Home / Fiksi Sejarah / Petualangan Nerva / Memegang Sebuah Janji

Share

Petualangan Nerva
Petualangan Nerva
Author: sidiq winiaji

Memegang Sebuah Janji

Author: sidiq winiaji
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ada seorang pemuda hidup dimasa abad pertengahan di suatu tempat yang sangat terpencil di Asia Kecil, dia bernama Nerva.

 

Pemuda itu tumbuh dibawah asuhan pelayan setia keluarganya dengan baik. Namun Nerva muda justru mengambil langkah yang salah dalam hidupnya.

 

Dia selalu berbuat ulah sehingga penduduk disana menjadi resah atas sikapnya. Nerva melakukannya karena dirinya kesepian dan butuh teman untuk ngobrol.

 

Nerva muda memiliki seorang kakak perempuan yang cantik namun sangat pemarah terhadap dirinya. Dan Nerva muda memiliki dua orang adik, laki-laki dan perempuan.

 

Nerva sangat sayang dengan mereka semua, namun kedua adiknya harus berpisah dengannya karena seorang Gubernur yang berkuasa di wilayahnya menginginkannya untuk dijadikannya anak asuh. Mereka berdua tentunya sangat sulit untuk sekedar menyapa Nerva di kampungnya karena kehidupan istana yang penuh ketertutupan dari mata orang-orang awam seperti dirinya. Kesedihannya itulah yang membuat Nerva merasa kesepian selama hidupnya.

 

Ayah Nerva adalah seorang prajurit berpangkat kapten dan ibu Nerva adalah seorang pelayan kerajaan. Mereka jarang sekali menengok Nerva muda meskipun sekedar menyapa. Tugas Ayah Nerva sangatlah berat yakni sebagai pembawa pesan kerajaannya ke kerajaan lain. Nerva berharap mereka bisa bersama dengannya meskipun hanya sebentar.

 

...

 

 

Di pagi hari yang temaram, ayah Nerva berlari menuju halaman rumah Nerva tatkala Nerva memandikan domba-dombanya. Nerva sangat senang sekali akan kedatangan ayahnya. Inilah momen pertemuan penuh kebahagian. Nerva melihat ayahnya sejak sekian lama beliau meninggalkan keluarga kecilnya di desa terpencil. Namun awan badai tampak dari raut wajah ayahnya. 

 

"NERVA!" Panggil ayahnya

 

"Assalamu'alaykum ayah!"

 

"Wa'alaykumsalam anakku tersayang, ini aku ayahmu. Aku kesini hendak menyuruhmu pergi dari tempat ini bersama penduduk desa." 

 

"Ada apa ayahku, apa yang terjadi?"

 

"Tentara Tartar dan Mongol datang membawa kehancuran, cepatlah bergegas! Kumpulkan pakaian dan makanan dan bangunkan kakakmu untuk pergi dari sini supaya kalian selamat!"

 

Lalu ayah Nerva pergi meninggalkannya segera tanpa menoleh ke arah Nerva.

 

"Ayah, ayah.....!"

 

Nerva menagis sesenggukan dan kembali kedalam rumah untuk membangunkan kakaknya.

 

"Kak Lucia, bangun ayo kita pergi dari sini , ayah datang kemari dan bilang kepadaku bahwa tentara Tartar dan Mongol akan datang kesini dan membawa kehancuran" Nerva membangunkan kakaknya hingga hampir setengah teriak.

 

"APA? Jangan ganggu aku! Kenapa selalu engkau menganggu hidupku meski hanya tidur sejenak di malam hari?"

 

"Demi Allah kak, tadi aku bertemu ayah dan menyuruhku untuk pergi bersamamu dari sini."

 

Setiap kali Nerva menyadarkan kakaknya, Lucia enggan mendengarkan.

 

"Jika engkau mengangguku lagi akan kupukul engkau menggunakan rotanku, anak badung!"

 

Nerva menyesal pernah berbuat nakal selama bersama kakaknya. Disamping itu Nerva sangat takut bahaya yang akan menimpanya. Akhirnya Nerva meninggalkan kakaknya berharap ada warga desa yang membangunkan kakaknya.

 

Seluruh desa dilanda kepanikan. Semua pergi berpencar tanpa mempedulikan nasib teman dan tetangga masing-masing

Nerva berlari ke arah barat daya ke arah gunung sembari melihat ke arah belakang. Setelah mendaki gunung, Nerva melihat desanya terbakar dan hancur porak-poranda.

