"Ini gimana sih arahnya? Barat mana? Timur mana? Ya ampun. Mana ngga ada kompas lagi" Elyna terduduk lemas di samping batu besar. Ia sudah sampai seperempat jalan karena peta yang menunjukkan arah lurus dengan iglo, tempat pemakaman tadi.
Tapi saat peta ini menunjukkan belokan, ia bingung karena tidak tau arah. Tidak mungkin kan ia asal memilih. Jika tersesat bagaimana?
Elyna hampir terjungkal melihat si makhluk aneh itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Mau apa lagi sih kura-kura satu ini? Melihat wajahnya yang menahan emosi membuatnya tertawa. Ternyata begini mimik kura-kura jika sedang marah.
"Kenapa?"
"Kenapa kamu bilang? Bisa-bisanya kamu nyamar jadi utusan dewa. Kalau aku jadi manusia, aku juga milih-milih kaleee"
Milih-milih? Memangnya kenapa dengan Elyna. Cantik? Iya, ehm.. apalagi kelebihannya ya. Sepertinya sudah habis. Pantas saja kura-kura laknat itu bilang begitu.
"Yaelah, gue kan lagi cosplay. Lagi pula siapa juga yang mau jadi utusan dewa. Gue ogah dikutuk jadi kura-kura" ucap Elyna santai. Memang benar kan? Ia lebih memilih hidup dalam kesialan daripada dikutuk menjadi kura-kura.
"Dikutuk? Aku memang kura-kura. Enak saja. Siapa juga yang mau jadi manusia. Manusia itu suka merusak"
Ya ya ya. Iyain saja ucapan makhluk aneh itu. Elyna sedang tidak ingin berdebat. Ia mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah. Cuaca sudah mulai panas karena matahari yang semakin terik.
"Ngapain leha-leha disini? Bukannya nyelesaiin tugas malah enak-enakan" ucap kura-kura sambil mendarat di atas batu.
"Eh masbuloh. Emang masalah buat lo" ucap Elyna diiringi nada. Kalian tau kan lagu itu? Pasti tau dong.
"Ho ah ho eh. Tarik sis semongko"
Heh? Apa itu? Elyna langsung guling-guling mendengar sahutan kura-kura. Ya ampun, makhluk aneh itu ternyata benar-benar gaul. Ia jadi heran, bagaimana bisa utusan dewa tau lagu itu. Apa jangan-jangan di tablet kura-kura ada aplikasi toktok? Kalau iya, pantas saja makhluk itu tau lagu yang sedang viral.
"Uda puas ketawanya?" Elyna mengangguk sambil mengusap air matanya. Gara-gara kebanyakan tertawa ia sampai sakit perut dan matanya berair. Duh, ada-ada saja kelakuan kura-kura racun itu.
"Oh iya, nama lo siapa? Gue lupa. Masa iya gue manggil makhluk aneh mulu"
"Bisa tidak sih bersikap sopan dengan utusan dewa. Belum juga sehari, tapi panggilannya sudah berubah jadi lo-gue" kura-kura itu mencebikkan bibir kesal. Duh, gemasnya. Rasanya Elyna ingin memasukkannya ke kebun binatang.
"Gue ngga suka ngomong pake bahasa formal. Jadi, nama lo siapa?"
"Yuta. Kapasitas otakmu kecil sekali sih" nah kan, kura-kura itu memang selalu saja menghinanya. Ok, mari kita ruba panggilan makhluk aneh itu dengan nama Yuta.
"Heh, sini lo. Pengen gue jitak. Ini baru misi pertama, kenapa sulit banget sih. Mana pake acara bawa peta segala. Gue kan ngga tau arahnya" ucap Elyna bersungut-sungut.
"Peta apa?" Tanya Yuta bingung. Kenapa gadis itu membutuhkan peta? Ini aneh.
"Ah pokoknya itu deh. Lo ada kompas ngga?"
"Buat apa sih El? Lo kan bi..."
"Yuta, kesayangannya dewa, bisa tidak sih tidak usah berdebat. Gue ceburin lo ke samudra pasifik" kura-kura itu hanya mengangguk sambil garuk-garuk kepala. Terserah deh, pokoknya ia sudah bilang pada Elyna. Awas saja jika gadis itu marah-marah nanti.
"Terus, kamu butuh kompas?" Elyna mengangguk mantap.
