Eh eh eh, dimana ini? Kenapa Elyna seperti berada di luar angkasa. Dan apa ini yang ia duduki? What? Ini beneran bulan? Serius?
Gadis yang baru saja terbangun itu sudah seperti orang gila karena linglung. Bayangkan saja, ia tadi sedang berlari-lari dan tiba-tiba sekarang ada di tempat misterius ini.
Anehnya lagi, Elyna duduk di atas bulan sabit. Padahal seingatnya bulan sedang purnama hari ini. Ah, sepertinya Elyna mimpi. Tapi sebentar, ia tidak pernah mimpi selama 25 tahun hidupnya. Jadi, apakah ini yang dinamakan mimpi perdana?
Elyna menoleh ke arah kanan dan kiri. Tidak ada siapapun disini. Ia hanya melihat gelapnya malam yang hampa tanpa suara ataupun manusia. Bahkan udara pun tidak terasa.
Jika tidak ada udara, harusnya ia sudah mati sejak tadi kan? Elyna pun langsung mengecek hidungnya yang bernafas dengan santai. Untung saja ada oksigen disini. Berarti ini bukan di luar angkasa, terus ini dimana?
Kumpulan kabut tebal yang menutupi tingginya tempat ini membuat Elyna merinding. Ia pun langsung membenarkan letak duduknya. Tidak lucu kan jika ia tewas di alam yang tidak jelas ini.
Suasana yang semula hening langsung pecah karena suara tawa yang menggema. Elyna tidak bisa berhenti ngakak saat melihat seekor kura-kura kecil yang melayang sambil membawa tablet. Astaga, apa-apaan ini? Fix, ini mimpi perdananya.
"Hai Elyna, akhirnya kamu sadar juga" hah? Ia tidak salah dengar kan? Kura-kura itu berbicara bahkan menyebut namanya? Ya ampun, sebenarnya ia mimpi apa. Kenapa aneh sekali.
"Elyna? Halo?" Astaga, makhluk itu juga bisa melambaikan tangan. Sepertinya ia harus kabur dari sini. Caranya? Loncat begitu? Kalau terjadi apa-apa bagaimana? Duuh.
Ok El, tarik nafas, buang. Ia harus yakin, bahwa ini hanyalah mimpi. Tentu saja mimpi, mana mungkin ada kura-kura aneh seperti yang ada didepannya ini.
"Tenang El, aku disini cuma mau menyampaikan tugas dari dewa keadilan"
"Dewa keadilan? Sebentar, sebenarnya gimana alur dari mimpi ini? Biar aku bisa ngikutin jalan ceritanya" ucap Elyna sambil tersenyum. Ternyata seperti ini rasanya bermimpi, seru juga.
"Ini bukan mimpi El, tapi ini di dunia mimpi"
"Gimana-gimana?" Sepertinya syaraf di otak Elyna terputus secara bersamaan.
"Wah kamu lucu seperi Gina dulu. Ok sebelum aku menjelaskan semuanya, izinkan aku untuk memperkenalkan diri. Namaku Yuta, utusan dewa yang ditugaskan untuk membantu kamu dalam menyelesaikan misi nenek moyangmu yang belum selesai.
Aku akan menyampaikan tugas apa saja yang akan kamu lakukan selama di dunia mimpi. Jika kamu berhasil, maka kamu akan langsung pulang ke tempat asalmu.
Misi ini tidak dilakukan setiap hari. Tapi yang pasti, kamu harus selalu siap jika mendapat panggilan dari alam mimpi. Apa sudah jelas?"
Elyna langsung menggelengkan kepala pelan. Apa sih yang diucapkan kura-kura itu? Misi nenek moyang? Utusan dewa? Dan satu lagi, Gina siapa? Astaga, kenapa mimpi ini sangat membingungkan.
"Kayaknya umurmu belum 25 deh. Masa aku ngomong panjang lebar ngga paham. Aduh aduh aduh"
Ya ampun, Elyna ingin guling-guling sekarang. Kenapa gaul sekali ucapan kura-kura itu. Mana pake lagu lagi, yok sekali lagi aduh aduh aduh. Ok, cukup. Elyna sudah capek tertawa.
Kura-kura itu hanya geleng-geleng kepala kemudian menepuk jidatnya. Nah kan, ada satu lagi kelakuan makhluk aneh itu. Sepertinya Elyna akan semakin gila saat tersadar dari mimpi ini.