 

....

 

 

Nerva menangis sesenggukan melihat kenyataan yang terjadi. Pikiran kosong Nerva hampir saja mencelakakan dirinya karena jika dirinya berteriak histeris maka tentara Tartar dan Mongol akan mengetahui dirinya lalu membunuhnya. Sesampai di sebuah mata air di atas gunung, Nerva menangis dan terus menerus menyesali perbuatannya dahulu sehingga kakaknya tidak bisa ia selamatkan dan jauh darinya.

 

Hujan dari langit yang begitu deras membasahinya dan ia tahu bagaimana isi hatinya. Nerva kini berjuang agar dirinya selamat. Ketika Nerva duduk di dekat naungan belakang mata air, datanglah sesosok lelaki misterius bertubuh besar dan berjubah hitam untuk menemuinya.

 

"Si... Siaapa kamu?" Nerva bertanya penuh ketakutan kepadanya.

 

"Aku diutus oleh seorang penguasa untuk membunuhmu, namun aku ditahan karena sebuah alasan supaya engkau memenuhi permintaanku." Jawab lelaki bertubuh besar tadi.

 

Seketika tubuh Nerva gemetar dan berkeringat dingin.

 

"Jangan engkau bunuh aku, sebutkan apa permintaanmu supaya aku selamat dari niatmu membunuhku." Nerva tersimpuh lemah dihadapan lelaki bertubuh besar tadi,ia berharap lelaki itu tidak membunuhnya.

 

" Ada 3 permintaan ku supaya engkau selamat dariku, aku harap engkau mampu memenuhinya." 

 

"Apa itu wahai tuan?" Pinta Nerva.

 

"Yang pertama, engkau harus menunjukkan akhlak yang mulia, maka selama engkau menuju ke arah tujuanmu aku akan bersamamu sebagai saksi, jika engkau kabur aku akan membuat dirimu menyesal dan kematian yang buruk akan menimpamu.” Ancam lelaki berjubah hitam tersebut.

 

Nerva lalu bertekad untuk memenuhi permintaan pertama lelaki besar tadi. Lalu seketika muncullah lelaki bertubuh kurus berjubah abu-abu dengan wajah penuh kecemasan. Dialah pelayan keluarga Nerva akhir-akhir ini. Dialah Abdullah.

 

"Wahai lelaki berjubah hitam, tahanlah pedangmu dari pemuda itu, aku harus menolongnya dari kematian."

Lelaki berjubah hitam lalu bertanya kepada Abdullah. 

 

"Apakah engkau hendak menolong pemuda ini? Tolonglah sebisamu karena dirinya tidak akan lepas dari kematian, setidaknya dengan adanya dirimu, ia bisa mengambil pelajaran."

 

"Terima kasih tuan berjubah hitam, semoga engkau selalu dalam lindungan Allah.” Abdullah bersyukur sembari menangis bisa bertemu dan melihat Nerva masih hidup.

Lelaki berjubah hitam melanjutkan permintaannya kepada Nerva.

 

“Permintaan kedua ku adalah engkau harus mau berlatih memanah dan berkuda untuk berjihad bersamaku.”

 

Nerva mengangguk. Abdullah melihat Nerva terdesak akan keinginan lelaki berjubah hitam lalu ia bertanya kepada Lelaki tadi.

 

“Kenapa engkau ingin sekali anak muda itu untuk menuruti permintaanmu? Dia masih anak-anak dan dia itu anak yang lemah”

 

Abdullah pun mencari-cari alasan supaya Nerva bisa terlepas dari keterbelengguan lelaki berjubah hitam tersebut.

 

“Diamlah engkau, jika engkau tidak berhenti berbicara engkau akan ku potong tangan dan kakimu karena engkau telah menghalangiku!. Yang ku lakukan ini demi negara dan bangsaku!” Desak lelaki tersebut.

 

“Aku mengerti perasaanmu tatkala negeri kita sedang dilanda musibah ini. Tapi engkau juga harus mengerti bahwa tidak setiap masalah dihadapi dengan kekerasan!  Bertakwalah kepada Allah wahai orang yang kuat!” Sanggah Abdullah.

Situasi di sini menjadi penuh ketegangan. Abdullah berusaha melepaskan Nerva dari jeratan lelaki berjubah hitam tersebut. Namun demikian lelaki berjubah hitam tetap dalam pendiriannya.

