Minumanku yang diberikan Abdullah kepadaku kini berubah rasa menjadi anyir seperti lemak kambing. Kemudian aku tanyakan kepada Abdullah
“Kenapa minumanku berubah seperti lemak kambing, wahai Abdullah, apakah kamu campur dengan lemak?”“Kamu kan sudah pernah merasakan pertama kalinya, segar bukan? Itu karena ada kekurangan dari tempat minum yang dibuat dari kulit hewan.” Jelas Abdullah kepadaku.“Lalu bagaimana ini, apakah harus aku buang?” Aku merasa jijik dengan tempat minum ini.“Tidak mengapa, selama perjalanan masih jauh pakailah saja, jika sudah menemukan penjual tempat minum yang tidak dilarang islam maka boleh kamu membelinya. Kurasa tempat minum dari kaca lebih bagus, kalau tidak ya tempat minum dari bambu yang dijual oleh pedagang timur.”“Ide yang bagus, Abdullah.” Aku menyetujui ide Abdullah.“Memang tempat minum apa saja yang dilarang oleh islam?” tanya ku penuh keherana“Semuanya lekaslah berkumpul kemari di dekatku.” Aku memberi aba-aba kepada semua pengungsi yang kebanyakan mereka memencar di sekitar lembah.“Ayo semua, dengarkanlah gadis ini dan ikutilah.” Seorang janda 30 tahun mendukung untuk mengikuti perintahnya.“Dia menantu tuan Aida, namanya Ruqqayah, ayo dekati anak itu dan dengarkan apa yang ia katakan.” Salah satu sesepuh laki-laki memukul-mukul tongkat dan menyuruh mereka untuk segera berkumpul.Tidak tersisa seorang lelaki yang kuat menyandang pedang yang tampak di antara para pengungsi. Hanya ada anak-anak, perempuan, dan orang tua. Kami hanya bisa menunggu kapan suamiku, paman Abdullah, dan mertuaku Aida akan pulang kembali. Mega masih terlihat warna merah yang semburatnya tinggal sebentar lagi akan lenyap menuju waktu isya’.“Aku mendapat perintah oleh ayah mertuaku Aida agar membacakan surat al-Baqarah. Harap dengarkan dengan seksama wahai kaum muslim supaya kali
“Ayo lewat sini anak-anak, pelan-pelan dan tetaplah bergandengan tangan.” Aku harus tetap menjaga anak-anak itu agar tetap aman dan selamat hingga sampai ke tempat pengungsian.“Kakak, kami kelaparan.” Rintih anak yg paling bongsor diantara mereka.“Sambil jalan ayo makanlah kismis kering ini pelan-pelan. Temannya jangan lupa diberi ya.” Lalu aku memberikan satu genggam kismis yang ada di dalam tas kulitku untuk aku bagi kepada anak-anak kecil itu.“Waaa.... Terimakasih..nama kakak siapa.?” Ucap syukur anak-anak pemberani ini atas apa yang aku beri, lalu mereka penasaran siapa namaku.“Panggil saja kak Nerva, hehehe.”Ayahku mencari-cari keberadaan penyihir itu yang telah berbuat jahat terhadap anak-anak itu. Melihat banyaknya mayat dan tengkorak di dalam rumah maupun di halamannya membuatku menyimpulkan jika penyihir itu tidak hanya membunuh anak-anak saja, tetapi orang dewasa juga.“Abd
Pengepungan benteng ibukota Kwarezmia Urgench, berakhir gagal total bagi para tentara Mongol. Kegagalan mendapatkan kepala Shah membuat mereka tidak bisa tidur berhari-hari, khawatir jika pemimpin Khwarezmia menyusun rencana balasan, atau hendak meminta bantuan kepada aliansinya, terlebih negeri Islam.Dan kini mereka masih bertempur dengan sporadis terhadap pasukan Khwarezmia mati-matian. Dibunuh atau membunuh. Itulah jalan satu-satunya mereka bertempur. Jika mereka lari, maka keluarga mereka di dataran merah Mongolia akan menjadi santapan elang gunung setelah dinodai kehormatannya."Wahai prajurit berbadan besar, engkau begitu kuat dan belum pernah aku melihatmu, tiada satupun anak panah mengenaimu kecuali terpental, tiada yg menghadangmu puluhan prajurit namun tiada satupun yg tersisa melainkan mati dengan mudah, siapa namamu!" Tanya prajurit veteran Kwarezmia terhadap seorang yg ia anggap aneh itu."Namaku adalah, Hasan!" Sambil menyilangkan kakinya diatas tumpukan tengkorak pasu