"Aku lagi males ngomong panjang lebar. Jadi langsung dimulai aja ya misinya"
Heh sebentar. Misi apa sih? Elyna masih tidak paham. Kura-kura itu menyodorkan sebuah tablet ke arahnya. Dia juga memberi isyarat pada Elyna untuk membacanya. Baiklah, mari kita baca.
____________________
Dear Elyna
Kini sudah waktunya kamu melakukan penebusan dosa dengan melakukan kebaikan. Kamu diberi kekuatan sebagai bekal untuk menyelesaikan misi ini.
____________________
Dear? Ya ampun. Ini benar surat dari Dewa? Kocak sekali. Dan wow, ia akan mendapatkan kekuatan. Jika bisa memilih, Elyna ingin punya kuasa untuk menggandakan uang. Ok, kembali ke topik.
Kura-kura itu memberi isyarat agar ia menggeser halaman berikutnya. Disitu tertera tugas yang harus diselesaikan oleh Elyna, yang berisi:
____________________
Misi ke-1
Mencari sekuntum mawar merah dan memberikannya pada Arien.
____________________
Terdapat foto seorang laki-laki muda di bawah kalimat itu. Elyna mengernyitkan dahi bingung. Sekuntum mawar merah? Astaga, hanya untuk mencari mawar saja ia harus masuk ke alam mimpi. Gila, ini gila.
"Nama laki-laki ini Arien?" Tanyanya sambil menunjuk foto yang tertera di tablet.
"Bukan, Arien itu sebutan untuk pemilik mimpi" Elyna hanya ber-oh ria.
"Mimpi yang aneh"
"Ini bukam mimpi El. Ini nyata. Kamu mau tau kan kenapa hidupmu selalu sial? Ya karena ini. Nenek moyangmu menanggung dosa besar dan harus melakukan penebusan dosa.
Dosa itu sampai sekarang belum habis dan menyisakan banyak dendam. Sebab itu, kamu yang merupakan reinkarnasinya harus melanjutkan tugasnya untuk berbuat kebaikan di alam mimpi"
Ia tidak bisa percaya begitu saja dengan ucapan kura-kura si makhluk aneh ini. Tidak mungkin kan? Tapi, tau darimana dia kalau Elyna selalu sial. Apa fakta itu memang benar?
"Sampai kapan aku harus berbuat kebaikan di alam mimpi?" Tanya Elyna penasaran.
"Sampai batas waktu yang tak ditentukan" ucap kura-kura itu mantap.
Nah loh. Maksudnya apa ini? Jika apa yang diucapkan makhluk itu benar, apa Elyna akan terus terjebak di alam mimpi? Oh god, otak Elyna tidak sampai untuk mencerna semua kegilaan ini.
"Kamu masih bingung?" Tanya kura-kura yang lagi-lagi diangguki oleh Elyna.
"Intinya ini nyata. Kamu harus menyelesaikan tugas di alam mimpi. Jadi disini kamu akan membantu mimpi orang yang butuh bantuan. Kalau sudah selesai, aku akan mengembalikan kamu ke dunia nyata.
Aku tegaskan sekali lagi, tugas atau misi ini tidak dilakukan setiap hari. Hanya malam-malam tertentu saja. Tapi aku harap kamu selalu siap jika ada panggilan ke alam mimpi. Sudah paham?"
Baik, Elyna sudah paham. Ia harus jadi pembantu di mimpi orang, begitu kan?. Nyata atau mimpi hanya bisa dibuktikan jika ia pergi dari tempat ini.
"Misinya bisa dimulai dari sekarang?" Tanya kura-kura sambil mengambil tablet dari tangan Elyna.
Setelah menyetujui dengan berbagai pertimbangan, kura-kura itu dengan kurang ajarnya mendorong tubuh Elyna ke belakang. Heh, apa-apaan ini? Itu makhluk mau membunuhnya?
"Aaaaaaah" segala macam doa Elyna ucapkan. Tubuhnya seperti melayang di atas udara. Dan apa ini? Kenapa suhunya jadi dingin.
Elyna memberanikan diri untuk membuka mata. Dilihatnya hamparan ladang gersang dengan suasana langit yang menampilkan fajar. Ini sangat indah, ia tidak berbohong.
"Eh" jujur, Elyna terkejut saat menyadari dirinya tidak menyentuh tanah. Ya benar, dia melayang. Apa ini kekuatan yang diberi dewa untuknya?