"Ehm, aku adanya di tablet ini"
Eh? Ya ampun, Elyna hampir terjungkal saat melihat Yuta mengeluarkan tablet dari tempurungnya. Sudah mirip dengan kantong ajaibnya doraemon kan?
"Ya uda gue pinjem tabletnya"
"Janganlah. Ini kan buat kerja" Elyna memutar bola matanya malas. Kalau tidak boleh dipinjam kenapa ditunjukkan. Dasar kura-kura gendeng.
"Terus lo ngapain kesini? Cuma mau ngerusuh?"
"Enak aja. Kan aku diem, dibagian mana coba ngerusuhnya? Lagian aku kesini karena lupa ngasih kamu sesuatu. Ada hadiah dari dewa, spesial buat kamu" ucap Yuta kemudian masuk ke dalam tempurungnya.
Wah apa nih? Jangan-jangan bunga mawar merah. Bisa jadi kan karena ini misi pertamanya, dewa jadi memberinya kemudahan.
"Nih" mata Elyna langsung melotot saat Yuta menyodorkan seekor, eh, seorang? Sesuatu? Atau sesosok? Entahlah. Pokoknya semacam peri yang sedang tertidur. Heh, ini nyata?
"Siluman darimana itu?" Ia langsung menjauh begitu peri itu berbalik arah. Dia lucu sih, tapi Elyna tidak tau pasti kebenaran tentang makhluk itu.
"Nah kan bego. Ini peri, Elyna. P-E-R-I. Paham?" Ucap Yuta tegas sambil meletakkan peri yang sedang tertidur itu di atas batu.
"Buat apa itu? Dimakan?"
"Astaga naga, sejak kapan peri dimakan. Dasar psiko. Peri ini akan membantu kamu menyelesaikan misi. Lumayan juga kan ada yang menemani"
Elyna hanya mengangguk paham. Ok, brarti makhluk berjenis peri itu sudah jelas benar sekarang. Ia pun semakin mendekat. Ah, lucu, Imut, mungil, dan cantik. Mana warnanya biru berkilau. Duh, gemas sekali.
Ia menoel noel peri itu agar bangun. Melihatnya tertidur saja Elyna sudah gemas. Ingatkan Elyna untuk menyentilnya saat bangun nanti. Bercanda kok, Elyna hanya gemas saja.
"Ngga gitu cara banguninnya"
"Terus?"
Kura-kura itu dengan kurang ajarnya menendang peri itu sampai menggelinding dan terjatuh di atas pasir. Ya ampun, ini kekerasan namanya.
"Heh Yuta, lo gila ya. Kalo dia mati gimana?" Ucap Elyna marah. Awas saja jika peri ini kenapa-kenapa. Ia benar-benar akan membawa Yuta ke samudra pasifik.
Ia pun langsung jongkok dan mengecek keadaan peri itu. Peri itu sedang duduk sambil memegang kepalanya. Duh kasihan sekali. Sayapnya tidak apa-apa kan? Elyna takut dia tidak bisa terbang.
"Oh, hai"
Astaga, saking kagetnya Elyna sampai terjungkal ke belakang. Peri itu menatapnya dan langsung menyapa seperti itu. Siapa yang tidak kaget coba.
"Aduh maaf. Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya peri itu sambil terbang di hadapannya. Oh god, Elyna ingin pingsan saja sekarang.
"Ah eh ehm, ngga apa-apa kok. Lo sendiri? Ngga apa-apa kan? Ngga ada yang sakit?" Ucap Elyna sambil menatap Yuta dan peri itu bergantian.
"Aku? Aku baik-baik aja kok"
"Ditendang kayak gitu lo bilang baik-baik aja? Jujur, ngga usah takut sama makhluk kura-kura aneh itu. Kalo lo ada yang lecet, gue bakal masukin Yuta ke akuarium"
Heh, apa-apaan gadis gila itu. Duh, sabar-sabar. Sepertinya Yuta harus meminta stok kesabaran lebih pada dewa. Menghadapi Elyna ternyata membutuhkan tenaga ekstra.
"Oh itu. Hehehe. Sebenarnya aku memang susah bangun. Jadi ya memang seperti itu cara membangunkanku. Jangan salahkan Yuta ya" ucap peri itu sambil menggaruk kepala.
"Tuh dengerin. Nethink mulu sih" Elyna hanya nyengir mendengar ucapan Yuta. Kan ia kaget, jadi wajar dong sampai marah begitu.
"Silahkan perkenalkan dirimu" perintah Yuta pada sang peri.
