Beranda / Fiksi Sejarah / Petualangan Nerva / Kekhalifahan Abbasiyah

Share

Kekhalifahan Abbasiyah

Penulis: sidiq winiaji
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kejayaan kekhalifahan Abbasiyah telah berjalan selama 5 abad. Banyak penaklukan yang dipimpin oleh Khalifah yang berkuasa dengan wilayah yang luas. Namun dalam perjalanannya selalu dihinggapi intrik politik, tapi beruntung hal tersebut dapat diatasi  dengan strategi panglima dan pemimpin handal dari masa ke masa. 

 

Didalam istana Qashru al-Dzahab

 

Khalifah al-Mu’tasim Billah saat ini sedang sibuk bermain dengan anak-anaknya yang masih kecil dan lucu. 

 

“Sini Sarah, engkau harus menerima hukuman dariku karena telah membuatku marah” sambil berkata dengan nada bercanda kepadanya.

 

Anak anak yang lain pun berlari-lari di ruang khalifah sembari menggoda sang raja untuk bermain kuda-kudaan. Para pelayan yang mengawasinya cekikikan dan saling tertawa. Namun demikian, kharisma sang khalifah tetaplah mengalahkan sikapnya yang lemah lembut terhadap anak-anak dan perempuan.

 

Dari arah ujung ruangan Khalifah, para bangsawan memandang sang khalifah dengan pandangan yang meremehkan.

Sambil berbisik-bisik untuk berbuat makar terhadap beliau.

 

“Lihatlah dirinya, ia hanya bermain-main dengan anak dan perempuan, ia tak punya malu dengan leluhurnya.“

 

“Apa dia tidak melihat rakyatnya menderita karena pajak yang terlalu tinggi?”

 

“Kenapa tidak ada yang menasehatinya? Kalian ini ada didekatnya bukan?”

 

Semua saling melontarkan pandangan lalu menunduk ke bawah. Salah seorang bangsawan berkata dengan bisik-bisik sambil menahan rasa takutnya. 

 

“Jangan sampai kalian celaka oleh ucapan kalian. Waspadalah dari serigala licik itu.” 

Mereka lalu membicarakan Alqami, menteri kesayangan Khalfah.

 

“Dia telah mengancam untuk membunuh anak dan istriku jika aku mendekati Khalifah.” Kata salah seorang bangsawan yang hadir pada pembicaraan rahasia di pojok ruangan khalifah.

 

“Kenapa kalian ini?” seru salah satu bangsawan yang hadir. “Dia harus kita bunuh agar Khalifah bisa mengetahui keadaan yang menimpa rakyatnya.”

 

“Aku memiliki 50 tentara bayaran yang tersebar di kota Bukhara, perlu waktu sebulan agar bisa sampai di sini.” Salah seorang yang hadir memberikan usulan.

 

“Jangan disini kalian membicarakan masalah besar ini. Ayo kita menuju ke tempat pertemuan di dekat taman pohon zaitun.” Salah seorang memberi usulan.

“Ide yang bagus, ayo kita kesana."

 

Mereka berjalan keluar menuju pintu tanpa meminta izin kepada Khalifah. Khalifah tahu bagaimana gelagat para pengikutnya, namun beliau hanyalah menghela nafas dan berdoa supaya mereka kembali bersikap hormat terhadapnya.

 

“Anak-anakku, sampai jumpa, ayah ingin istirahat sebentar. Bermainlah dengan bibi-bibi yang menunggu kalian disana.” Lalu beliau menunjuk ke arah sekumpulan pelayan perempuan. 

 

“Khalifah jangan tinggalkan kami.. Sarah dan adik-adikku tidak ingin bermain dengan para pelayan. Dan aku hanya ingin bermain bersama mu, wahai Khalifah.”

 

Salah satu istri khalifah datang dan memarahi Sarah.

 

“Jangan nakal Sarah, khalifah ingin beristirahat untuk rapat negara nanti sore, cepatlah pergi dan jangan ganggu Khalifah!” Bentak istri Khalifah terhadap Sarah.

 

Melihat anak-anaknya menangis, Khalifah lalu memeluk mereka satu persatu sambil membisiki sesuatu kepada mereka.

 

“Jangan menangis anak-anak ku, akan aku beri hadiah jika aku telah pulang dari rapat .... Setuju?”