Tak mau lama berpikir gadis itu pun langsung mendarat dengan hati-hati. Dari kejauhan, ia melihat perkampungan dan beberapa orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing
Elyna menyusuri jalanan yang terbuat dari batu untuk sampai ke perkampungan itu. Dilihatnya orang-orang yang sibuk menyiapkan aneka sayuran dan diletakkan di atas gerobak. Tak hanya itu, mereka juga menyusun botol-botol susu di keranjang.
Astaga, gara-gara keasyikan melihat sekitar, Elyna sampai melupakan misinya disini. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Misinya adalah mencari sekuntum mawar merah dan memberikannya pada Arien atau sang pemilik mimpi. Sedangkan ini?
Mampus, ia benar-benar mampus. Kenapa laki-laki itu bermimpi di area gurun sih. Terus dimana Elyna bisa mendapatkan sekuntum mawar merah?
Jika yang dikatakan makhluk aneh itu memang benar, Elyna ingin menjitaknya nanti. Ini masih misi pertama, tapi kenapa sudah sesulit ini. Gilaaaaa. Dasar kura-kura laknat.
*****
Daripada stress memikirkan sekuntum mawar merah, lebih baik Elyna mencari sang pemilik mimpi. Sebelum menyelesaikan tugas, ia harus tau kan titik masalahnya.Niatnya ingin mencari Arien terpaksa berhenti karena beberapa warga berteriak akan ada badai pasir. Elyna yang masih bingung dengan misinya, hanya diam sambil memproses ucapan mereka.Badai pasir? Apa itu berbahaya? Terus Elyna harus bagaimana? Bersembunyi? Tapi dimana? Ah, ini kan di dunia mimpi. Bagaimana mungkin ada badai pasir segala. Ok El, mari kita lanjutkan mencari Arien.Beberapa menit kemudian, bencana itu memang datang. Elyna yang panik pun langsung berlari menjauh dari badai itu, tapi apa? Sialnya ia malah terjebak di dalamnya.Elyna sudah berpegangan pada salah satu pagar. Dan naasnya, pagar itu tak cukup kuat untuk menahan bebannya. Ia pun terbawa ke tengah-tengah badai yang gelap. Bahkan matanya seperti disumpal oleh beberapa pasir. Ini sungguh menyakitkan.Intensitas badai itu
"Ini gimana sih arahnya? Barat mana? Timur mana? Ya ampun. Mana ngga ada kompas lagi" Elyna terduduk lemas di samping batu besar. Ia sudah sampai seperempat jalan karena peta yang menunjukkan arah lurus dengan iglo, tempat pemakaman tadi.Tapi saat peta ini menunjukkan belokan, ia bingung karena tidak tau arah. Tidak mungkin kan ia asal memilih. Jika tersesat bagaimana?Elyna hampir terjungkal melihat si makhluk aneh itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Mau apa lagi sih kura-kura satu ini? Melihat wajahnya yang menahan emosi membuatnya tertawa. Ternyata begini mimik kura-kura jika sedang marah."Kenapa?""Kenapa kamu bilang? Bisa-bisanya kamu nyamar jadi utusan dewa. Kalau aku jadi manusia, aku juga milih-milih kaleee"Milih-milih? Memangnya kenapa dengan Elyna. Cantik? Iya, ehm.. apalagi kelebihannya ya. Sepertinya sudah habis. Pantas saja kura-kura laknat itu bilang begitu."Yaelah, gue kan lagi cosplay. Lagi pula siapa juga yang mau jadi u
HacuuuuhElyna menggosok-gosok hidungnya yang gatal. Semakin dekat dengan perbatasan maka suhu pun semakin dingin. Untung saja Arien tadi memberinya jaket."Kamu masih kedinginan El?" Tanya Azura si peri lucu dengan nada khawatir.Hacuuuh"Ok, ngga usah dijawab" Elyna hanya meringis. Duuuh, niatnya ingin membantu orang malah ia jadi sakit begini. Kacau kacau."Mau istirahat dulu?" Azura mengelus-ngelus bahunya. Ia juga kedinginan. Bahkan rasanya sayapnya akan membeku sebentar lagi."Eh eh""Azuraaaa" hembusan angin yang kencang membuat Azura terpental jauh. Elyna yang melihat itu langsung berlari menghampirinya yang terduduk lemas."Lo ngga apa-apa?" Peri itu hanya menggeleng lemah. Duuuh, bagaimana ini. Elyna harus apa."Kayaknya sayapku uda mulai membeku deh"Hah? Sebentar, jangan bilang ini seperti yang di film thinker bell. Sayap itu akan mudah patah jika terlalu beku dan akan lemas jika mencair. Ya ampu
"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan."Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna."Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali b