"Hai, namaku Azura. Nama indah milikku punya arti langit biru. Aku adalah hadiah dari dewa untukmu. Dewa juga memberi perintah untuk membantu dan menemani kamu menyelesaikan misi ini" ucap Azura sambil membungkukkan badan.
"Hai juga, nama gue Elyna. Senang bisa bertemu denganmu" Elyna menyodorkan tangannya. Ia tidak bisa menahan tawa saat melihat tangan peri itu yang sangat mungil. Ah, lucuuuu.
"Baik, tugasku uda selesai. Aku pamit dulu. Bye" pamit Yuta kemudian menghilang. Nah loh, kemana perginya tuyul satu itu. Duh, ini benar-benar mimpi sepertinya.
"Ok El, ada yang bisa aku bantu?" Elyna mengangguk sambil tersenyum. Akhirnya, perjalanannya mencari sekuntum mawar merah bisa kembali dilanjutkan.
*****
HacuuuuhElyna menggosok-gosok hidungnya yang gatal. Semakin dekat dengan perbatasan maka suhu pun semakin dingin. Untung saja Arien tadi memberinya jaket."Kamu masih kedinginan El?" Tanya Azura si peri lucu dengan nada khawatir.Hacuuuh"Ok, ngga usah dijawab" Elyna hanya meringis. Duuuh, niatnya ingin membantu orang malah ia jadi sakit begini. Kacau kacau."Mau istirahat dulu?" Azura mengelus-ngelus bahunya. Ia juga kedinginan. Bahkan rasanya sayapnya akan membeku sebentar lagi."Eh eh""Azuraaaa" hembusan angin yang kencang membuat Azura terpental jauh. Elyna yang melihat itu langsung berlari menghampirinya yang terduduk lemas."Lo ngga apa-apa?" Peri itu hanya menggeleng lemah. Duuuh, bagaimana ini. Elyna harus apa."Kayaknya sayapku uda mulai membeku deh"Hah? Sebentar, jangan bilang ini seperti yang di film thinker bell. Sayap itu akan mudah patah jika terlalu beku dan akan lemas jika mencair. Ya ampu
"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan."Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna."Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali b
Dasar Yuta kampret, anak anjing, anak babi, ah salah, dia anak kura-kura.Bagaimana tidak kesal, makhluk aneh itu tega mengembalikan dirinya ke dunia nyata di sembarang tempat. Yuta dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya lagi sampai terjungkal ke belakang dan berakhir di danau dekat rumah.Untung saja Elyna bisa berenang, bagaimana jika tidak? Nyawanya pasti sudah melayang tanpa batas. Awas saja, jika ada kesempatan bertemu dengan dewa, ia akan mengadukan kelakuan bejad makhluk aneh itu.Elyna menahan malu saat semua orang menertawakan dirinya yang berjalan seorang diri dengan keadaan basah kuyup. Duh, ini seperti kejadian di mimpi Arien. Kenapa sial sekali sih hidupnya.Saat memasuki rumah, lagi-lagi Elyna mendengar suara desahan yang membuat perutnya langsung mules. Bisa tidak sih ia tenang sehari saja. Jika begini, ia lebih memilih hidup di dunia mimpi saja.Elyna meringis saat melihat tampilannya di depan cermin. Ia sudah seperti anak ayam ya
Nyanyian merdu terdengar menggema di penjuru danau. Bahkan burung-burung seolah berterbangan mengikuti melodi. Sore yang cerah ini terlihat sangat sejuk dan menyenangkan.Terlihat seorang pria yang sedang berbaring di atas rakit sambil merapalkan sebuah lagu. Rakit itu ia rekatkan dengan kayu di dekat danau agar tidak bergerak ke tengah. Melihat langit yang dihiasi oleh warna jingga membuatnya bahagia. Ini adalah spot yang paling ia nanti setiap hari.Pria bernama Kenzie itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara teriakan yang diiringi oleh tangisan. Astaga, apa itu? Tidak mungkin kan ada kuntilanak disini. Jika memang ada, sudah dari dulu ia melihatnya.Ia pun membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Matanya ia arahkan ke seluruh penjuru danau. Sepi seperti biasanya, hanya ada burung-burung yang hinggap di pepohonan. Kenzie langsung mengernyitkan dahi saat melihat seorang gadis yang duduk lesehan di tanah sambil menatap danau.Pasti gadis i