 

“Horeee.... Setujuu!!”  Jawab serentak anak-anak dengan penuh kegirangan.

 

......

 

Selimut yang tebal tertata rapi di kamar Khalifah dengan bantal dan guling bersulam emas berkain sutera. Minuman anggur segar langsung dari hasil perasan di hidangkan di atas nampan mutiara dan perhiasan yang begitu mewah. Kasur yang tebal dari kapas pilihan yang bersih dan terawat telah ditata rapi sedemikian rupa oleh para pelayan yang setia mengikutinya dan selalu cekatan dalam bekerja. Namun itu semua tidaklah membuat sang Khalifah hidup glamor dan penuh hura-hura. Sang Khalifah lalu mengambil air wudhu untuk bersuci, menggelar sajadah dan beribadah shalat dengan penuh kekusyukan kepada Tuhannya.

 

“Ya Tuhanku, ampunilah aku, dan berikanlah petunjukmu kepadaku agar aku senantiasa berlaku adil terhadap rakyatku.” Beliau.mengulang-ulang doanya sambil meneteskan air mata yang membasahi gamis hijaunya. Lalu beliau tertidur di atas sajadahnya sembari menunggu waktu sholat ashar.

 

....

 

Di dalam ruang sidang

 

“Alqami telah berkhianat terhadap kekhalifan, dia harus dihukum gantung wahai khalifah!” Ruang sidang menjadi membara penuh amarah terhadap keputusan Alqami si menteri berhati serigala.

 

“Tunjukkan apa salahku wahai Asad, Jenderal Timur?” tangkis Alqami.

 

“Engkau telah membuat rakyat merana atas keputusanmu yang kau bisikkan kepada Khalifah. Kenapa engkau pungut pajak terhadap rakyat sedangkan pajak hanya ditarik dari mereka yg di luar agama kita?”

 

“Bukankah keputusanku ini sempurna? Lihatlah, para bangsawan tidak kelaparan dan kami bisa berencana membangun kebun dengan mata air indah di dekat sungai Tigris sebagai tempat wisata? Bukankah kesibukan sebagai pelayan rakyat itu berat wahai teman?” 

 

“Alqami! Engkau memang lelaki yang busuk!” sang jendral naik pitam.

 

“Wahai khalifah! Yang ia katakan itu dusta, krisis yang dialami rakyat dikarenakan mereka tidak mau menurutiku untuk bekerja keras! Mereka hanya malas-malasan dan senang menghabiskan waktu di masjid dan di Bait al-Hikmah. Lalu bagaimana menururmu wahai Khalifah?” Alqami berusaha memancing amarah khalifah dengan alasan yang tidak masuk akal.

 

“Jika apa yang kau katakan itu benar apa solusimu Alqami?” Khalifah menerima pendapat Alqami yang ditentang seluruh yang hadir diruang rapat.

 

“Jangan engkau dengarkan mulutnya yang kotor itu wahai Khalifah! Dia sangat licik sekali! Ikutilah pendapat penasehatmu yang jujur niscaya engkau beruntung” Duta besar dari Damaskus Dinasti Mameluk ikut hadir. Khalifah lalu mulai berpikir.

 

“Kerajaanmu telah berkhianat terhadap kekhalifahan Abbasiyah, budak! Jangan kau ikut campur permasalahan tempat kami tinggal!” Alqami mulai memainkan siasatnya yang kotor dalam berdebat, yakni berbuat rasis dan menuduh dengan keji.

 

“Diamlah kalian semua! Aku adalah khalifah yang harus kalian hormati! Berlapanglah dalam bermajelis. Barangkali kita mendapat kebaikan jika kita bersatu dalam pembangunan negeri ini. Sang Khalifah tersihir oleh kelihaian Alqami membunuh pendapat satu persatu dengan prasangka buruknya.

 

“Wahai khalifah! Kekalifahan kita sekarang sedang mengalami kemunduran dalam segi ekonomi, dan militer dan sosial. Jauhnya kita dari berjihad membuat wibawa kita jatuh. Apakah kita akan berhenti berjuang sebagaimana dahulu mendiang ayahmu berjuang? Dahulu bangsa Romawi dan bangsa Ajam  sangat menghargai kita. Dan terpecah belahnya kita dalam berjuang membuat kita gentar terhadap musuh kekhalifahan. Aku mohon kebijaksanaanmu Yang Mulia!” Panglima perang garis depan wilayah barat mewakili keluhan apa yang dirasakan seluruh rakyat Kekhalifahan Abbasiyah.

