Sepenggal informasi tentang tujuan Mongol menyerang dinasti Kwarezmia.
Gengis Khan menunggu-nunggu bagaimana hasil yang telah diperoleh duta besarnya sejumlah 500 orang diantaranya kaum muslim yang diutus menjadi perantara Mongol dengan Khwarizmia. Perang yang bertahun-tahun melawan dinasti Jin telah banyak menghabiskan cadangan gandum untuk menghadapi musim dingin. Dengan harapan agar mereka bisa membawa manfaat bagi Mongol dan menjalin hubungan yang baik dengan Kaum Muslimin di Timur Tengah.
Khwarizmia adalah tempat yang sangat strategis dan kaya raya, karena disinilah jalur yang menghubungan antara dunia timur dan dunia barat. Yaitu Jalur Sutra.
........
“Khan, mengapa tuan tidak duduk saja sembari melihat dedaunan pohon plum yang berguguran di sekitar sungai? Aku yakin Ayah akan terhibur.” Tolui anaknya mencoba mengajak ayahnya untuk menenangkan diri setelah mengalami pertempuran yang panjang.
“Aku belum merasa tenang jika seluruh kawanku belum merasakan nikmat aman dari acamanan Dinasti Jin.”
“Engkau telah berhasil mewujudkan cita-cita untuk menyatukan seluruh klan Mongol, apakah cita-cita ayah selanjutnya?” tanya Tolui penuh penasaran.
“Aku hanya ingin agar aku bisa membuat leluhurku tenang dengan hilangnya ancaman dinasti Jin yang telah membuat kita terkurung di dalam tembok besar itu. Mereka telah membatasi kita dari dunia luar. Dan berharap agar aku bisa menjalin hubungan dengan orang-orang baik itu di belahan bumi yang terang di bagian barat itu.” Lalu beliau menunjuk kepada orang-orang muslim yang berdagang di negeri tirai bambu.
“Mereka memang orang yang baik ayah. Selalu jujur dan beramah tamah terhadap kita. Aku lihat wajahnya yang memancarkan ketenangan dan kearifan terhadap klan kita.”
“Aku pernah mendengar mereka telah menyampaikan kepada kita, bahwa jika kita beriman kepada Allah dan Hari Akhir akan mendapat balasan yang baik di akhirat, tempat negeri keabadian. Tapi aku tidak mengerti apa itu hari Akhir. Apakah aku akan dibangkitkan setelah mati? Itu yang membuatku masih merenung.”
“Tidak mengapa wahai Ayahku, pasti engkau akan mendapatkan jawabanmu.” Tolui pun kini juga berpikir demikian.
“Allah......” Jengis Khan berpikir tentang kata itu. “Apakah ia yang telah menciptakan dunia ini dan juga nenek moyang kita dahulu?”
“Entahlah ayah, Dia tidak terlihat dimata kita, apakah memang dia ada? Aku juga tidak bisa memastikan.”
“Jika kita bisa di negeri sana mungkin kita bisa mencari jawaban itu bukan? Maka ayo kita harus bercita-cita untuk datang kesana. Pasti disana adalah tempat yang menarik untuk kita.” Pungkas Jengis Khan.
Jendral Kubilai Khan datang, “Kekalahan dinasti Jin hampir merata dimana saja. Dan pasukan Mongol telah mendapatkan banyak macam ilmu pengetahuan tentang pembuatan berbagai macam alat perang dan juga perhiasan dan emas perak yang ia dapatkan dari rampasan perang.” Sang Jendral memberikan informasinya tentang keadaan di daratan China bagian utara yang kini akan menjadi wilayah kekuasaan pemimpin mereka.
“Bagus” timpal Jengis Khan.
.....
Mongolia adalah tempat banyaknya dukun Saman yang di muiakan oleh sebagian besar klan-klan besar disana. Mereka dianggap memiiki kekuatan-kekuatan mistis berupa mengendalikan angin dan cuaca dan stategi dalam kemiliteran. Kaisar Mongol yakni Genghis Khan adalah seorang Shamanist yakni seorang yang percaya terhadap kekuatan roh-roh di dunia. Setelah mengeksekusi saingannya, TebTengriKokhchu, ia medeklarasikan dirinya adalah Saman yang agung. Ia menganggap dirinyalah penghubung antara surga langit biru menurut ajaran mereka dengan dunia. Sehingga ia sangat disakralkan oleh pengikut mereka.