 

Nerva memberanikan diri untuk berbicara. Dirinya merasakan kesungguhan lelaki itu membunuh dirinya. Dan ia khawatir hidup Abdullah juga terancam sehingga ia memutuskan untuk mengusir Abdullah.

 

“Pergilah Abdullah, engkau memang beban bagiku, jangan berani melanggar perintahku, pelayan!”

 

Dalam hati, Nerva ingin agar Abdullah selamat dari lelaki berjubah hitam tersebut. Jika ia pergi maka ia bisa kabur tanpa menyusahkan Abdullah.

 

“Tidak akan pernah aku meninggalkanmu wahai tuan Nerva, aku berhutang budi terhadap ayahmu Zida, dan aku tidak sekali-kali menghianati kebaikannya, dan engkau bagiku seperti anakku sendiri, dan aku tidak ingin kehilangan anakku kelima kalinya.”

 

“Permintaan yang ketiga!”...potong lelaki berjubah hitam.

 

“Engkau harus bermanfaat bagi setiap muslim yang kau temui di jalan!”

 

Tiada pilihan lain bagi Nerva untuk menerima permintaan lelaki berjubah hitam tersebut. Jika ia tidak menerima permintaannya maka ia harus menyerahkan nyawanya dengan sia-sia. Sesaat ia mengamati Abdullah, ia lelaki yang lemah sama sepertinya. Lalu ia khawatir hidup Abdullah terancam jika ia bersama dengannya. Maka ia juga memiliki permintaan kepada lelaki berjubah hitam tadi.

 

“Baiklah, aku terima ketiga permintaanmu dengan baik. Karena akupun juga seorang muslim. Namun aku juga meminta kepada engkau satu hal saja....!” Nerva mencoba bernegosiasi.

 

“Apa itu?”

 

“Engkau harus menjamin keselamatan pelayanku ini selama aku berusaha menjadi muslim sejati!”

 

Lelaki berjubah hitam lalu tersenyum puas.

 

.....

 

Nerva mengambil bekal makanan yang ia bawa dari rumah. Roti sisa dan qirbah  ia bawa dan sekantong kurma dan kismis untuk ia gunakan sebagai nabiz. Ia merasakan kesedihan dan kegundahan yang berat setelah melewati masa-masa yang kritis ini. Ia mengamati sekitar untuk menenangkan hatinya. Abdullah duduk di samping Nerva sembari melantunkan syair khas daerahnya, Khurasan.

 

Kuda berlari penuh kegembiraan

 

Kambing merumput membawa susu berlimpah

 

Anak-anak berebut buah dari kakeknya

 

Istri menunggu setia di rumah membuat adonan roti

 

Lalu hujan turun membasahi negeri yang penuh berkah.

 

 

Kaki Nerva berayun di bawah permukaan air sambil melihat ikan-ikan kecil berenang di antara kakinya. Sesekali ia melihat lelaki berjubah hitam memainkan pedangnya yang besar. Lalu lelaki itu mendekatinya.

 

“Wahai anak muda, siapa namamu?” tanyanya.

 

“Aku Nerva anak seorang pembawa pesan kerajaan”.

 

“Siapa nama ayahmu?

 

“Zida”

 

“Apakah engkau punya makanan?”

 

Nerva mengambil tiga butir kurma lalu memberikannya. Lelaki itu mengambilnya dan memasukkan satu buah kemulutnya dan menggenggam kurma yang lain ditangan satunya. Ia lalu memperkenalkan diri.

 

“Kau boleh panggil aku Hasan. Aku berasal dari korps ramiyah  Dinasti Abbasiyah.”

 

Nerva melihat Hasan dengan seksama. Hasan memakai baju zirah yang tertutup jubah hitamnya. Mengenakan helm besi bergulung kain surban dengan tampak mata, hidung dan sedikit bagian mulut dan dagunya yang berjenggot. Baju zirahnya menutupinya dari leher hingga paha atas dan dari lengan hingga pergelangan tangan. Lalu bagian zirah diselimuti dengan gamis berwarna merah dengan tulisan arab di bagian dadanya. Sarung tangan membungkus setengah tulang hasta dan pengumpil dengan bahan kulit domba tebal. Sedangkan bagian kaki menggunakan khuf besar dengan bagian jari-jari kaki dilapisi besi tipis. Pedang Damaskus ada pada sisi kiri kakinya dengan diikat sabuk berlapis emas. Di bagian kanan terdapat anak panah sejumlah lima puluhan buah dengan penyeimbang bulu ayam cokelat yang rapi. Busur panah selalu ia bawa pada tangan kirinya. Dan ia tampak sangat berwibawa.