 

“Yang kau pikirkan hanyalah perang dan perang! Dengan peperangan kita mengalami banyak kerugian baik harta dan nyawa! Dimana hati mu wahai Panglima yang mulia? Andai jika kita tidak berperang dan cukup untuk berdagang, beternak, dan bersenang-senang pasti kita akan bahagia!” celoteh Alqami.

 

“Jika kita tidak berjuang lalu bagaimana kita bisa bertahan dari serangan musuh?” desak seorang qadi’  di sebelah ujung ruangan.

 

“Kita adalah bangsa yang kuat! Sudah lebih 5 abad kita tak terkalahkan dalam setiap front pertempuran. Dan kita adalah aliansi kerajaan Mameluk di mesir, Rum dan Dinasti Khawarizmi di sebelah timur. Mereka sangatlah kuat. Apalagi kita sekarang berdamai dengan Bizantium, Frank, Dinasti Song, Jin, dan Kekaisaran Mongolia , jika kita punya masalah kita hanya meminta tolong kepada mereka!” Pungkas Alqami.

 

“Wahai Khalifah, jangan engkau bekerjasama dengan mereka yang telah lama memerangi kita. Kita harus berhati-hati dengan melihat pengalaman kita dengannya dahulu. Panglima timur memberikan nasehat agar tidak terlalu toleran terhadap musuh-musuh mereka sejak leluhur moyang mereka masih hidup."

 

“Tapi Khalifah, kita harus segera melaksanakan pembangunan dalam segala segi. Khawatir jika terjadi kelaparan massal.”

 

“Aku tidak akan bekerjasama dengan Kekaisaran Mongolia dan Tentara Salib” kemudian Khalifah memalingkan wajahnya dari Alqami.

 

“Perdamaian itu adalah cita-cita semua umat manusia wahai Baginda, tanpanya kekacauan dan pembunuhan akan senantiasa menodai kemuliaan manusia selama kita masih berperang.” Alqami terus mendesak Khalifah untuk masuk ke perangkapnya.

 

“Mereka akan membawa kita kepada kejayaan masa lalu...”

 

“Cukup Alqami” tangkis Khalifah. “Islam tidaklah tunduk kepada orang yang membawa keyakinan yang Allah tidak terima! Aku menerima usulanmu untuk membuat rakyat bekerja keras, namun aku menolak untuk bekerjasama dengan mereka.” 

 

Alqami tersenyum licik “Aku punya ide wahai Khalifah! Tidakkah engkau tahu berapa gaji para prajurit? Pasti sangat banyak. Bagaimana jika prajurit Abbasiyah kita rumahkan dan ambil uang gaji mereka untuk menggaji rakyat yang bekerja, jika negara sudah bangkit dari segi ekonomi dan sosial, baru kita bangun kembali angkatan perang kita.....”

 

Seluruh hadirin langsung marah dan melempar umpatan kepada Alqami.

 

Khalifah lalu bersabda kepada yang hadir untuk tetap  tenang.

 

“Ini mungkin keputusan yang berat! Tetapi kita tidak punya pilihan lagi untuk menghadapi kelaparan massal!”

 

Seluruh hadirin minus Alqami menangis dan rapat pun dihentikan.

 

.....

 

Alqami menyusun rencana setelah selesai berunding. Rencana balas dendam kepada kekhalifahan  kini berada diatas angin. Di dalam rumahnya yang mewah, ia memanggil anak buahnya untuk menanyakan kabar tentang perkembangan invasi Mongol.

 

“Mongol sekarang sudah mencapai daerah Dinasti Khwarizmia dengan kecepatan angin dan kehancuran Dinasti Khwarizmia sudah di depan mata.” Lapor mata-mata Alqami.

 

Alqami memainkan kumisnya kemudian duduk dengan bersandar. Ia melihat ke arah jendela.