Di masa pemerintahannya, sikapnya yang toleran yang tinggi terhadap agama selainnya, berbagai macam aliran keagamaan yang diterima di lingkungan dinasti membuatnya dijuluki sebagai pembela agama. Islam, Katholik, Budha, dan Manicheanisme. Mereka dibuatkan sebuah tempat di samping istana Karakorum di pusat pemerintahan Kekaisaran Mongol untuk dijadikan ajang perdebatan dan di tonton banyak orang. Disinilah terjadi penyebaran agama selain shamanisme.
Namun kepada pemeluk islam, Gengis memiliki sekenarionya untuk mewujudkan ambisinya menguasai seluruh timur tengah. Salah satunya adalah melalui jalan diplomasi.
“Mahmud Yalavach, bagaimana menurutmu tentang 500 utusan yang ku kirimkan kepada penguasa Khwarezmia. Apakah mereka tersesat atau diserang oleh musuh?” Tanya Genghis Khan.
“Mereka sangat mengerti tentang jalur sutra yang sebelumnya telah dipelajari oleh leluhur mereka. Tidak mungkin mereka tersesat wahai Khan yang Agung.” Jawab Mahmud.
“Apakah aku perlu menanyakan kepada penguasamu dengan mengutus pelayanmu bersama dua orangku yang bertugas memandu mereka kesana?”
“Kurasa itu ide yang bagus tuan. Aku berharap ke 500 delegasi itu diketahui keadaanya sehingga hubungan Kekaisaran Tuan dengan Dinasti Khwarezmia bisa terjalin dengan baik.”
Kemudian di utuslah mereka bertiga mencari tahu bagaimana keadaan ke 500 pedagang muslim sebagai delegasi perdamaian dengan membawa pesan Kaisar Mongolia. Dengan melaju secepat kilat mereka kemudian sampai kota Otrar.
Sesampainya disana, ketiga delegasi itu langsung menghadap Gubernur Kota Otrar, Inalchuq.
“Kami dari Kekaisaran Mongol hendak menanyakan kepada tuan perihal ke-500 delegasi kami yang diutus untuk penguasa Kwarezmia. Tolong berikan informasi itu kepada kami.” Delegasi yang muslim menjadi juru bicara antara kedua utusan Mongol dengan Gubernur Otrar.
Tidak disangka-sangka, Gubernur Otrar langsung ketakutan dan menyuruh pasukannya menangkap ketiga delegasi Mongol.
“Kenapa ini, kenapa kami ditangkap?” tanya kedua orang tadi kepada kawannya yang muslim.
“Tuan tolong lepas kami! Kami datang membawa pesan damai.” Rintih delegasi muslimin.
“Jangan kamu berpura-pura baik terhadap kami. Kami tahu bagaimana kalian memperlakukan Dinasti Jin dengan amat kejam. Kalian pasti akan memperlakukan kami seperti itu jika kami percaya kepada kalian.” Tegas Inalchuq kepada mereka
“Tidak tuan, engkau akan menyesal jika tidak menuruti kami.” Timpal delegasi yang muslim
“Engkau telah menjual agamu dengan murah! Sekarang engkau akan aku arak di ibukota Urgench supaya kamu menyesal telah berkomplotan dengan Mongol.
“Jangaannnn.....” kemudian delegasi yang muslim ditangkap dan dibawa menghadap penguasa Kwarezmia di Kota Urgench.
Setelah itu Gubernur kota Otrar menebaskan pedang ke kepala kedua utusan Mongol itu, dan berkata, “Kirimkanlah kepala ini kepada penguasa Mongol agar mengetahui sikap kita kepada mereka. Dan kami siap berperang melawan mereka.”
Setelah sampai berita ketiga utusan itu yang telah berakhir mengenaskan, marahlah Genghis Khan dan memecahkan gelas yang ia genggam.