 

“Akan aku ajarkan engkau bagaimana cara memanah dengan benar, pertama engkau harus persiapakan dahulu busur dan anak panah mu.” Ajak Hasan untuk memulai pelatihan.

 

“Lalu darimana aku mendapatkannya?” tanya Nerva.

 

“Di Kota Baghdad, aku memiliki kenalan disana, dan aku juga ingin melaporkan situasi sekarang kepada Khalifah .”

 

“Baiklah, apakah uang yang ku bawa ini cukup?” Nerva menunjukkan kantong berisi uang dirham kepadanya.

 

“Cukup” kata Hasan.

Abdullah menasehati Nerva agar ia tidak menunjukkan harta yang ia bawa, takut jika diambil seluruhnya oleh Hasan. Namun Nerva tidak menghiraukan Abdullah dan dirinya kini lebih senang dengan keputusannya untuk menjadi manusia yang berakhlak baik dan bermanfaat.

Mereka bertiga lalu pergi turun gunung dan melanjutkan perjalanan ke Baghdad, Ibu kota Kekhalifahan dinasti Abbasiyah.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Petualangan Nerva   Kekhalifahan Abbasiyah

    Kejayaan kekhalifahan Abbasiyah telah berjalan selama 5 abad. Banyak penaklukan yang dipimpin oleh Khalifah yang berkuasa dengan wilayah yang luas. Namun dalam perjalanannya selalu dihinggapi intrik politik, tapi beruntung hal tersebut dapat diatasi dengan strategi panglima dan pemimpin handal dari masa ke masa.Didalam istana Qashru al-DzahabKhalifah al-Mu’tasim Billah saat ini sedang sibuk bermain dengan anak-anaknya yang masih kecil dan lucu.“Sini Sarah, engkau harus menerima hukuman dariku karena telah membuatku marah” sambil berkata dengan nada bercanda kepadanya.Anak anak yang lain pun berlari-lari di ruang khalifah sembari menggoda sang raja untuk bermain kuda-kudaan. Para pelayan yang mengawasinya cekikikan dan saling tertawa. Namun demikian, kharisma sang khalifah tetaplah mengalahkan sikapnya yang lemah lembut terhadap

  • Petualangan Nerva   Membawa Sepotong Ilmu

    Aku, Abdullah dan Hasan menyusuri jalan terjal ke arah barat daya. Mereka sampai di desa yang masih selamat dari amukan Tartar dan Mongol, tempat tersebut berada di dekat gunung yang terpencil jauh dari peradaban.Seluruh penghuni desa melihat kami dengan wajah penuh keheranan. Kami pun datang dan menyapa mereka. Mereka pun juga menyapa kami dan berlaku ramah terhadap kami. Akhirnya aku bisa beristirahat tenang bersama manusia yang lain.Mereka terlihat begitu kusut dan banyak yang kurus. Wajah mereka terpancar ketenangan dan keceriaan dalam hidup. Aku pun berkenalan dengan mereka.“Assalamu’alaykum. Semoga Allah merahmati kalian.” Salam ku terhadap mereka.“Wa’alaykumussalam, semoga Allah juga merahmati kalian, musafir .”“Apakah kami bisa beristirahat di sini?” tanyaku.

  • Petualangan Nerva   Menjaga Sebuah Amanah

    Aku, Hasan, dan Abdullah kemudian turun ke sebuah lembah yang disana terdapat kota yang terbakar. Kami bertiga berencana ingin menyelamatkan siapapun yang mampu kami tolong."Berlindunglah di balik tembok itu, dan jangan melakukan hal-hal yang bodoh" pungkas Hasan kepadaku.Banyak sekali yang tewas mengenaskan yang sebagian besar adalah rakyat biasa.Apa yang harus kita lakukan dengan mereka? Aku kasihan dengan mayat-mayat ini.."Awas adalah tentara Mongol yang lewat"Kami lalu berlindung di rumah yang hancurSesampainya di sebuah tempat yang masih tersisa berapa kehidupan dari kebengisan tentara Tartar dan Mongol, kami bertemu dengan nenek tua yang sangat renta dan pesakitan."Kemarilah cepat, jangan sampai mereka menemukan kalian disini," ajak nenek tersebut kepada kami bertiga agar mereka berlindung di rumahnya da