 

“Lama sekali mereka kesini! Cepat kirimkan bagaimana kondisi Abbasiyah sekarang kepada mereka agar mereka bisa leluasa menuju sini untuk menghancurkan kekhalifah bobrok ini, dan berikan syarat kepada mereka untuk memberikan bagiannya untuk kita!” Bentak Alqami kepada mata-matanya.

 

“Baik Tuanku!”

 

.....

 

Seluruh prajurit dilepaskan dari tugasnya. Gaji mereka lalu di bagi-bagikan kepada rakyat untuk upah dalam mengangani kelaparan massal. Sang Khalifah menjadi sakit-sakitan dan banyak yang menjauh darinya. Ditengah kemerosotan moral dan politik Kekhalifahan, bahaya mengintai datang dari arah timur negerinya.

Bab terkait

  • Petualangan Nerva   Membawa Sepotong Ilmu

    Aku, Abdullah dan Hasan menyusuri jalan terjal ke arah barat daya. Mereka sampai di desa yang masih selamat dari amukan Tartar dan Mongol, tempat tersebut berada di dekat gunung yang terpencil jauh dari peradaban.Seluruh penghuni desa melihat kami dengan wajah penuh keheranan. Kami pun datang dan menyapa mereka. Mereka pun juga menyapa kami dan berlaku ramah terhadap kami. Akhirnya aku bisa beristirahat tenang bersama manusia yang lain.Mereka terlihat begitu kusut dan banyak yang kurus. Wajah mereka terpancar ketenangan dan keceriaan dalam hidup. Aku pun berkenalan dengan mereka.“Assalamu’alaykum. Semoga Allah merahmati kalian.” Salam ku terhadap mereka.“Wa’alaykumussalam, semoga Allah juga merahmati kalian, musafir .”“Apakah kami bisa beristirahat di sini?” tanyaku.

  • Petualangan Nerva   Menjaga Sebuah Amanah

    Aku, Hasan, dan Abdullah kemudian turun ke sebuah lembah yang disana terdapat kota yang terbakar. Kami bertiga berencana ingin menyelamatkan siapapun yang mampu kami tolong."Berlindunglah di balik tembok itu, dan jangan melakukan hal-hal yang bodoh" pungkas Hasan kepadaku.Banyak sekali yang tewas mengenaskan yang sebagian besar adalah rakyat biasa.Apa yang harus kita lakukan dengan mereka? Aku kasihan dengan mayat-mayat ini.."Awas adalah tentara Mongol yang lewat"Kami lalu berlindung di rumah yang hancurSesampainya di sebuah tempat yang masih tersisa berapa kehidupan dari kebengisan tentara Tartar dan Mongol, kami bertemu dengan nenek tua yang sangat renta dan pesakitan."Kemarilah cepat, jangan sampai mereka menemukan kalian disini," ajak nenek tersebut kepada kami bertiga agar mereka berlindung di rumahnya da

  • Petualangan Nerva   Kasih Sayang

    Aku merubah arah perjalananku yang tadinya menuju Baghdad sekarang menjadi ke arah ibukota Kwarezmia, Urgench. Aku pernah mendengar bahwa disana terdapat ibuku yang dulu hingga sekarang bekerja sebagai pelayan. Aku lalu mengusulkan kepada Hasan supaya kami singgah terlebih dahulu ke arah Urgench.“Boleh, tapi waktu kita tinggal sedikit karena kita harus melaporkan kepada Khalifah jika Mongol sudah mencapai Kwarezmia dan menghacurkan segala yang ia temui disini.” Pungkas Hasan.“Apakah kamu mau jika aku mengajakmu bertemu ibuku, Ruqqayah?”“Aku sangat senang jika aku bertemu dengan ibundamu, suamiku.” Jawab Ruqqayah.Perjalanan dari tempat Ruqqayah tinggal dengan Urgench membutuhkan waktu hampir seminggu perjalanan. Dan aku berharap disana aku mendapatkan busur panah dan beserta perlengkapannya.“Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan kuda disana. Jadi perjalanan kita menuju ke arah Baghdad menjadi cepat