“Ini adalah penghinaan dari Shah Kwarezmia terhadap kita.”
“Utuslah kami untuk menghacurkan negeri mereka yang Mulia” Jenderal Perang Chagatai memukulkan pedangnya ke arah meja hingga terbelah.
“Tarik kembali seluruh pasukan Mongol yang kini sedang berperang di Dinasti Jin. Kita akan ratakan seluruh kehidupan di tanah Kwarezmia.”
“Baik Khan!!!”
Seluruh pasukan pemanah berkuda telah sedia berangkat menuju negeri Persia. Dengan melewati tempat-tempat yang sulit dan cuaca yang ekstrim, akhirnya mereka sampai di negeri Kwarezmia dan membuat kekacauan di sekitar. Dengan membawa kekuatan dan kehancuran, bangsa Mongol menjadi ancaman besar yang akan akan meluluhantakan negeri Kwarezmia dan mengakhiri sejarahnya.
Sudah hampir sore kami menunggu di depan pintu gerbang mengharap belas kasih dari dalam benteng, mereka masih saja keras kepala.“Apakah kita harus pergi dari sini, Abdullah?” tanyaku penuh rasa kesal.“Bersabarlah Nerva, kita pasti akan ditolong oleh mereka.” Abdullah terus melembutkan hatiku agar lebih tenang dalam menghadapi situasi yang sulit ini.“Nerva aku haus...” Pinta Ruqqayah. Aku kebingungan melihat kiri kanan untuk mencari air yang menggenang barangkali ada beberapa yang bisa membuat rasa haus ini sedikit berkurang.“Anak muda, aku ada beberapa air yang bisa diminum, minumkanlah untuk gadis yang ada disampingmu itu.” Tawar seorang bapak berpakaian lusuh di sampingku.“Terimakasih pak, apakah ini bisa menggantikannya?” lalu aku menyodorkannya kepadanya pisau berlapis perak, dengan harapan dia bisa menerimanya dengan senang hati.“Ambilah kembali, aku yakin kit
Impianku selama ini telah terwujud. Aku sangat senang bertemu dengan ibuku, aku selalu memimpikannya ketika tidur di malam hari, aku merasa sangat senang jika ia selalu bersamaku dan memasakkan kue untukku setiap hari. Namun kemaslahatan sebuah tatanan negeri membuatnya pergi dariku, aku pun telah memaafkannya. Aku berharap dia bisa pulang membawa sepotong senyuman yang mencairkan dinginya rasa rinduku kepadanya.Sekarang dirinya ada di hadapanku, aku ingin sekali mengobrol lama dengannya, namun sekarang aku harus menyadarkan ibuku akan pentingnya memperhatikan masalah ini. Masalah keselamatan diri kami menghadapi badai kehancuran yang dibawa oleh pasukan Mongol...............“Ibu, ayo kita pergi dari sini. Ancaman pasukan Mongol benar-benar dekat dan menakutkan, maukah engkau pergi bersamaku ke tempat aman yang jauh di sana, ibunda?” Aku memohon dengan lemah lembut kepadanya supaya beliau mau menurutiku.“Tidak Nerva, aku mempun
“Kenapa orang-orang tidak percaya kepada kita jika di timur kota terdapat celah keluar dari beteng?” Aku terus mengajak mereka mengikuti ku tetapi mereka enggan untuk keluar dari sini.“Ayo Nerva kita cari Abdullah dan Ruqqayah, barangkali mereka sudah di depan celah yang kamu beritakan padaku.” Hasan mengajak agar kami berempat bisa berkumpul dan memikirkan rencana keluar dari beteng.Aku kemudian kembali menuju ke tempat kuda yang Ibundaku janjikan yang lokasinya dekat dengan celah di bagian timur. Berkali-kali tentara Mongol melemparkan manjanik ke arah kota sehingga seisi kota menjadi berantakan. Banyak mayat-mayat yang tertimpa reruntuhan. Rumah-rumah terbakar, dan para Ibu kehilangan anaknya.“Apakah benar kesini jalannya?” tanya Hasan“Ibuku bilang di sebelah timur ada pegunungan, tetapi kenapa hanya ada beteng dan kemudian padang pasir......” tanyaku kesal karena aku telah dibohongi oleh Ibuku.
