elyna bisa berenang, bagaimana jika tidak? Nyawanya pasti sudah melayang tanpa batas. Awas saja, jika ada kesempatan bertemu dengan dewa, ia akan mengadukan kelakuan bejad makhluk aneh itu.Elyna menahan malu saat semua orang menertawakan dirinya yang berjalan seorang diri dengan keadaan basah kuyup. Duh, ini seperti kejadian di mimpi Arien. Kenapa sial sekali sih hidupnya.Saat memasuki rumah, lagi-lagi Elyna mendengar suara desahan yang membuat perutnya langsung mules. Bisa tidak sih ia tenang sehari saja. Jika begini, ia lebih memilih hidup di dunia mimpi saja.Elyna meringis saat melihat tampilannya di depan cermin. Ia sudah seperti anak ayam ya
Nyanyian merdu terdengar menggema di penjuru danau. Bahkan burung-burung seolah berterbangan mengikuti melodi. Sore yang cerah ini terlihat sangat sejuk dan menyenangkan.Terlihat seorang pria yang sedang berbaring di atas rakit sambil merapalkan sebuah lagu. Rakit itu ia rekatkan dengan kayu di dekat danau agar tidak bergerak ke tengah. Melihat langit yang dihiasi oleh warna jingga membuatnya bahagia. Ini adalah spot yang paling ia nanti setiap hari.Pria bernama Kenzie itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara teriakan yang diiringi oleh tangisan. Astaga, apa itu? Tidak mungkin kan ada kuntilanak disini. Jika memang ada, sudah dari dulu ia melihatnya.Ia pun membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Matanya ia arahkan ke seluruh penjuru danau. Sepi seperti biasanya, hanya ada burung-burung yang hinggap di pepohonan. Kenzie langsung mengernyitkan dahi saat melihat seorang gadis yang duduk lesehan di tanah sambil menatap danau.Pasti gadis i
Kenzie mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk. Badannya masih bau air danau padahal ia sudah mandi dua kali. Duh, untung saja pekerjaannya disini sudah selesai. Jika belum, pasti kliennya akan jijik berdekatan dengannya.Ia sedikit emosi mengingat si gadis gila itu. Sudah baik ia menolongnya, tapi gadis itu dengan kurang ajarnya langsung berlari dan meninggalkannya. Tanpa berterima kasih pula. Dasar manusia jahannam.Tapi sebentar, Kenzie sedikit tidak asing dengan wajahnya. Karena ingatannya yang sangat bagus membuatnya bingung dengan wajah-wajah manusia yang dilihatnya. Astaga, sepertinya saraf-saraf di otak sedang terbelit satu sama lain.Melihat meja yang berantakan membuat Kenzie stress. Ia masih harus menyusun data dari klien. Astaga, kapan semua kerjaannya ini berakhir.Baiklah, sepertinya ia butuh hiburan. Ia pun keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar. Kenzie akan menjelajah lagi di desa belakang apartemen ini. Danau yang ia
Sinar mentari membangunkan Elyna dari tidurnya. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Dengan buru-buru, ia langsung bangkit dan melihat ke arah jendela.Matanya langsung melotot saat menyadari sesuatu. Apa kalian tau itu apa? Ah, tentu mudah ditebak. Akhirnya, Elyna bisa merasakan tidur pada malam hari. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati tidur malam. Jangan-jangan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Ah syukurlah kalau begitu.Melihat matahari yang cerah membuat Elyna tersenyum senang. Apartemen ini berada di lantai 15. Dari atas, ia bisa melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ini adalah pemandangan langkah yang sangat ia dampakan.Bagaimana tidak, di saat semua orang mulai bangun dari tidur, ia malah harus bersiap untuk tidur. Dan saat dirinya bangun, orang lain sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Duh, nasib manusia nokturnal sepertinya memang menyedihkan.Elyna berjalan ke arah pintu balkon. Ia ingin melihat pemandangan lebih jel