  • Petualangan Nerva   Kekaisaran Mongol

    Sepenggal informasi tentang tujuan Mongol menyerang dinasti Kwarezmia.Gengis Khan menunggu-nunggu bagaimana hasil yang telah diperoleh duta besarnya sejumlah 500 orang diantaranya kaum muslim yang diutus menjadi perantara Mongol dengan Khwarizmia. Perang yang bertahun-tahun melawan dinasti Jin telah banyak menghabiskan cadangan gandum untuk menghadapi musim dingin. Dengan harapan agar mereka bisa membawa manfaat bagi Mongol dan menjalin hubungan yang baik dengan Kaum Muslimin di Timur Tengah.Khwarizmia adalah tempat yang sangat strategis dan kaya raya, karena disinilah jalur yang menghubungan antara dunia timur dan dunia barat. Yaitu Jalur Sutra.........“Khan, mengapa tuan tidak duduk saja sembari melihat dedaunan pohon plum yang berguguran di sekitar sungai? Aku yakin Ayah akan terhibur.” Tolui anaknya mencoba mengajak ayahnya untuk menenangkan diri setelah mengalami pertempuran yang panjang.“Aku belum merasa t

  • Petualangan Nerva   Kerinduan

    Sudah hampir sore kami menunggu di depan pintu gerbang mengharap belas kasih dari dalam benteng, mereka masih saja keras kepala.“Apakah kita harus pergi dari sini, Abdullah?” tanyaku penuh rasa kesal.“Bersabarlah Nerva, kita pasti akan ditolong oleh mereka.” Abdullah terus melembutkan hatiku agar lebih tenang dalam menghadapi situasi yang sulit ini.“Nerva aku haus...” Pinta Ruqqayah. Aku kebingungan melihat kiri kanan untuk mencari air yang menggenang barangkali ada beberapa yang bisa membuat rasa haus ini sedikit berkurang.“Anak muda, aku ada beberapa air yang bisa diminum, minumkanlah untuk gadis yang ada disampingmu itu.” Tawar seorang bapak berpakaian lusuh di sampingku.“Terimakasih pak, apakah ini bisa menggantikannya?” lalu aku menyodorkannya kepadanya pisau berlapis perak, dengan harapan dia bisa menerimanya dengan senang hati.“Ambilah kembali, aku yakin kit

  • Petualangan Nerva   Bekal Kehidupan

    Impianku selama ini telah terwujud. Aku sangat senang bertemu dengan ibuku, aku selalu memimpikannya ketika tidur di malam hari, aku merasa sangat senang jika ia selalu bersamaku dan memasakkan kue untukku setiap hari. Namun kemaslahatan sebuah tatanan negeri membuatnya pergi dariku, aku pun telah memaafkannya. Aku berharap dia bisa pulang membawa sepotong senyuman yang mencairkan dinginya rasa rinduku kepadanya.Sekarang dirinya ada di hadapanku, aku ingin sekali mengobrol lama dengannya, namun sekarang aku harus menyadarkan ibuku akan pentingnya memperhatikan masalah ini. Masalah keselamatan diri kami menghadapi badai kehancuran yang dibawa oleh pasukan Mongol...............“Ibu, ayo kita pergi dari sini. Ancaman pasukan Mongol benar-benar dekat dan menakutkan, maukah engkau pergi bersamaku ke tempat aman yang jauh di sana, ibunda?” Aku memohon dengan lemah lembut kepadanya supaya beliau mau menurutiku.“Tidak Nerva, aku mempun

  • Petualangan Nerva   Kehormatan Seorang Muslim

    “Kenapa orang-orang tidak percaya kepada kita jika di timur kota terdapat celah keluar dari beteng?” Aku terus mengajak mereka mengikuti ku tetapi mereka enggan untuk keluar dari sini.“Ayo Nerva kita cari Abdullah dan Ruqqayah, barangkali mereka sudah di depan celah yang kamu beritakan padaku.” Hasan mengajak agar kami berempat bisa berkumpul dan memikirkan rencana keluar dari beteng.Aku kemudian kembali menuju ke tempat kuda yang Ibundaku janjikan yang lokasinya dekat dengan celah di bagian timur. Berkali-kali tentara Mongol melemparkan manjanik ke arah kota sehingga seisi kota menjadi berantakan. Banyak mayat-mayat yang tertimpa reruntuhan. Rumah-rumah terbakar, dan para Ibu kehilangan anaknya.“Apakah benar kesini jalannya?” tanya Hasan“Ibuku bilang di sebelah timur ada pegunungan, tetapi kenapa hanya ada beteng dan kemudian padang pasir......” tanyaku kesal karena aku telah dibohongi oleh Ibuku.