Kenzie mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk. Badannya masih bau air danau padahal ia sudah mandi dua kali. Duh, untung saja pekerjaannya disini sudah selesai. Jika belum, pasti kliennya akan jijik berdekatan dengannya.Ia sedikit emosi mengingat si gadis gila itu. Sudah baik ia menolongnya, tapi gadis itu dengan kurang ajarnya langsung berlari dan meninggalkannya. Tanpa berterima kasih pula. Dasar manusia jahannam.Tapi sebentar, Kenzie sedikit tidak asing dengan wajahnya. Karena ingatannya yang sangat bagus membuatnya bingung dengan wajah-wajah manusia yang dilihatnya. Astaga, sepertinya saraf-saraf di otak sedang terbelit satu sama lain.Melihat meja yang berantakan membuat Kenzie stress. Ia masih harus menyusun data dari klien. Astaga, kapan semua kerjaannya ini berakhir.Baiklah, sepertinya ia butuh hiburan. Ia pun keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar. Kenzie akan menjelajah lagi di desa belakang apartemen ini. Danau yang ia
Sinar mentari membangunkan Elyna dari tidurnya. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Dengan buru-buru, ia langsung bangkit dan melihat ke arah jendela.Matanya langsung melotot saat menyadari sesuatu. Apa kalian tau itu apa? Ah, tentu mudah ditebak. Akhirnya, Elyna bisa merasakan tidur pada malam hari. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati tidur malam. Jangan-jangan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Ah syukurlah kalau begitu.Melihat matahari yang cerah membuat Elyna tersenyum senang. Apartemen ini berada di lantai 15. Dari atas, ia bisa melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ini adalah pemandangan langkah yang sangat ia dampakan.Bagaimana tidak, di saat semua orang mulai bangun dari tidur, ia malah harus bersiap untuk tidur. Dan saat dirinya bangun, orang lain sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Duh, nasib manusia nokturnal sepertinya memang menyedihkan.Elyna berjalan ke arah pintu balkon. Ia ingin melihat pemandangan lebih jel
Elyna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ember mana ember, ia sungguh malu sekarang. Bagaimana tidak, karena dirinya yang berteriak maling, semua orang pun langsung mengejar maling itu.Dan kalian tau apa yang dia curi? Sebuah handuk. Gila kan? Maling itu butuh handuk untuk anaknya yang kedinginan. Ia baru sadar jika handuk itu ikut terbawa ke alam mimpi.Ia pun langsung meminta maaf kepada semua orang yang membantunya. Duh, baru juga memulai misi, ia sudah membuat kegaduhan. Dasar bodoh."Ini neng, minum dulu" Elyna berjengit kaget saat didatangi oleh Arien. Pria itu membawa segelas susu dan menyodorkan ke padanya."Terima kasih pak" ucapnya ramah kemudian meneguk susu itu hingga habis tak tersisa. Ah segarnya, pasti ini susu murni tanpa ada campuran air ataupun gula. Baiklah El, mari kita mulai melaksanakan misi kedua."Kamu bukan dari desa sekitar sini ya?""Iya pak. Saya tersesat dan sangat lapar" eits jangan salah, perut Elyna memang
Elyna menatap langit dari balkon kamarnya. Otaknya masih memutar memori saat berada di alam mimpi semalam. Ia ingat betul, bahwa perempuan di figura itu adalah sang Mama. Tidak mungkin kan ia tidak mengenali Mamanya sendiri.Dan lagi, kenapa Yuta tidak mau menjawab pertanyaannya. Ia kan hanya penasaran siapa sebenarnya pria itu? Apa jangan-jangan ini salah satu petunjuk dari dewa agar Elyna bisa bertemu dengan sang Papa, begitu kah?Jika Arien itu benar-benar Papanya, berarti bayi yang ada dalam gendongan sang Mama adalah dirinya. Dengan gesit, ia pun langsung mengacak-acak box kayu yang merupakan tempat penyimpanan album. Siapa tau kan ada foto masa kecilnya.Mata Elyna langsung melebar saat menemukan sebuah foto masa kecilnya yang tengkurap di atas kasur. Elyna kecil sangat mirip dengan bayi yang ada di gendongan Mamanya. Fix, Arien adalah sang Papa. Baiklah El, mari kita pecahkan misteri ini.Ah sebentar, hari sudah mulai pagi. Ia harus makan kemudian