  • Petualangan Nerva   Kasih Sayang

    Aku merubah arah perjalananku yang tadinya menuju Baghdad sekarang menjadi ke arah ibukota Kwarezmia, Urgench. Aku pernah mendengar bahwa disana terdapat ibuku yang dulu hingga sekarang bekerja sebagai pelayan. Aku lalu mengusulkan kepada Hasan supaya kami singgah terlebih dahulu ke arah Urgench.“Boleh, tapi waktu kita tinggal sedikit karena kita harus melaporkan kepada Khalifah jika Mongol sudah mencapai Kwarezmia dan menghacurkan segala yang ia temui disini.” Pungkas Hasan.“Apakah kamu mau jika aku mengajakmu bertemu ibuku, Ruqqayah?”“Aku sangat senang jika aku bertemu dengan ibundamu, suamiku.” Jawab Ruqqayah.Perjalanan dari tempat Ruqqayah tinggal dengan Urgench membutuhkan waktu hampir seminggu perjalanan. Dan aku berharap disana aku mendapatkan busur panah dan beserta perlengkapannya.“Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan kuda disana. Jadi perjalanan kita menuju ke arah Baghdad menjadi cepat

  • Petualangan Nerva   Kekaisaran Mongol

    Sepenggal informasi tentang tujuan Mongol menyerang dinasti Kwarezmia.Gengis Khan menunggu-nunggu bagaimana hasil yang telah diperoleh duta besarnya sejumlah 500 orang diantaranya kaum muslim yang diutus menjadi perantara Mongol dengan Khwarizmia. Perang yang bertahun-tahun melawan dinasti Jin telah banyak menghabiskan cadangan gandum untuk menghadapi musim dingin. Dengan harapan agar mereka bisa membawa manfaat bagi Mongol dan menjalin hubungan yang baik dengan Kaum Muslimin di Timur Tengah.Khwarizmia adalah tempat yang sangat strategis dan kaya raya, karena disinilah jalur yang menghubungan antara dunia timur dan dunia barat. Yaitu Jalur Sutra.........“Khan, mengapa tuan tidak duduk saja sembari melihat dedaunan pohon plum yang berguguran di sekitar sungai? Aku yakin Ayah akan terhibur.” Tolui anaknya mencoba mengajak ayahnya untuk menenangkan diri setelah mengalami pertempuran yang panjang.“Aku belum merasa t

  • Petualangan Nerva   Kerinduan

    Sudah hampir sore kami menunggu di depan pintu gerbang mengharap belas kasih dari dalam benteng, mereka masih saja keras kepala.“Apakah kita harus pergi dari sini, Abdullah?” tanyaku penuh rasa kesal.“Bersabarlah Nerva, kita pasti akan ditolong oleh mereka.” Abdullah terus melembutkan hatiku agar lebih tenang dalam menghadapi situasi yang sulit ini.“Nerva aku haus...” Pinta Ruqqayah. Aku kebingungan melihat kiri kanan untuk mencari air yang menggenang barangkali ada beberapa yang bisa membuat rasa haus ini sedikit berkurang.“Anak muda, aku ada beberapa air yang bisa diminum, minumkanlah untuk gadis yang ada disampingmu itu.” Tawar seorang bapak berpakaian lusuh di sampingku.“Terimakasih pak, apakah ini bisa menggantikannya?” lalu aku menyodorkannya kepadanya pisau berlapis perak, dengan harapan dia bisa menerimanya dengan senang hati.“Ambilah kembali, aku yakin kit

  • Petualangan Nerva   Bekal Kehidupan

    Impianku selama ini telah terwujud. Aku sangat senang bertemu dengan ibuku, aku selalu memimpikannya ketika tidur di malam hari, aku merasa sangat senang jika ia selalu bersamaku dan memasakkan kue untukku setiap hari. Namun kemaslahatan sebuah tatanan negeri membuatnya pergi dariku, aku pun telah memaafkannya. Aku berharap dia bisa pulang membawa sepotong senyuman yang mencairkan dinginya rasa rinduku kepadanya.Sekarang dirinya ada di hadapanku, aku ingin sekali mengobrol lama dengannya, namun sekarang aku harus menyadarkan ibuku akan pentingnya memperhatikan masalah ini. Masalah keselamatan diri kami menghadapi badai kehancuran yang dibawa oleh pasukan Mongol...............“Ibu, ayo kita pergi dari sini. Ancaman pasukan Mongol benar-benar dekat dan menakutkan, maukah engkau pergi bersamaku ke tempat aman yang jauh di sana, ibunda?” Aku memohon dengan lemah lembut kepadanya supaya beliau mau menurutiku.“Tidak Nerva, aku mempun