Suara detak jantung kuda serasa di tanganku saat aku memacu kuda. Resimen yang kini aku ikuti sangat terlampau gelisah atas apa yang menimpa kita hingga saat ini. Hanya ada suara derapan kuda di tengah bayangan purnama dengan suasana hutan oak yang begitu angker dan menyimpan dendam terhadap kerajaan kami. “Tuan Said, tolong berhentilah, kita sangat kelelahan selama seharian berjalan melarikan diri!” Rintihku terhadap veteran tua yang menjadi komando resimen yang bertugas mengawal Shah agar Beliau bisa melarikan diri. Namun dirinya hanya diam saja tanpa sedikitpun menoleh kepadaku. “Tegarlah kawan, nanti setelah ini kita akan bertemu tebing yang bisa kita gunakan untuk berlindung dari kejaran tentara setan itu!” Dibawah bayangan yang temaram muncul sepasukan berkuda mongol yang berhasil mengejar kami membawa pedang beracun yang siap mencabik kami dari belakang! Kilatan racunnya bagaikan zamrud yang memantulkan sinarnya yang berkilauan, indah tetapi mematikan. “Hruaaaaaaa!” Teriakan
"Suara apa tadi yang berbunyi sangat dahsyat hingga tentara Mongol kalang kabut? Aku belum pernah sekalipun mendengarnya, sangat-sangat mengerikan!" Orang yang mengolok-olokku tadi berbalik arah wajah dengkinya menjadi wajah takjub genit bagaikan wanita yang hendak dilamar lelaki kaya raya yang ia tujukan terhadap pemuda aneh yang berhasil memporak-porandakan pasukan setan.Pemuda itu mendekat kepada kami, dan kami gemetar akan langkah kakinya setelah dirinya turun dari kuda yg sering kulihat di kota ku bertugas, Orthar."Janganlah takut kepadaku, aku adalah saudaramu dan diri kalian semua, dalam keimanan. Kalian heran dengan apa yang aku bawa ini?" Sambil menunjukkan sebuah besi panas berbentuk tabung yang ia bawa dengan tali yang mengikat di belakang punggungnya, kurasa itu barang yang sangat berat. Tapi anehnya aku melihatnya tidak sedikitpun terasa letih menyandangnya."Beritahukan kepada kami kawan! Aku penasaran". Temanku ini diam-diam memb
Kegalauanku semakin menggebu-gebu. Pilihan antara bangsaku dengan keinginanku pribadi. Akankah aku harus melawan hukum islam demi menyelamatkan gadis itu dari pengepungan Mongol? Aku ingat dimana tempat tinggal gadis kecil itu berada, meski kenangan itu hampir berlalu berpuluh tahun. Tapi aku ingat janjinya denganku, jika diriku bisa kapanpun datang ke tempatnya berada, disana terdapat rumah yang megah dan berbagai keindahan dunia yang terkumpul di dalamnya.Dia adalah anak seorang pedagang kaya yang sudah terkenal melalang buana. Bagaimana aku bisa tahu? Ya karena tiada yang bisa menghalangi kharisma seorang ayah sholeh yang memiliki anak se baik itu meski tertutup rimba harta yang menggunung.Bagiku, gadis tersebut berasal dari garis keturunan yang mulia, bermasyarakat dengan masyarakat yang santun, dan dipenuhi dengan keberkahan dari akar hingga ujung pepohonan iman yang menjulang tinggi di sebuah tebing yang tinggi, yang disekitarnya berisi tanaman hijau yang rindang berbuah manis