Kami terus menerjang barisan musuh dan selalu berusaha mengawal Shah hingga kami hampir keluar dari pasukan pengepung. Aku terus memacu kudaku dengan terus memanah setiap kali aku memiliki kesempatan. Dan dari belakang kami selalu dihujani anak panah hingga kakiku terkena anak panah yang menyasar. Saat ini pasukan pengawal Shah masih tersisa 100 orang dengan masing-masing membawa luka anak panah yang terus kami tahan rasa sakitnya.“Matahari sudah hampir terbit, kita harus segera keluar dari pasukan pengepung!” Perintah komandan prajurit pelindung Shah baris depan.Tentara Mongol mulai mengumpulkan kekuatan dan mulai mengejar sisa-sisa pasukan pelindung Shah. Kami tidak mengetahui lagi bagaimana nasib pasukan yang menjadi umpan. Apakah mereka sudah binasa ataukah ada keajaiban yang tidak disangka-sangka.“Mereka mulai dekat dengan kita, komandan.”“Sekarang pergilah dahulu bersama Shah dan beberapa pasukan pelindung, kita ham
Aku tidak merasa enakan dengan Abdullah karena telah menggendongku sejauh ini setelah kami mendarat kembali di daratan. Disamping rasa sakit yang ia derita pada lengannya, kini dia harus menanggung capek perjalanan jauh ke arah barat daya. Aku melihat Ruqqayah menertawakanku di jauh.“Sudahlah Abdullah, aku sudah baikan kali ini, sekarang berhentilah menggendongku!” Perintahku kepada pelayanku yang umurnya sudah hampir sepuh.“Aku sangat khawatir kepadamu, Tuan, karena kamu terlihat belum pulih secara sempurna, nanti bagaimana jika terjadi pendarahan jika kamu terus memaksakan diri berjalan?” Abdulllah bersikeras pada pendiriannya.“Kamu seperti anak kecil Nerva.” Tawa Ruqqayah.“Abdullah! Engkau membuatku malu! Cepat turunkan aku, jika tidak ,nanti aku tidak memberimu jatah kurma.”“Jangan begitu Tuanku, kalau terjadi apa-apa terhadapmu, aku nanti akan dimarahi oleh Nyon....”“Ibuk
Saat Abdullah membuka tempat minum yang ia rampas, lalu dia mencium bau minumannya.“Astaga, ini adalah minuman keras, dan ini kurasa berasal dari fermentasi perasan anggur.” Abdullah menutup kembali tempat minum itu dan membuangnya.“Apakah kita tidak diperbolehkan meminumnya?” Aku bertanya penuh penasaran.“Tidak boleh anakku, nanti engkau akan mabuk!” Jelas Abdullah sembari melotot dan mengangkat alisnya yang tebal.“Mabuk?” tanyaku penuh heran“Hilang kesadaran dan engkau akan berbuat dosa.” Tutur Abdullah kepadakuSuasana yang panas dan dahaga yang menyerang membuat kami sedikit lemah dan kurang bersemangat. aku pun melihat dari jauh ada mata air yang banyak.“Lihat, ada mata air! Ayo Abdullah, Ruqqayah kita kesana!”“Itu bukan mata air. Itu fatamorgana Nerva.” Ruqqayah kurasa lebih paham daripada Abdullah.“Bukan Istriku Itu mata air. Lihat! It
Hari sudah semakin sore dan belum ada tanda-tanda adanya sebuah kota yang bisa kita gunakan untuk menetap. Kami sekarang sudah memasuki wilayah Abbasiyah dan terus berjalan sembari melihat sekitar.“Lihat itu ada karavan” Aku menjadi sangat senang dengan bertemu orang yang masih hidup dari kejaran Mongol.“Ayo kita kesana, Nerva ....” Ruqqayah juga ingin segera kesana dan berkumpul dengan mereka. Lalu kami menghampiri mereka sembari melambaikan tangan.Setelah sampai disana aku melihat banyak orangtua, anak-anak dan perempuan yang memiiki luka yang banyak. Kurasa mereka berhasil kabur dari tentara Mongol.“Assalamua’alaykum, bolehkah kami bersama kalian sejenak?” tanyaku kepada mereka. Lalu salah seorang anak kecil yang paling dekat kepadaku menyapaku dan menjawab salam.“Wa’alaykumussaam, Tuan, darimana asal kalian?”“Kami dari Benteng Urgench sedang berjalan menuju Baghdad, apakah