  • Petualangan Nerva   Kehormatan Seorang Muslim

    “Kenapa orang-orang tidak percaya kepada kita jika di timur kota terdapat celah keluar dari beteng?” Aku terus mengajak mereka mengikuti ku tetapi mereka enggan untuk keluar dari sini.“Ayo Nerva kita cari Abdullah dan Ruqqayah, barangkali mereka sudah di depan celah yang kamu beritakan padaku.” Hasan mengajak agar kami berempat bisa berkumpul dan memikirkan rencana keluar dari beteng.Aku kemudian kembali menuju ke tempat kuda yang Ibundaku janjikan yang lokasinya dekat dengan celah di bagian timur. Berkali-kali tentara Mongol melemparkan manjanik ke arah kota sehingga seisi kota menjadi berantakan. Banyak mayat-mayat yang tertimpa reruntuhan. Rumah-rumah terbakar, dan para Ibu kehilangan anaknya.“Apakah benar kesini jalannya?” tanya Hasan“Ibuku bilang di sebelah timur ada pegunungan, tetapi kenapa hanya ada beteng dan kemudian padang pasir......” tanyaku kesal karena aku telah dibohongi oleh Ibuku.

Latest chapter

  • Petualangan Nerva   Bab 2 : Pembayaran Diyat

    "Appppaaa?" Kaget sekali jika orang yang ada di depanku adalah anak dari ayah seseorang yang aku cari untuk membayar diyat atas perbuatanku yang telah merenggut nyawa yang sangat berharga.Aku berpikir seakan dunia ini yang betapa sempitnya luas daratan yang membentang mudah sekali menemukan seseorang untuk segera menunaikan hajat."Silahkan sholat terlebih dahulu, aku akan menanti kalian di sini, dadaaaa" "Nerva, jangan buka""Iiiyyaa, ada perempuan ya?""Tidak pakai kerudung, cantik lagi! huft" Sewot Ruqoyyah yang sebal dengan suara yang keras, setelah melihat adab perempuan itu jelek yang sampai kami tidak sadar bahwa dirinya perempuan, sesuatu yang tidak disukai Rabb kami. Menyerupai lawan jenis."Iyya maafkan aku, aku berusaha agar terlihat mencolok bagi kalian, karena aku telah lama menanti kalian di depan gerbang al-Ula setiap harinya.....6 tahun yang lalu di Asghaban"Keluarga Zahn terkenal dengan hubungan dekatnya terhadap keluarga kekhalifahan dan dekatnya pula dengan par

  • Petualangan Nerva   Bab kedua : Kota Ambisi Dunia

    Dahulu kota Bagdad adalah bagian dari salah satu ambisi Khalifah Al Mu'tasim yakni memindahkan surga akhirat ke dunia. Hampir seluruh kas negara kala itu yang tengah merekah, ludes untuk membayar para pegawai terampil nan piawai dari segala penjuru negeri. Meskipun tahu jika itu boros, mau bagaimanapun pikiran sehat sang khalifah senantiasa terkotori oleh berbagai hasutan bangsa Turk yang sudah dari dahulu diperingatkan oleh para ulama sebelumnya bakal mencaplok kekuasaan bangsa Quraisy. Sedikit demi sedikit, hingga bangsa Quraisy hingga saat ini bagaikan bonekah mainan yang kapan saja bisa di lempar ke lubang api yang membakar dan diganti dengan boneka yang lain."Wahai Nerva, aku sangat menyesal atas sikap leluhurku dahulu terhadap bangsa Quraiys keturunan al Abbas paman Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, aku ingin engkau menolongku untuk kali ini, membalas budi bangsaku terhadap bangsa Quraiys dan seluruh umat islam....."Tumben sekali Hasan menulis surat se-melankolis ini, da

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Datangnya Kabar Menyedihkan dari Sahabat (selesai bab)