Elyna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ember mana ember, ia sungguh malu sekarang. Bagaimana tidak, karena dirinya yang berteriak maling, semua orang pun langsung mengejar maling itu.Dan kalian tau apa yang dia curi? Sebuah handuk. Gila kan? Maling itu butuh handuk untuk anaknya yang kedinginan. Ia baru sadar jika handuk itu ikut terbawa ke alam mimpi.Ia pun langsung meminta maaf kepada semua orang yang membantunya. Duh, baru juga memulai misi, ia sudah membuat kegaduhan. Dasar bodoh."Ini neng, minum dulu" Elyna berjengit kaget saat didatangi oleh Arien. Pria itu membawa segelas susu dan menyodorkan ke padanya."Terima kasih pak" ucapnya ramah kemudian meneguk susu itu hingga habis tak tersisa. Ah segarnya, pasti ini susu murni tanpa ada campuran air ataupun gula. Baiklah El, mari kita mulai melaksanakan misi kedua."Kamu bukan dari desa sekitar sini ya?""Iya pak. Saya tersesat dan sangat lapar" eits jangan salah, perut Elyna memang
Elyna menatap langit dari balkon kamarnya. Otaknya masih memutar memori saat berada di alam mimpi semalam. Ia ingat betul, bahwa perempuan di figura itu adalah sang Mama. Tidak mungkin kan ia tidak mengenali Mamanya sendiri.Dan lagi, kenapa Yuta tidak mau menjawab pertanyaannya. Ia kan hanya penasaran siapa sebenarnya pria itu? Apa jangan-jangan ini salah satu petunjuk dari dewa agar Elyna bisa bertemu dengan sang Papa, begitu kah?Jika Arien itu benar-benar Papanya, berarti bayi yang ada dalam gendongan sang Mama adalah dirinya. Dengan gesit, ia pun langsung mengacak-acak box kayu yang merupakan tempat penyimpanan album. Siapa tau kan ada foto masa kecilnya.Mata Elyna langsung melebar saat menemukan sebuah foto masa kecilnya yang tengkurap di atas kasur. Elyna kecil sangat mirip dengan bayi yang ada di gendongan Mamanya. Fix, Arien adalah sang Papa. Baiklah El, mari kita pecahkan misteri ini.Ah sebentar, hari sudah mulai pagi. Ia harus makan kemudian
HiksSedih, sudah pasti. Bayangkan saja, ia sudah melamar pekerjaan di tempat manapun, bahkan ia sudah membuat CV terbaik. Tapi apa? Tidak ada satupun panggilan interview yang diterima. Bahkan melamar sebagai pembantu pun ia ditolak karena tidak memenuhi kriteria. Duh, sial sekali.Ok perkenalkan, gadis sial ini bernama Elyna Hans. Sarjana Akuntansi yang lulus dengan predikat hampir DO. Ia harus bersusah payah selama 14 semester demi gelar itu. Miris sekali kan? Tolong jangan menertawakannya, apalagi menghujat. Ia sudah stress akut.Entah kesalahan apa yang diperbuat nenek moyangnya dulu, Elyna seperti terkena kutukan sial yang bertubi-tubi. Dari sejak kecil, apapun yang dikerjakannya selalu berakhir tragis. Contohnya skripsi yang harus ganti judul sebanyak 67 kali. Bagaimana? Mendengarnya saja pasti membuat kalian kenyang.Setelah gila dengan kuliah yang tidak kelar-kelar, kini gadis itu diberi cobaan dalam mencari pekerjaan. Dua tahun sudah ia jalani de
Eh eh eh, dimana ini? Kenapa Elyna seperti berada di luar angkasa. Dan apa ini yang ia duduki? What? Ini beneran bulan? Serius?Gadis yang baru saja terbangun itu sudah seperti orang gila karena linglung. Bayangkan saja, ia tadi sedang berlari-lari dan tiba-tiba sekarang ada di tempat misterius ini.Anehnya lagi, Elyna duduk di atas bulan sabit. Padahal seingatnya bulan sedang purnama hari ini. Ah, sepertinya Elyna mimpi. Tapi sebentar, ia tidak pernah mimpi selama 25 tahun hidupnya. Jadi, apakah ini yang dinamakan mimpi perdana?Elyna menoleh ke arah kanan dan kiri. Tidak ada siapapun disini. Ia hanya melihat gelapnya malam yang hampa tanpa suara ataupun manusia. Bahkan udara pun tidak terasa.Jika tidak ada udara, harusnya ia sudah mati sejak tadi kan? Elyna pun langsung mengecek hidungnya yang bernafas dengan santai. Untung saja ada oksigen disini. Berarti ini bukan di luar angkasa, terus ini dimana?Kumpulan kabut tebal yang menutupi tingginya