Minumanku yang diberikan Abdullah kepadaku kini berubah rasa menjadi anyir seperti lemak kambing. Kemudian aku tanyakan kepada Abdullah“Kenapa minumanku berubah seperti lemak kambing, wahai Abdullah, apakah kamu campur dengan lemak?”“Kamu kan sudah pernah merasakan pertama kalinya, segar bukan? Itu karena ada kekurangan dari tempat minum yang dibuat dari kulit hewan.” Jelas Abdullah kepadaku.“Lalu bagaimana ini, apakah harus aku buang?” Aku merasa jijik dengan tempat minum ini.“Tidak mengapa, selama perjalanan masih jauh pakailah saja, jika sudah menemukan penjual tempat minum yang tidak dilarang islam maka boleh kamu membelinya. Kurasa tempat minum dari kaca lebih bagus, kalau tidak ya tempat minum dari bambu yang dijual oleh pedagang timur.”“Ide yang bagus, Abdullah.” Aku menyetujui ide Abdullah.“Memang tempat minum apa saja yang dilarang oleh islam?” tanya ku penuh keherana
"Appppaaa?" Kaget sekali jika orang yang ada di depanku adalah anak dari ayah seseorang yang aku cari untuk membayar diyat atas perbuatanku yang telah merenggut nyawa yang sangat berharga.Aku berpikir seakan dunia ini yang betapa sempitnya luas daratan yang membentang mudah sekali menemukan seseorang untuk segera menunaikan hajat."Silahkan sholat terlebih dahulu, aku akan menanti kalian di sini, dadaaaa" "Nerva, jangan buka""Iiiyyaa, ada perempuan ya?""Tidak pakai kerudung, cantik lagi! huft" Sewot Ruqoyyah yang sebal dengan suara yang keras, setelah melihat adab perempuan itu jelek yang sampai kami tidak sadar bahwa dirinya perempuan, sesuatu yang tidak disukai Rabb kami. Menyerupai lawan jenis."Iyya maafkan aku, aku berusaha agar terlihat mencolok bagi kalian, karena aku telah lama menanti kalian di depan gerbang al-Ula setiap harinya.....6 tahun yang lalu di Asghaban"Keluarga Zahn terkenal dengan hubungan dekatnya terhadap keluarga kekhalifahan dan dekatnya pula dengan par
Dahulu kota Bagdad adalah bagian dari salah satu ambisi Khalifah Al Mu'tasim yakni memindahkan surga akhirat ke dunia. Hampir seluruh kas negara kala itu yang tengah merekah, ludes untuk membayar para pegawai terampil nan piawai dari segala penjuru negeri. Meskipun tahu jika itu boros, mau bagaimanapun pikiran sehat sang khalifah senantiasa terkotori oleh berbagai hasutan bangsa Turk yang sudah dari dahulu diperingatkan oleh para ulama sebelumnya bakal mencaplok kekuasaan bangsa Quraisy. Sedikit demi sedikit, hingga bangsa Quraisy hingga saat ini bagaikan bonekah mainan yang kapan saja bisa di lempar ke lubang api yang membakar dan diganti dengan boneka yang lain."Wahai Nerva, aku sangat menyesal atas sikap leluhurku dahulu terhadap bangsa Quraiys keturunan al Abbas paman Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, aku ingin engkau menolongku untuk kali ini, membalas budi bangsaku terhadap bangsa Quraiys dan seluruh umat islam....."Tumben sekali Hasan menulis surat se-melankolis ini, da