    "Sayang, jangan pergi dahulu, aku akan sangat merindukanmu", tangis istrinya karena sulit akan keputusan yang sudah digariskan oleh takdir yang ghaib.Rasyid memeluk istrinya dengan hangat penuh kasih sayang dan mengelus lembut perut istrinya yang semakin lama semakin membuncit karena hamil anak pertamanya. Dia tidak bisa berkata-kata bak pujangga jaman dahulu yang ia kagumi selama perjalanan menuju negeri impian. Yang Ia bisa lakukan kini hanyalah beristigfar supaya segala hal yang merisaukah segera dimudahkan oleh Dzat Yang Maha Penyayang."Rasyid, bacalah surat ini, sudah lama aku menyimpannya, maafkanlah ayahandamu ini.""Dari siapakah ayahanda?" Rasyid melihat gulungan kertas dengan stempel kekhalifahan Abbasiyah. Aaih ini dari Hasan si Jendral bersenjata modern."Apakah orang yang membawa surat ini memakai zirah besar?""Orang yang bertubuh kurus dengan tudung putih," apakah pesuruhnya?Setelah terbuka kertas yang tergulung nampak tertulis tulisan arab yang sangat indah guratan

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Seorang pedagang kaya yang cerdas

    15 Tahun sebelum pernikahan Rasyid dengan Putri Shah BandarKeadaan Masa itu....Hidup yang bergelimang harta terasa hambar bagi hati seorang pedagang mujur yang hatinya terpaut dengan masjid. Selalu saja ada harta mengalir meski berusaha sekuat tenaga memiskinkan diri dengan bersedekah dan menolong finansial orang-orang dari jerat riba bank plecit. Tetapi selalu saja diberikan oleh Zat yang Maha Kaya harta berlipat ganda, hingga memiliki pegawai setia berjumlah seribu orang lebih."Sayangku, apakah aku kini sedang diazab oleh Allah? aku begitu menderita akibat banyaknya harta yang menumpuk, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, aku ingin merasakan ketenangan dalam hidup." Keluh kesah yang sangat membuat orang yang mendengarnya ikut putus asa."Jangan berkata demikian, Wahai suamiku, Shah Bandar, Engkau tidaklah diuji perihal harta bagaikan si Qorun musuh Musa 'alaihisalam dan musuh Dzat Yang Maha Kaya, buktinya engkau bisa bersedekah, berinfak di jalan Allah, berdzikir, dan memudahkan h

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Kehidupan Setelah Menikah

    " Apakah engkau bersumpah tiada lagi berbuat dosa?" tanya seseorang dengan nada meremehkan sambil mengangkat alis bagian kiri."Aku rasa demikian, supaya aku memiliki banyak teman dan sahabat" Jawabku singkat sambil mengibaskan poni ke arah belakang kepala."Lalu siapa yang lebih dzalim dan sombong dari dirimu terhadap Tuhan yang Maha Menerima Taubat? Lalu apakah peran dirimu di dunia sedangkan tiada satupun mahkluk yang hidup tanpa pernah melakukan dosa? Apa engkau hendak menjadi gila supaya terkabul impianmu memperoleh ridho manusia?""Lalu apa yang harus ku lakukan?""Bertaubatlah dan jangan mendahului Allah dan Rasulnya, Janganlah melampaui batas dalam beragama, dan tetaplah jaga perintah Allah. Jauhi dosa kecil dan besar, baik tersembunyi dan terang-terangan. Dan bersegeralah meraih ampunan Allah, sungguh kelak di hari kiamat engkau akan melihat catatan amalmu yang akan mengantarmu ke neraka atau ke surga. Tiada seluruh manusia yang ridho dengan manusia yang lain, maka carilah ri

  • Petualangan Nerva   Bab Pertama : Kesimpulan

    1. Cerita ini tidak ada unsur menyinggung, hanya sebagai cerita perumpamaan.2. Bukan bertujuan menyihir orang lain3. Tidak bermaksud memjual agama harga murah. Karena saya jual kisah hikmah sebagai penambah semangat beribadah dan adab4. Sesuai judul penerbit. Good Novel berarti Novel Bagus. Saya hanya tertarik dgn judulnya, kalau ternyata kebanyakan isinya selain buku saya banyak tercipta buku prostitusi maka saya berlepas tangan.5. Jika Antum orang yg lebih paham agama daripada saya. Maka utamakan Tabayun daripada Thatayur6. Orang Kaya dan Alim tapi pelit lebih mulia daripada orang miskin tapi gemar beli koin supaya bisa baca novel prostitusi.7. Islam tetaplah sempurna tanpa novel nerva8. Saya bertaubat dari menulis novel dan saya sekarang berlepas diri dgn Novel ini setelah saya ajukan penghapusan ke admin9. Laa Illaha Illallah... Sya lebih suka dibenci orang Musyrik, Munafik, Kafirin, daripada dibenci meski 1 orang mukmin 🙏