Elyna menatap langit dari balkon kamarnya. Otaknya masih memutar memori saat berada di alam mimpi semalam. Ia ingat betul, bahwa perempuan di figura itu adalah sang Mama. Tidak mungkin kan ia tidak mengenali Mamanya sendiri.Dan lagi, kenapa Yuta tidak mau menjawab pertanyaannya. Ia kan hanya penasaran siapa sebenarnya pria itu? Apa jangan-jangan ini salah satu petunjuk dari dewa agar Elyna bisa bertemu dengan sang Papa, begitu kah?Jika Arien itu benar-benar Papanya, berarti bayi yang ada dalam gendongan sang Mama adalah dirinya. Dengan gesit, ia pun langsung mengacak-acak box kayu yang merupakan tempat penyimpanan album. Siapa tau kan ada foto masa kecilnya.Mata Elyna langsung melebar saat menemukan sebuah foto masa kecilnya yang tengkurap di atas kasur. Elyna kecil sangat mirip dengan bayi yang ada di gendongan Mamanya. Fix, Arien adalah sang Papa. Baiklah El, mari kita pecahkan misteri ini.Ah sebentar, hari sudah mulai pagi. Ia harus makan kemudian
Elyna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ember mana ember, ia sungguh malu sekarang. Bagaimana tidak, karena dirinya yang berteriak maling, semua orang pun langsung mengejar maling itu.Dan kalian tau apa yang dia curi? Sebuah handuk. Gila kan? Maling itu butuh handuk untuk anaknya yang kedinginan. Ia baru sadar jika handuk itu ikut terbawa ke alam mimpi.Ia pun langsung meminta maaf kepada semua orang yang membantunya. Duh, baru juga memulai misi, ia sudah membuat kegaduhan. Dasar bodoh."Ini neng, minum dulu" Elyna berjengit kaget saat didatangi oleh Arien. Pria itu membawa segelas susu dan menyodorkan ke padanya."Terima kasih pak" ucapnya ramah kemudian meneguk susu itu hingga habis tak tersisa. Ah segarnya, pasti ini susu murni tanpa ada campuran air ataupun gula. Baiklah El, mari kita mulai melaksanakan misi kedua."Kamu bukan dari desa sekitar sini ya?""Iya pak. Saya tersesat dan sangat lapar" eits jangan salah, perut Elyna memang
Sinar mentari membangunkan Elyna dari tidurnya. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Dengan buru-buru, ia langsung bangkit dan melihat ke arah jendela.Matanya langsung melotot saat menyadari sesuatu. Apa kalian tau itu apa? Ah, tentu mudah ditebak. Akhirnya, Elyna bisa merasakan tidur pada malam hari. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati tidur malam. Jangan-jangan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Ah syukurlah kalau begitu.Melihat matahari yang cerah membuat Elyna tersenyum senang. Apartemen ini berada di lantai 15. Dari atas, ia bisa melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ini adalah pemandangan langkah yang sangat ia dampakan.Bagaimana tidak, di saat semua orang mulai bangun dari tidur, ia malah harus bersiap untuk tidur. Dan saat dirinya bangun, orang lain sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Duh, nasib manusia nokturnal sepertinya memang menyedihkan.Elyna berjalan ke arah pintu balkon. Ia ingin melihat pemandangan lebih jel
Kenzie mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk. Badannya masih bau air danau padahal ia sudah mandi dua kali. Duh, untung saja pekerjaannya disini sudah selesai. Jika belum, pasti kliennya akan jijik berdekatan dengannya.Ia sedikit emosi mengingat si gadis gila itu. Sudah baik ia menolongnya, tapi gadis itu dengan kurang ajarnya langsung berlari dan meninggalkannya. Tanpa berterima kasih pula. Dasar manusia jahannam.Tapi sebentar, Kenzie sedikit tidak asing dengan wajahnya. Karena ingatannya yang sangat bagus membuatnya bingung dengan wajah-wajah manusia yang dilihatnya. Astaga, sepertinya saraf-saraf di otak sedang terbelit satu sama lain.Melihat meja yang berantakan membuat Kenzie stress. Ia masih harus menyusun data dari klien. Astaga, kapan semua kerjaannya ini berakhir.Baiklah, sepertinya ia butuh hiburan. Ia pun keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar. Kenzie akan menjelajah lagi di desa belakang apartemen ini. Danau yang ia