  • Petualangan Nerva   Selamat Tinggal, Khwarezmia

    Kami terus menerjang barisan musuh dan selalu berusaha mengawal Shah hingga kami hampir keluar dari pasukan pengepung. Aku terus memacu kudaku dengan terus memanah setiap kali aku memiliki kesempatan. Dan dari belakang kami selalu dihujani anak panah hingga kakiku terkena anak panah yang menyasar. Saat ini pasukan pengawal Shah masih tersisa 100 orang dengan masing-masing membawa luka anak panah yang terus kami tahan rasa sakitnya.“Matahari sudah hampir terbit, kita harus segera keluar dari pasukan pengepung!” Perintah komandan prajurit pelindung Shah baris depan.Tentara Mongol mulai mengumpulkan kekuatan dan mulai mengejar sisa-sisa pasukan pelindung Shah. Kami tidak mengetahui lagi bagaimana nasib pasukan yang menjadi umpan. Apakah mereka sudah binasa ataukah ada keajaiban yang tidak disangka-sangka.“Mereka mulai dekat dengan kita, komandan.”“Sekarang pergilah dahulu bersama Shah dan beberapa pasukan pelindung, kita ham

Bab terbaru

  • Petualangan Nerva   Bab 2 : Pembayaran Diyat

    "Appppaaa?" Kaget sekali jika orang yang ada di depanku adalah anak dari ayah seseorang yang aku cari untuk membayar diyat atas perbuatanku yang telah merenggut nyawa yang sangat berharga.Aku berpikir seakan dunia ini yang betapa sempitnya luas daratan yang membentang mudah sekali menemukan seseorang untuk segera menunaikan hajat."Silahkan sholat terlebih dahulu, aku akan menanti kalian di sini, dadaaaa" "Nerva, jangan buka""Iiiyyaa, ada perempuan ya?""Tidak pakai kerudung, cantik lagi! huft" Sewot Ruqoyyah yang sebal dengan suara yang keras, setelah melihat adab perempuan itu jelek yang sampai kami tidak sadar bahwa dirinya perempuan, sesuatu yang tidak disukai Rabb kami. Menyerupai lawan jenis."Iyya maafkan aku, aku berusaha agar terlihat mencolok bagi kalian, karena aku telah lama menanti kalian di depan gerbang al-Ula setiap harinya.....6 tahun yang lalu di Asghaban"Keluarga Zahn terkenal dengan hubungan dekatnya terhadap keluarga kekhalifahan dan dekatnya pula dengan par

  • Petualangan Nerva   Bab kedua : Kota Ambisi Dunia

    Dahulu kota Bagdad adalah bagian dari salah satu ambisi Khalifah Al Mu'tasim yakni memindahkan surga akhirat ke dunia. Hampir seluruh kas negara kala itu yang tengah merekah, ludes untuk membayar para pegawai terampil nan piawai dari segala penjuru negeri. Meskipun tahu jika itu boros, mau bagaimanapun pikiran sehat sang khalifah senantiasa terkotori oleh berbagai hasutan bangsa Turk yang sudah dari dahulu diperingatkan oleh para ulama sebelumnya bakal mencaplok kekuasaan bangsa Quraisy. Sedikit demi sedikit, hingga bangsa Quraisy hingga saat ini bagaikan bonekah mainan yang kapan saja bisa di lempar ke lubang api yang membakar dan diganti dengan boneka yang lain."Wahai Nerva, aku sangat menyesal atas sikap leluhurku dahulu terhadap bangsa Quraiys keturunan al Abbas paman Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, aku ingin engkau menolongku untuk kali ini, membalas budi bangsaku terhadap bangsa Quraiys dan seluruh umat islam....."Tumben sekali Hasan menulis surat se-melankolis ini, da

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Datangnya Kabar Menyedihkan dari Sahabat (selesai bab)