Dasar Yuta kampret, anak anjing, anak babi, ah salah, dia anak kura-kura.Bagaimana tidak kesal, makhluk aneh itu tega mengembalikan dirinya ke dunia nyata di sembarang tempat. Yuta dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya lagi sampai terjungkal ke belakang dan berakhir di danau dekat rumah.Untung saja Elyna bisa berenang, bagaimana jika tidak? Nyawanya pasti sudah melayang tanpa batas. Awas saja, jika ada kesempatan bertemu dengan dewa, ia akan mengadukan kelakuan bejad makhluk aneh itu.Elyna menahan malu saat semua orang menertawakan dirinya yang berjalan seorang diri dengan keadaan basah kuyup. Duh, ini seperti kejadian di mimpi Arien. Kenapa sial sekali sih hidupnya.Saat memasuki rumah, lagi-lagi Elyna mendengar suara desahan yang membuat perutnya langsung mules. Bisa tidak sih ia tenang sehari saja. Jika begini, ia lebih memilih hidup di dunia mimpi saja.Elyna meringis saat melihat tampilannya di depan cermin. Ia sudah seperti anak ayam ya
Nyanyian merdu terdengar menggema di penjuru danau. Bahkan burung-burung seolah berterbangan mengikuti melodi. Sore yang cerah ini terlihat sangat sejuk dan menyenangkan.Terlihat seorang pria yang sedang berbaring di atas rakit sambil merapalkan sebuah lagu. Rakit itu ia rekatkan dengan kayu di dekat danau agar tidak bergerak ke tengah. Melihat langit yang dihiasi oleh warna jingga membuatnya bahagia. Ini adalah spot yang paling ia nanti setiap hari.Pria bernama Kenzie itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara teriakan yang diiringi oleh tangisan. Astaga, apa itu? Tidak mungkin kan ada kuntilanak disini. Jika memang ada, sudah dari dulu ia melihatnya.Ia pun membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Matanya ia arahkan ke seluruh penjuru danau. Sepi seperti biasanya, hanya ada burung-burung yang hinggap di pepohonan. Kenzie langsung mengernyitkan dahi saat melihat seorang gadis yang duduk lesehan di tanah sambil menatap danau.Pasti gadis i
Kenzie mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk. Badannya masih bau air danau padahal ia sudah mandi dua kali. Duh, untung saja pekerjaannya disini sudah selesai. Jika belum, pasti kliennya akan jijik berdekatan dengannya.Ia sedikit emosi mengingat si gadis gila itu. Sudah baik ia menolongnya, tapi gadis itu dengan kurang ajarnya langsung berlari dan meninggalkannya. Tanpa berterima kasih pula. Dasar manusia jahannam.Tapi sebentar, Kenzie sedikit tidak asing dengan wajahnya. Karena ingatannya yang sangat bagus membuatnya bingung dengan wajah-wajah manusia yang dilihatnya. Astaga, sepertinya saraf-saraf di otak sedang terbelit satu sama lain.Melihat meja yang berantakan membuat Kenzie stress. Ia masih harus menyusun data dari klien. Astaga, kapan semua kerjaannya ini berakhir.Baiklah, sepertinya ia butuh hiburan. Ia pun keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar. Kenzie akan menjelajah lagi di desa belakang apartemen ini. Danau yang ia
Sinar mentari membangunkan Elyna dari tidurnya. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Dengan buru-buru, ia langsung bangkit dan melihat ke arah jendela.Matanya langsung melotot saat menyadari sesuatu. Apa kalian tau itu apa? Ah, tentu mudah ditebak. Akhirnya, Elyna bisa merasakan tidur pada malam hari. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati tidur malam. Jangan-jangan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Ah syukurlah kalau begitu.Melihat matahari yang cerah membuat Elyna tersenyum senang. Apartemen ini berada di lantai 15. Dari atas, ia bisa melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ini adalah pemandangan langkah yang sangat ia dampakan.Bagaimana tidak, di saat semua orang mulai bangun dari tidur, ia malah harus bersiap untuk tidur. Dan saat dirinya bangun, orang lain sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Duh, nasib manusia nokturnal sepertinya memang menyedihkan.Elyna berjalan ke arah pintu balkon. Ia ingin melihat pemandangan lebih jel