Elyna menatap langit dari balkon kamarnya. Otaknya masih memutar memori saat berada di alam mimpi semalam. Ia ingat betul, bahwa perempuan di figura itu adalah sang Mama. Tidak mungkin kan ia tidak mengenali Mamanya sendiri.Dan lagi, kenapa Yuta tidak mau menjawab pertanyaannya. Ia kan hanya penasaran siapa sebenarnya pria itu? Apa jangan-jangan ini salah satu petunjuk dari dewa agar Elyna bisa bertemu dengan sang Papa, begitu kah?Jika Arien itu benar-benar Papanya, berarti bayi yang ada dalam gendongan sang Mama adalah dirinya. Dengan gesit, ia pun langsung mengacak-acak box kayu yang merupakan tempat penyimpanan album. Siapa tau kan ada foto masa kecilnya.Mata Elyna langsung melebar saat menemukan sebuah foto masa kecilnya yang tengkurap di atas kasur. Elyna kecil sangat mirip dengan bayi yang ada di gendongan Mamanya. Fix, Arien adalah sang Papa. Baiklah El, mari kita pecahkan misteri ini.Ah sebentar, hari sudah mulai pagi. Ia harus makan kemudian
Elyna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ember mana ember, ia sungguh malu sekarang. Bagaimana tidak, karena dirinya yang berteriak maling, semua orang pun langsung mengejar maling itu.Dan kalian tau apa yang dia curi? Sebuah handuk. Gila kan? Maling itu butuh handuk untuk anaknya yang kedinginan. Ia baru sadar jika handuk itu ikut terbawa ke alam mimpi.Ia pun langsung meminta maaf kepada semua orang yang membantunya. Duh, baru juga memulai misi, ia sudah membuat kegaduhan. Dasar bodoh."Ini neng, minum dulu" Elyna berjengit kaget saat didatangi oleh Arien. Pria itu membawa segelas susu dan menyodorkan ke padanya."Terima kasih pak" ucapnya ramah kemudian meneguk susu itu hingga habis tak tersisa. Ah segarnya, pasti ini susu murni tanpa ada campuran air ataupun gula. Baiklah El, mari kita mulai melaksanakan misi kedua."Kamu bukan dari desa sekitar sini ya?""Iya pak. Saya tersesat dan sangat lapar" eits jangan salah, perut Elyna memang
Sinar mentari membangunkan Elyna dari tidurnya. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Dengan buru-buru, ia langsung bangkit dan melihat ke arah jendela.Matanya langsung melotot saat menyadari sesuatu. Apa kalian tau itu apa? Ah, tentu mudah ditebak. Akhirnya, Elyna bisa merasakan tidur pada malam hari. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati tidur malam. Jangan-jangan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Ah syukurlah kalau begitu.Melihat matahari yang cerah membuat Elyna tersenyum senang. Apartemen ini berada di lantai 15. Dari atas, ia bisa melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ini adalah pemandangan langkah yang sangat ia dampakan.Bagaimana tidak, di saat semua orang mulai bangun dari tidur, ia malah harus bersiap untuk tidur. Dan saat dirinya bangun, orang lain sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Duh, nasib manusia nokturnal sepertinya memang menyedihkan.Elyna berjalan ke arah pintu balkon. Ia ingin melihat pemandangan lebih jel
Kenzie mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk. Badannya masih bau air danau padahal ia sudah mandi dua kali. Duh, untung saja pekerjaannya disini sudah selesai. Jika belum, pasti kliennya akan jijik berdekatan dengannya.Ia sedikit emosi mengingat si gadis gila itu. Sudah baik ia menolongnya, tapi gadis itu dengan kurang ajarnya langsung berlari dan meninggalkannya. Tanpa berterima kasih pula. Dasar manusia jahannam.Tapi sebentar, Kenzie sedikit tidak asing dengan wajahnya. Karena ingatannya yang sangat bagus membuatnya bingung dengan wajah-wajah manusia yang dilihatnya. Astaga, sepertinya saraf-saraf di otak sedang terbelit satu sama lain.Melihat meja yang berantakan membuat Kenzie stress. Ia masih harus menyusun data dari klien. Astaga, kapan semua kerjaannya ini berakhir.Baiklah, sepertinya ia butuh hiburan. Ia pun keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar. Kenzie akan menjelajah lagi di desa belakang apartemen ini. Danau yang ia