"Sayang, jangan pergi dahulu, aku akan sangat merindukanmu", tangis istrinya karena sulit akan keputusan yang sudah digariskan oleh takdir yang ghaib.Rasyid memeluk istrinya dengan hangat penuh kasih sayang dan mengelus lembut perut istrinya yang semakin lama semakin membuncit karena hamil anak pertamanya. Dia tidak bisa berkata-kata bak pujangga jaman dahulu yang ia kagumi selama perjalanan menuju negeri impian. Yang Ia bisa lakukan kini hanyalah beristigfar supaya segala hal yang merisaukah segera dimudahkan oleh Dzat Yang Maha Penyayang."Rasyid, bacalah surat ini, sudah lama aku menyimpannya, maafkanlah ayahandamu ini.""Dari siapakah ayahanda?" Rasyid melihat gulungan kertas dengan stempel kekhalifahan Abbasiyah. Aaih ini dari Hasan si Jendral bersenjata modern."Apakah orang yang membawa surat ini memakai zirah besar?""Orang yang bertubuh kurus dengan tudung putih," apakah pesuruhnya?Setelah terbuka kertas yang tergulung nampak tertulis tulisan arab yang sangat indah guratan
15 Tahun sebelum pernikahan Rasyid dengan Putri Shah BandarKeadaan Masa itu....Hidup yang bergelimang harta terasa hambar bagi hati seorang pedagang mujur yang hatinya terpaut dengan masjid. Selalu saja ada harta mengalir meski berusaha sekuat tenaga memiskinkan diri dengan bersedekah dan menolong finansial orang-orang dari jerat riba bank plecit. Tetapi selalu saja diberikan oleh Zat yang Maha Kaya harta berlipat ganda, hingga memiliki pegawai setia berjumlah seribu orang lebih."Sayangku, apakah aku kini sedang diazab oleh Allah? aku begitu menderita akibat banyaknya harta yang menumpuk, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, aku ingin merasakan ketenangan dalam hidup." Keluh kesah yang sangat membuat orang yang mendengarnya ikut putus asa."Jangan berkata demikian, Wahai suamiku, Shah Bandar, Engkau tidaklah diuji perihal harta bagaikan si Qorun musuh Musa 'alaihisalam dan musuh Dzat Yang Maha Kaya, buktinya engkau bisa bersedekah, berinfak di jalan Allah, berdzikir, dan memudahkan h
" Apakah engkau bersumpah tiada lagi berbuat dosa?" tanya seseorang dengan nada meremehkan sambil mengangkat alis bagian kiri."Aku rasa demikian, supaya aku memiliki banyak teman dan sahabat" Jawabku singkat sambil mengibaskan poni ke arah belakang kepala."Lalu siapa yang lebih dzalim dan sombong dari dirimu terhadap Tuhan yang Maha Menerima Taubat? Lalu apakah peran dirimu di dunia sedangkan tiada satupun mahkluk yang hidup tanpa pernah melakukan dosa? Apa engkau hendak menjadi gila supaya terkabul impianmu memperoleh ridho manusia?""Lalu apa yang harus ku lakukan?""Bertaubatlah dan jangan mendahului Allah dan Rasulnya, Janganlah melampaui batas dalam beragama, dan tetaplah jaga perintah Allah. Jauhi dosa kecil dan besar, baik tersembunyi dan terang-terangan. Dan bersegeralah meraih ampunan Allah, sungguh kelak di hari kiamat engkau akan melihat catatan amalmu yang akan mengantarmu ke neraka atau ke surga. Tiada seluruh manusia yang ridho dengan manusia yang lain, maka carilah ri
1. Cerita ini tidak ada unsur menyinggung, hanya sebagai cerita perumpamaan.2. Bukan bertujuan menyihir orang lain3. Tidak bermaksud memjual agama harga murah. Karena saya jual kisah hikmah sebagai penambah semangat beribadah dan adab4. Sesuai judul penerbit. Good Novel berarti Novel Bagus. Saya hanya tertarik dgn judulnya, kalau ternyata kebanyakan isinya selain buku saya banyak tercipta buku prostitusi maka saya berlepas tangan.5. Jika Antum orang yg lebih paham agama daripada saya. Maka utamakan Tabayun daripada Thatayur6. Orang Kaya dan Alim tapi pelit lebih mulia daripada orang miskin tapi gemar beli koin supaya bisa baca novel prostitusi.7. Islam tetaplah sempurna tanpa novel nerva8. Saya bertaubat dari menulis novel dan saya sekarang berlepas diri dgn Novel ini setelah saya ajukan penghapusan ke admin9. Laa Illaha Illallah... Sya lebih suka dibenci orang Musyrik, Munafik, Kafirin, daripada dibenci meski 1 orang mukmin 🙏