Elyna menatap langit dari balkon kamarnya. Otaknya masih memutar memori saat berada di alam mimpi semalam. Ia ingat betul, bahwa perempuan di figura itu adalah sang Mama. Tidak mungkin kan ia tidak mengenali Mamanya sendiri.Dan lagi, kenapa Yuta tidak mau menjawab pertanyaannya. Ia kan hanya penasaran siapa sebenarnya pria itu? Apa jangan-jangan ini salah satu petunjuk dari dewa agar Elyna bisa bertemu dengan sang Papa, begitu kah?Jika Arien itu benar-benar Papanya, berarti bayi yang ada dalam gendongan sang Mama adalah dirinya. Dengan gesit, ia pun langsung mengacak-acak box kayu yang merupakan tempat penyimpanan album. Siapa tau kan ada foto masa kecilnya.Mata Elyna langsung melebar saat menemukan sebuah foto masa kecilnya yang tengkurap di atas kasur. Elyna kecil sangat mirip dengan bayi yang ada di gendongan Mamanya. Fix, Arien adalah sang Papa. Baiklah El, mari kita pecahkan misteri ini.Ah sebentar, hari sudah mulai pagi. Ia harus makan kemudian
Elyna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ember mana ember, ia sungguh malu sekarang. Bagaimana tidak, karena dirinya yang berteriak maling, semua orang pun langsung mengejar maling itu.Dan kalian tau apa yang dia curi? Sebuah handuk. Gila kan? Maling itu butuh handuk untuk anaknya yang kedinginan. Ia baru sadar jika handuk itu ikut terbawa ke alam mimpi.Ia pun langsung meminta maaf kepada semua orang yang membantunya. Duh, baru juga memulai misi, ia sudah membuat kegaduhan. Dasar bodoh."Ini neng, minum dulu" Elyna berjengit kaget saat didatangi oleh Arien. Pria itu membawa segelas susu dan menyodorkan ke padanya."Terima kasih pak" ucapnya ramah kemudian meneguk susu itu hingga habis tak tersisa. Ah segarnya, pasti ini susu murni tanpa ada campuran air ataupun gula. Baiklah El, mari kita mulai melaksanakan misi kedua."Kamu bukan dari desa sekitar sini ya?""Iya pak. Saya tersesat dan sangat lapar" eits jangan salah, perut Elyna memang
Sinar mentari membangunkan Elyna dari tidurnya. Sebentar, sepertinya ada yang salah. Dengan buru-buru, ia langsung bangkit dan melihat ke arah jendela.Matanya langsung melotot saat menyadari sesuatu. Apa kalian tau itu apa? Ah, tentu mudah ditebak. Akhirnya, Elyna bisa merasakan tidur pada malam hari. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati tidur malam. Jangan-jangan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Ah syukurlah kalau begitu.Melihat matahari yang cerah membuat Elyna tersenyum senang. Apartemen ini berada di lantai 15. Dari atas, ia bisa melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ini adalah pemandangan langkah yang sangat ia dampakan.Bagaimana tidak, di saat semua orang mulai bangun dari tidur, ia malah harus bersiap untuk tidur. Dan saat dirinya bangun, orang lain sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Duh, nasib manusia nokturnal sepertinya memang menyedihkan.Elyna berjalan ke arah pintu balkon. Ia ingin melihat pemandangan lebih jel
Kenzie mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk. Badannya masih bau air danau padahal ia sudah mandi dua kali. Duh, untung saja pekerjaannya disini sudah selesai. Jika belum, pasti kliennya akan jijik berdekatan dengannya.Ia sedikit emosi mengingat si gadis gila itu. Sudah baik ia menolongnya, tapi gadis itu dengan kurang ajarnya langsung berlari dan meninggalkannya. Tanpa berterima kasih pula. Dasar manusia jahannam.Tapi sebentar, Kenzie sedikit tidak asing dengan wajahnya. Karena ingatannya yang sangat bagus membuatnya bingung dengan wajah-wajah manusia yang dilihatnya. Astaga, sepertinya saraf-saraf di otak sedang terbelit satu sama lain.Melihat meja yang berantakan membuat Kenzie stress. Ia masih harus menyusun data dari klien. Astaga, kapan semua kerjaannya ini berakhir.Baiklah, sepertinya ia butuh hiburan. Ia pun keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar. Kenzie akan menjelajah lagi di desa belakang apartemen ini. Danau yang ia