Nyanyian merdu terdengar menggema di penjuru danau. Bahkan burung-burung seolah berterbangan mengikuti melodi. Sore yang cerah ini terlihat sangat sejuk dan menyenangkan.Terlihat seorang pria yang sedang berbaring di atas rakit sambil merapalkan sebuah lagu. Rakit itu ia rekatkan dengan kayu di dekat danau agar tidak bergerak ke tengah. Melihat langit yang dihiasi oleh warna jingga membuatnya bahagia. Ini adalah spot yang paling ia nanti setiap hari.Pria bernama Kenzie itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara teriakan yang diiringi oleh tangisan. Astaga, apa itu? Tidak mungkin kan ada kuntilanak disini. Jika memang ada, sudah dari dulu ia melihatnya.Ia pun membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Matanya ia arahkan ke seluruh penjuru danau. Sepi seperti biasanya, hanya ada burung-burung yang hinggap di pepohonan. Kenzie langsung mengernyitkan dahi saat melihat seorang gadis yang duduk lesehan di tanah sambil menatap danau.Pasti gadis i
Dasar Yuta kampret, anak anjing, anak babi, ah salah, dia anak kura-kura.Bagaimana tidak kesal, makhluk aneh itu tega mengembalikan dirinya ke dunia nyata di sembarang tempat. Yuta dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya lagi sampai terjungkal ke belakang dan berakhir di danau dekat rumah.Untung saja Elyna bisa berenang, bagaimana jika tidak? Nyawanya pasti sudah melayang tanpa batas. Awas saja, jika ada kesempatan bertemu dengan dewa, ia akan mengadukan kelakuan bejad makhluk aneh itu.Elyna menahan malu saat semua orang menertawakan dirinya yang berjalan seorang diri dengan keadaan basah kuyup. Duh, ini seperti kejadian di mimpi Arien. Kenapa sial sekali sih hidupnya.Saat memasuki rumah, lagi-lagi Elyna mendengar suara desahan yang membuat perutnya langsung mules. Bisa tidak sih ia tenang sehari saja. Jika begini, ia lebih memilih hidup di dunia mimpi saja.Elyna meringis saat melihat tampilannya di depan cermin. Ia sudah seperti anak ayam ya
"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan."Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna."Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali b
HacuuuuhElyna menggosok-gosok hidungnya yang gatal. Semakin dekat dengan perbatasan maka suhu pun semakin dingin. Untung saja Arien tadi memberinya jaket."Kamu masih kedinginan El?" Tanya Azura si peri lucu dengan nada khawatir.Hacuuuh"Ok, ngga usah dijawab" Elyna hanya meringis. Duuuh, niatnya ingin membantu orang malah ia jadi sakit begini. Kacau kacau."Mau istirahat dulu?" Azura mengelus-ngelus bahunya. Ia juga kedinginan. Bahkan rasanya sayapnya akan membeku sebentar lagi."Eh eh""Azuraaaa" hembusan angin yang kencang membuat Azura terpental jauh. Elyna yang melihat itu langsung berlari menghampirinya yang terduduk lemas."Lo ngga apa-apa?" Peri itu hanya menggeleng lemah. Duuuh, bagaimana ini. Elyna harus apa."Kayaknya sayapku uda mulai membeku deh"Hah? Sebentar, jangan bilang ini seperti yang di film thinker bell. Sayap itu akan mudah patah jika terlalu beku dan akan lemas jika mencair. Ya ampu
"Ini gimana sih arahnya? Barat mana? Timur mana? Ya ampun. Mana ngga ada kompas lagi" Elyna terduduk lemas di samping batu besar. Ia sudah sampai seperempat jalan karena peta yang menunjukkan arah lurus dengan iglo, tempat pemakaman tadi.Tapi saat peta ini menunjukkan belokan, ia bingung karena tidak tau arah. Tidak mungkin kan ia asal memilih. Jika tersesat bagaimana?Elyna hampir terjungkal melihat si makhluk aneh itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Mau apa lagi sih kura-kura satu ini? Melihat wajahnya yang menahan emosi membuatnya tertawa. Ternyata begini mimik kura-kura jika sedang marah."Kenapa?""Kenapa kamu bilang? Bisa-bisanya kamu nyamar jadi utusan dewa. Kalau aku jadi manusia, aku juga milih-milih kaleee"Milih-milih? Memangnya kenapa dengan Elyna. Cantik? Iya, ehm.. apalagi kelebihannya ya. Sepertinya sudah habis. Pantas saja kura-kura laknat itu bilang begitu."Yaelah, gue kan lagi cosplay. Lagi pula siapa juga yang mau jadi u