  • Petualangan Nerva   Bagian Pertama : Penantian yang Panjang

    Kuda kami beradu cepat menyusuri lorong hutan oak dengan disambut hujan petir dari langit dan rentetan anak panah yang menghujani langkah kami dari gerombolan perampok tengik yang siap memporak -porandakan negeri-negeri islam yang telah berdiri sejak kekhalifahan Abu Bakar ash Shidiq."Aku akan menjadi tameng untuk lolos dari pengepungan mereka. Cepat! ambil lembingmu dan serang lurus ke arah pemimpin mereka., aku akan mulai hancurkan kroco-kroco mereka satu persatu." Hasan memberiku aba-aba menjalankan stategi serangan membabi buta dua orang melawan 1000 pasukan berkuda Mongol.Aku berdiri di atas kuda liar yang kujinakan dari negeri Moor sembari memasang kuda-kuda untuk melempar lembing ke arah kepala calon khanate yang mencari gara-gara demi mendapatkan pengakuan sang Dukun Agung, Jengis Khan.Slappsss....Jebreet! "Hmmmp meleset" Lembing itu mengenai pundak calon khanate hingga dirinya terplanting dari kuda yang ingin menabrakku sejauh 5 meter. Kemudian aku melompat dari kuda menda

  • Petualangan Nerva   Bagian Pertama : Durjana yang Memiliki 1 Kesedihan

    Keberangkatanku menuju cita-citaku selama bertahun-tahun membawa berbagai kemungkinan-kemungkinan yang saat ini aku pikirkan solusinya. Sepintas aku mengambil sarung pedangku dan ku tarik bilahnya dari sarungnya. Banyak sekali karat yang mengotori pedangku karena malasnya diriku membersihkan darah para korban keganasanku di medan perang."Ini ambillah" Pedang Mongol yang berkilau warna zamrud disodorkannya kepadaku, oleh seorang yang ku anggap aneh bin ajaib."Haa? Kenapa harus ku pakai pedang milik setan itu?""Kau tahu ini sangat berharga untuk menghancurkan mulut kafirin itu. Dengan bahan yang ringan bergagang bambu kemudian ada tutup pada ujung gagang ini. Nah seketika engkau buka tutup sedikit ini maka mengalirlah racun keluar menuju lubang sekecil lubang jarum yang terhubung pada bilah pedang.""Coba kulihat!" Aku merampas cepat pedang yang ia bawa. Setelah kubuka sedikit tutup pada gagang bilah seketika memancar racun hijau yang mematikan itu, tidak tercium bau menyengat tetapi

  • Petualangan Nerva   Merajut Tali Untuk Tali Penambat Rumah Keabadian

    "Nerva.. Nervaaa...lihat ini, ada bunga lavender yang saanggaaat indah..." Baru kali ini aku melihat Ruqqayah seantusias ini melihat pemandangan di sepanjang jalur sutra yang kami lewati. Aku hanya tersenyum sembari menyimpan kesedihan memikirkan bagaimana nasib ibuku disana.Kemudian Ruqqayah memetik 3,4 dan wah, wah banyak sekali hingga sampai satu pelukan?"Ruqayyah, apa yang kamu lakukan? 😅 Jangan kamu rusak lingkungan disini....!!" Aku berusaha menyadarkan Ruqqayah agar tidak rakus dengan tanaman lavender sebanyak itu.."Nananana..." Ruqqayah cuman bernyanyi-nyanyi nada girang tanpa mau menoleh terhadapku. setelah hampir 10 gantang tanaman lavender baru dirinya berhenti berbuat aneh."Suamiku, tolong kemari..." Ajaknya penuh mesra"Iya aku kesana"" Tolong ikat ini per 50 tanaman dan engkau tata memanjang di bawah pohon bidara disana, oke?"iya-iya tuan putri" Ngos-ngosan aku mengangkut tanaman lavender ini jauh hingga dibawah pohon bidara. Tapi demi istriku yang cantik ini apa

DMCA.com Protection Status