Kuda kami beradu cepat menyusuri lorong hutan oak dengan disambut hujan petir dari langit dan rentetan anak panah yang menghujani langkah kami dari gerombolan perampok tengik yang siap memporak -porandakan negeri-negeri islam yang telah berdiri sejak kekhalifahan Abu Bakar ash Shidiq."Aku akan menjadi tameng untuk lolos dari pengepungan mereka. Cepat! ambil lembingmu dan serang lurus ke arah pemimpin mereka., aku akan mulai hancurkan kroco-kroco mereka satu persatu." Hasan memberiku aba-aba menjalankan stategi serangan membabi buta dua orang melawan 1000 pasukan berkuda Mongol.Aku berdiri di atas kuda liar yang kujinakan dari negeri Moor sembari memasang kuda-kuda untuk melempar lembing ke arah kepala calon khanate yang mencari gara-gara demi mendapatkan pengakuan sang Dukun Agung, Jengis Khan.Slappsss....Jebreet! "Hmmmp meleset" Lembing itu mengenai pundak calon khanate hingga dirinya terplanting dari kuda yang ingin menabrakku sejauh 5 meter. Kemudian aku melompat dari kuda menda
Keberangkatanku menuju cita-citaku selama bertahun-tahun membawa berbagai kemungkinan-kemungkinan yang saat ini aku pikirkan solusinya. Sepintas aku mengambil sarung pedangku dan ku tarik bilahnya dari sarungnya. Banyak sekali karat yang mengotori pedangku karena malasnya diriku membersihkan darah para korban keganasanku di medan perang."Ini ambillah" Pedang Mongol yang berkilau warna zamrud disodorkannya kepadaku, oleh seorang yang ku anggap aneh bin ajaib."Haa? Kenapa harus ku pakai pedang milik setan itu?""Kau tahu ini sangat berharga untuk menghancurkan mulut kafirin itu. Dengan bahan yang ringan bergagang bambu kemudian ada tutup pada ujung gagang ini. Nah seketika engkau buka tutup sedikit ini maka mengalirlah racun keluar menuju lubang sekecil lubang jarum yang terhubung pada bilah pedang.""Coba kulihat!" Aku merampas cepat pedang yang ia bawa. Setelah kubuka sedikit tutup pada gagang bilah seketika memancar racun hijau yang mematikan itu, tidak tercium bau menyengat tetapi
"Nerva.. Nervaaa...lihat ini, ada bunga lavender yang saanggaaat indah..." Baru kali ini aku melihat Ruqqayah seantusias ini melihat pemandangan di sepanjang jalur sutra yang kami lewati. Aku hanya tersenyum sembari menyimpan kesedihan memikirkan bagaimana nasib ibuku disana.Kemudian Ruqqayah memetik 3,4 dan wah, wah banyak sekali hingga sampai satu pelukan?"Ruqayyah, apa yang kamu lakukan? 😅 Jangan kamu rusak lingkungan disini....!!" Aku berusaha menyadarkan Ruqqayah agar tidak rakus dengan tanaman lavender sebanyak itu.."Nananana..." Ruqqayah cuman bernyanyi-nyanyi nada girang tanpa mau menoleh terhadapku. setelah hampir 10 gantang tanaman lavender baru dirinya berhenti berbuat aneh."Suamiku, tolong kemari..." Ajaknya penuh mesra"Iya aku kesana"" Tolong ikat ini per 50 tanaman dan engkau tata memanjang di bawah pohon bidara disana, oke?"iya-iya tuan putri" Ngos-ngosan aku mengangkut tanaman lavender ini jauh hingga dibawah pohon bidara. Tapi demi istriku yang cantik ini apa