    "Sayang, jangan pergi dahulu, aku akan sangat merindukanmu", tangis istrinya karena sulit akan keputusan yang sudah digariskan oleh takdir yang ghaib.Rasyid memeluk istrinya dengan hangat penuh kasih sayang dan mengelus lembut perut istrinya yang semakin lama semakin membuncit karena hamil anak pertamanya. Dia tidak bisa berkata-kata bak pujangga jaman dahulu yang ia kagumi selama perjalanan menuju negeri impian. Yang Ia bisa lakukan kini hanyalah beristigfar supaya segala hal yang merisaukah segera dimudahkan oleh Dzat Yang Maha Penyayang."Rasyid, bacalah surat ini, sudah lama aku menyimpannya, maafkanlah ayahandamu ini.""Dari siapakah ayahanda?" Rasyid melihat gulungan kertas dengan stempel kekhalifahan Abbasiyah. Aaih ini dari Hasan si Jendral bersenjata modern."Apakah orang yang membawa surat ini memakai zirah besar?""Orang yang bertubuh kurus dengan tudung putih," apakah pesuruhnya?Setelah terbuka kertas yang tergulung nampak tertulis tulisan arab yang sangat indah guratan

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Seorang pedagang kaya yang cerdas

    15 Tahun sebelum pernikahan Rasyid dengan Putri Shah BandarKeadaan Masa itu....Hidup yang bergelimang harta terasa hambar bagi hati seorang pedagang mujur yang hatinya terpaut dengan masjid. Selalu saja ada harta mengalir meski berusaha sekuat tenaga memiskinkan diri dengan bersedekah dan menolong finansial orang-orang dari jerat riba bank plecit. Tetapi selalu saja diberikan oleh Zat yang Maha Kaya harta berlipat ganda, hingga memiliki pegawai setia berjumlah seribu orang lebih."Sayangku, apakah aku kini sedang diazab oleh Allah? aku begitu menderita akibat banyaknya harta yang menumpuk, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, aku ingin merasakan ketenangan dalam hidup." Keluh kesah yang sangat membuat orang yang mendengarnya ikut putus asa."Jangan berkata demikian, Wahai suamiku, Shah Bandar, Engkau tidaklah diuji perihal harta bagaikan si Qorun musuh Musa 'alaihisalam dan musuh Dzat Yang Maha Kaya, buktinya engkau bisa bersedekah, berinfak di jalan Allah, berdzikir, dan memudahkan h

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Kehidupan Setelah Menikah

    " Apakah engkau bersumpah tiada lagi berbuat dosa?" tanya seseorang dengan nada meremehkan sambil mengangkat alis bagian kiri."Aku rasa demikian, supaya aku memiliki banyak teman dan sahabat" Jawabku singkat sambil mengibaskan poni ke arah belakang kepala."Lalu siapa yang lebih dzalim dan sombong dari dirimu terhadap Tuhan yang Maha Menerima Taubat? Lalu apakah peran dirimu di dunia sedangkan tiada satupun mahkluk yang hidup tanpa pernah melakukan dosa? Apa engkau hendak menjadi gila supaya terkabul impianmu memperoleh ridho manusia?""Lalu apa yang harus ku lakukan?""Bertaubatlah dan jangan mendahului Allah dan Rasulnya, Janganlah melampaui batas dalam beragama, dan tetaplah jaga perintah Allah. Jauhi dosa kecil dan besar, baik tersembunyi dan terang-terangan. Dan bersegeralah meraih ampunan Allah, sungguh kelak di hari kiamat engkau akan melihat catatan amalmu yang akan mengantarmu ke neraka atau ke surga. Tiada seluruh manusia yang ridho dengan manusia yang lain, maka carilah ri

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Kesimpulan

    1. Cerita ini tidak ada unsur menyinggung, hanya sebagai cerita perumpamaan.2. Bukan bertujuan menyihir orang lain3. Tidak bermaksud memjual agama harga murah. Karena saya jual kisah hikmah sebagai penambah semangat beribadah dan adab4. Sesuai judul penerbit. Good Novel berarti Novel Bagus. Saya hanya tertarik dgn judulnya, kalau ternyata kebanyakan isinya selain buku saya banyak tercipta buku prostitusi maka saya berlepas tangan.5. Jika Antum orang yg lebih paham agama daripada saya. Maka utamakan Tabayun daripada Thatayur6. Orang Kaya dan Alim tapi pelit lebih mulia daripada orang miskin tapi gemar beli koin supaya bisa baca novel prostitusi.7. Islam tetaplah sempurna tanpa novel nerva8. Saya bertaubat dari menulis novel dan saya sekarang berlepas diri dgn Novel ini setelah saya ajukan penghapusan ke admin9. Laa Illaha Illallah... Sya lebih suka dibenci orang Musyrik, Munafik, Kafirin, daripada dibenci meski 1 orang mukmin 🙏