Nyanyian merdu terdengar menggema di penjuru danau. Bahkan burung-burung seolah berterbangan mengikuti melodi. Sore yang cerah ini terlihat sangat sejuk dan menyenangkan.Terlihat seorang pria yang sedang berbaring di atas rakit sambil merapalkan sebuah lagu. Rakit itu ia rekatkan dengan kayu di dekat danau agar tidak bergerak ke tengah. Melihat langit yang dihiasi oleh warna jingga membuatnya bahagia. Ini adalah spot yang paling ia nanti setiap hari.Pria bernama Kenzie itu hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara teriakan yang diiringi oleh tangisan. Astaga, apa itu? Tidak mungkin kan ada kuntilanak disini. Jika memang ada, sudah dari dulu ia melihatnya.Ia pun membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Matanya ia arahkan ke seluruh penjuru danau. Sepi seperti biasanya, hanya ada burung-burung yang hinggap di pepohonan. Kenzie langsung mengernyitkan dahi saat melihat seorang gadis yang duduk lesehan di tanah sambil menatap danau.Pasti gadis i
Dasar Yuta kampret, anak anjing, anak babi, ah salah, dia anak kura-kura.Bagaimana tidak kesal, makhluk aneh itu tega mengembalikan dirinya ke dunia nyata di sembarang tempat. Yuta dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya lagi sampai terjungkal ke belakang dan berakhir di danau dekat rumah.Untung saja Elyna bisa berenang, bagaimana jika tidak? Nyawanya pasti sudah melayang tanpa batas. Awas saja, jika ada kesempatan bertemu dengan dewa, ia akan mengadukan kelakuan bejad makhluk aneh itu.Elyna menahan malu saat semua orang menertawakan dirinya yang berjalan seorang diri dengan keadaan basah kuyup. Duh, ini seperti kejadian di mimpi Arien. Kenapa sial sekali sih hidupnya.Saat memasuki rumah, lagi-lagi Elyna mendengar suara desahan yang membuat perutnya langsung mules. Bisa tidak sih ia tenang sehari saja. Jika begini, ia lebih memilih hidup di dunia mimpi saja.Elyna meringis saat melihat tampilannya di depan cermin. Ia sudah seperti anak ayam ya
"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan."Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna."Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali b
HacuuuuhElyna menggosok-gosok hidungnya yang gatal. Semakin dekat dengan perbatasan maka suhu pun semakin dingin. Untung saja Arien tadi memberinya jaket."Kamu masih kedinginan El?" Tanya Azura si peri lucu dengan nada khawatir.Hacuuuh"Ok, ngga usah dijawab" Elyna hanya meringis. Duuuh, niatnya ingin membantu orang malah ia jadi sakit begini. Kacau kacau."Mau istirahat dulu?" Azura mengelus-ngelus bahunya. Ia juga kedinginan. Bahkan rasanya sayapnya akan membeku sebentar lagi."Eh eh""Azuraaaa" hembusan angin yang kencang membuat Azura terpental jauh. Elyna yang melihat itu langsung berlari menghampirinya yang terduduk lemas."Lo ngga apa-apa?" Peri itu hanya menggeleng lemah. Duuuh, bagaimana ini. Elyna harus apa."Kayaknya sayapku uda mulai membeku deh"Hah? Sebentar, jangan bilang ini seperti yang di film thinker bell. Sayap itu akan mudah patah jika terlalu beku dan akan lemas jika mencair. Ya ampu
"Ini gimana sih arahnya? Barat mana? Timur mana? Ya ampun. Mana ngga ada kompas lagi" Elyna terduduk lemas di samping batu besar. Ia sudah sampai seperempat jalan karena peta yang menunjukkan arah lurus dengan iglo, tempat pemakaman tadi.Tapi saat peta ini menunjukkan belokan, ia bingung karena tidak tau arah. Tidak mungkin kan ia asal memilih. Jika tersesat bagaimana?Elyna hampir terjungkal melihat si makhluk aneh itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Mau apa lagi sih kura-kura satu ini? Melihat wajahnya yang menahan emosi membuatnya tertawa. Ternyata begini mimik kura-kura jika sedang marah."Kenapa?""Kenapa kamu bilang? Bisa-bisanya kamu nyamar jadi utusan dewa. Kalau aku jadi manusia, aku juga milih-milih kaleee"Milih-milih? Memangnya kenapa dengan Elyna. Cantik? Iya, ehm.. apalagi kelebihannya ya. Sepertinya sudah habis. Pantas saja kura-kura laknat itu bilang begitu."Yaelah, gue kan lagi cosplay. Lagi pula siapa juga yang mau jadi u