Nyanyian merdu terdengar menggema di penjuru danau. Bahkan burung-burung seolah berterbangan mengikuti melodi. Sore yang cerah ini terlihat sangat sejuk dan menyenangkan.Terlihat seorang pria yang sedang berbaring di atas rakit sambil merapalkan sebuah lagu. Rakit itu ia rekatkan dengan kayu di dekat danau agar tidak bergerak ke tengah. Melihat langit yang dihiasi oleh warna jingga membuatnya bahagia. Ini adalah spot yang paling ia nanti setiap hari.Pria bernama Kenzie itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara teriakan yang diiringi oleh tangisan. Astaga, apa itu? Tidak mungkin kan ada kuntilanak disini. Jika memang ada, sudah dari dulu ia melihatnya.Ia pun membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Matanya ia arahkan ke seluruh penjuru danau. Sepi seperti biasanya, hanya ada burung-burung yang hinggap di pepohonan. Kenzie langsung mengernyitkan dahi saat melihat seorang gadis yang duduk lesehan di tanah sambil menatap danau.Pasti gadis i
Dasar Yuta kampret, anak anjing, anak babi, ah salah, dia anak kura-kura.Bagaimana tidak kesal, makhluk aneh itu tega mengembalikan dirinya ke dunia nyata di sembarang tempat. Yuta dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya lagi sampai terjungkal ke belakang dan berakhir di danau dekat rumah.Untung saja Elyna bisa berenang, bagaimana jika tidak? Nyawanya pasti sudah melayang tanpa batas. Awas saja, jika ada kesempatan bertemu dengan dewa, ia akan mengadukan kelakuan bejad makhluk aneh itu.Elyna menahan malu saat semua orang menertawakan dirinya yang berjalan seorang diri dengan keadaan basah kuyup. Duh, ini seperti kejadian di mimpi Arien. Kenapa sial sekali sih hidupnya.Saat memasuki rumah, lagi-lagi Elyna mendengar suara desahan yang membuat perutnya langsung mules. Bisa tidak sih ia tenang sehari saja. Jika begini, ia lebih memilih hidup di dunia mimpi saja.Elyna meringis saat melihat tampilannya di depan cermin. Ia sudah seperti anak ayam ya
"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan."Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna."Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali b
HacuuuuhElyna menggosok-gosok hidungnya yang gatal. Semakin dekat dengan perbatasan maka suhu pun semakin dingin. Untung saja Arien tadi memberinya jaket."Kamu masih kedinginan El?" Tanya Azura si peri lucu dengan nada khawatir.Hacuuuh"Ok, ngga usah dijawab" Elyna hanya meringis. Duuuh, niatnya ingin membantu orang malah ia jadi sakit begini. Kacau kacau."Mau istirahat dulu?" Azura mengelus-ngelus bahunya. Ia juga kedinginan. Bahkan rasanya sayapnya akan membeku sebentar lagi."Eh eh""Azuraaaa" hembusan angin yang kencang membuat Azura terpental jauh. Elyna yang melihat itu langsung berlari menghampirinya yang terduduk lemas."Lo ngga apa-apa?" Peri itu hanya menggeleng lemah. Duuuh, bagaimana ini. Elyna harus apa."Kayaknya sayapku uda mulai membeku deh"Hah? Sebentar, jangan bilang ini seperti yang di film thinker bell. Sayap itu akan mudah patah jika terlalu beku dan akan lemas jika mencair. Ya ampu
"Ini gimana sih arahnya? Barat mana? Timur mana? Ya ampun. Mana ngga ada kompas lagi" Elyna terduduk lemas di samping batu besar. Ia sudah sampai seperempat jalan karena peta yang menunjukkan arah lurus dengan iglo, tempat pemakaman tadi.Tapi saat peta ini menunjukkan belokan, ia bingung karena tidak tau arah. Tidak mungkin kan ia asal memilih. Jika tersesat bagaimana?Elyna hampir terjungkal melihat si makhluk aneh itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Mau apa lagi sih kura-kura satu ini? Melihat wajahnya yang menahan emosi membuatnya tertawa. Ternyata begini mimik kura-kura jika sedang marah."Kenapa?""Kenapa kamu bilang? Bisa-bisanya kamu nyamar jadi utusan dewa. Kalau aku jadi manusia, aku juga milih-milih kaleee"Milih-milih? Memangnya kenapa dengan Elyna. Cantik? Iya, ehm.. apalagi kelebihannya ya. Sepertinya sudah habis. Pantas saja kura-kura laknat itu bilang begitu."Yaelah, gue kan lagi cosplay. Lagi pula siapa juga yang mau jadi u