  • Petualangan Nerva   Bagian Pertama : Penantian yang Panjang

    Kuda kami beradu cepat menyusuri lorong hutan oak dengan disambut hujan petir dari langit dan rentetan anak panah yang menghujani langkah kami dari gerombolan perampok tengik yang siap memporak -porandakan negeri-negeri islam yang telah berdiri sejak kekhalifahan Abu Bakar ash Shidiq."Aku akan menjadi tameng untuk lolos dari pengepungan mereka. Cepat! ambil lembingmu dan serang lurus ke arah pemimpin mereka., aku akan mulai hancurkan kroco-kroco mereka satu persatu." Hasan memberiku aba-aba menjalankan stategi serangan membabi buta dua orang melawan 1000 pasukan berkuda Mongol.Aku berdiri di atas kuda liar yang kujinakan dari negeri Moor sembari memasang kuda-kuda untuk melempar lembing ke arah kepala calon khanate yang mencari gara-gara demi mendapatkan pengakuan sang Dukun Agung, Jengis Khan.Slappsss....Jebreet! "Hmmmp meleset" Lembing itu mengenai pundak calon khanate hingga dirinya terplanting dari kuda yang ingin menabrakku sejauh 5 meter. Kemudian aku melompat dari kuda menda

  • Petualangan Nerva   Bagian Pertama : Durjana yang Memiliki 1 Kesedihan

    Keberangkatanku menuju cita-citaku selama bertahun-tahun membawa berbagai kemungkinan-kemungkinan yang saat ini aku pikirkan solusinya. Sepintas aku mengambil sarung pedangku dan ku tarik bilahnya dari sarungnya. Banyak sekali karat yang mengotori pedangku karena malasnya diriku membersihkan darah para korban keganasanku di medan perang."Ini ambillah" Pedang Mongol yang berkilau warna zamrud disodorkannya kepadaku, oleh seorang yang ku anggap aneh bin ajaib."Haa? Kenapa harus ku pakai pedang milik setan itu?""Kau tahu ini sangat berharga untuk menghancurkan mulut kafirin itu. Dengan bahan yang ringan bergagang bambu kemudian ada tutup pada ujung gagang ini. Nah seketika engkau buka tutup sedikit ini maka mengalirlah racun keluar menuju lubang sekecil lubang jarum yang terhubung pada bilah pedang.""Coba kulihat!" Aku merampas cepat pedang yang ia bawa. Setelah kubuka sedikit tutup pada gagang bilah seketika memancar racun hijau yang mematikan itu, tidak tercium bau menyengat tetapi

  • Petualangan Nerva   Merajut Tali Untuk Tali Penambat Rumah Keabadian

    "Nerva.. Nervaaa...lihat ini, ada bunga lavender yang saanggaaat indah..." Baru kali ini aku melihat Ruqqayah seantusias ini melihat pemandangan di sepanjang jalur sutra yang kami lewati. Aku hanya tersenyum sembari menyimpan kesedihan memikirkan bagaimana nasib ibuku disana.Kemudian Ruqqayah memetik 3,4 dan wah, wah banyak sekali hingga sampai satu pelukan?"Ruqayyah, apa yang kamu lakukan? 😅 Jangan kamu rusak lingkungan disini....!!" Aku berusaha menyadarkan Ruqqayah agar tidak rakus dengan tanaman lavender sebanyak itu.."Nananana..." Ruqqayah cuman bernyanyi-nyanyi nada girang tanpa mau menoleh terhadapku. setelah hampir 10 gantang tanaman lavender baru dirinya berhenti berbuat aneh."Suamiku, tolong kemari..." Ajaknya penuh mesra"Iya aku kesana"" Tolong ikat ini per 50 tanaman dan engkau tata memanjang di bawah pohon bidara disana, oke?"iya-iya tuan putri" Ngos-ngosan aku mengangkut tanaman lavender ini jauh hingga dibawah pohon bidara. Tapi demi istriku yang cantik ini apa

DMCA.com Protection Status