"Nerva.. Nervaaa...lihat ini, ada bunga lavender yang saanggaaat indah..." Baru kali ini aku melihat Ruqqayah seantusias ini melihat pemandangan di sepanjang jalur sutra yang kami lewati. Aku hanya tersenyum sembari menyimpan kesedihan memikirkan bagaimana nasib ibuku disana.Kemudian Ruqqayah memetik 3,4 dan wah, wah banyak sekali hingga sampai satu pelukan?"Ruqayyah, apa yang kamu lakukan? 😅 Jangan kamu rusak lingkungan disini....!!" Aku berusaha menyadarkan Ruqqayah agar tidak rakus dengan tanaman lavender sebanyak itu.."Nananana..." Ruqqayah cuman bernyanyi-nyanyi nada girang tanpa mau menoleh terhadapku. setelah hampir 10 gantang tanaman lavender baru dirinya berhenti berbuat aneh."Suamiku, tolong kemari..." Ajaknya penuh mesra"Iya aku kesana"" Tolong ikat ini per 50 tanaman dan engkau tata memanjang di bawah pohon bidara disana, oke?"iya-iya tuan putri" Ngos-ngosan aku mengangkut tanaman lavender ini jauh hingga dibawah pohon bidara. Tapi demi istriku yang cantik ini apa
Keberangkatanku menuju cita-citaku selama bertahun-tahun membawa berbagai kemungkinan-kemungkinan yang saat ini aku pikirkan solusinya. Sepintas aku mengambil sarung pedangku dan ku tarik bilahnya dari sarungnya. Banyak sekali karat yang mengotori pedangku karena malasnya diriku membersihkan darah para korban keganasanku di medan perang."Ini ambillah" Pedang Mongol yang berkilau warna zamrud disodorkannya kepadaku, oleh seorang yang ku anggap aneh bin ajaib."Haa? Kenapa harus ku pakai pedang milik setan itu?""Kau tahu ini sangat berharga untuk menghancurkan mulut kafirin itu. Dengan bahan yang ringan bergagang bambu kemudian ada tutup pada ujung gagang ini. Nah seketika engkau buka tutup sedikit ini maka mengalirlah racun keluar menuju lubang sekecil lubang jarum yang terhubung pada bilah pedang.""Coba kulihat!" Aku merampas cepat pedang yang ia bawa. Setelah kubuka sedikit tutup pada gagang bilah seketika memancar racun hijau yang mematikan itu, tidak tercium bau menyengat tetapi
"Appppaaa?" Kaget sekali jika orang yang ada di depanku adalah anak dari ayah seseorang yang aku cari untuk membayar diyat atas perbuatanku yang telah merenggut nyawa yang sangat berharga.Aku berpikir seakan dunia ini yang betapa sempitnya luas daratan yang membentang mudah sekali menemukan seseorang untuk segera menunaikan hajat."Silahkan sholat terlebih dahulu, aku akan menanti kalian di sini, dadaaaa" "Nerva, jangan buka""Iiiyyaa, ada perempuan ya?""Tidak pakai kerudung, cantik lagi! huft" Sewot Ruqoyyah yang sebal dengan suara yang keras, setelah melihat adab perempuan itu jelek yang sampai kami tidak sadar bahwa dirinya perempuan, sesuatu yang tidak disukai Rabb kami. Menyerupai lawan jenis."Iyya maafkan aku, aku berusaha agar terlihat mencolok bagi kalian, karena aku telah lama menanti kalian di depan gerbang al-Ula setiap harinya.....6 tahun yang lalu di Asghaban"Keluarga Zahn terkenal dengan hubungan dekatnya terhadap keluarga kekhalifahan dan dekatnya pula dengan par
Dahulu kota Bagdad adalah bagian dari salah satu ambisi Khalifah Al Mu'tasim yakni memindahkan surga akhirat ke dunia. Hampir seluruh kas negara kala itu yang tengah merekah, ludes untuk membayar para pegawai terampil nan piawai dari segala penjuru negeri. Meskipun tahu jika itu boros, mau bagaimanapun pikiran sehat sang khalifah senantiasa terkotori oleh berbagai hasutan bangsa Turk yang sudah dari dahulu diperingatkan oleh para ulama sebelumnya bakal mencaplok kekuasaan bangsa Quraisy. Sedikit demi sedikit, hingga bangsa Quraisy hingga saat ini bagaikan bonekah mainan yang kapan saja bisa di lempar ke lubang api yang membakar dan diganti dengan boneka yang lain."Wahai Nerva, aku sangat menyesal atas sikap leluhurku dahulu terhadap bangsa Quraiys keturunan al Abbas paman Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, aku ingin engkau menolongku untuk kali ini, membalas budi bangsaku terhadap bangsa Quraiys dan seluruh umat islam....."Tumben sekali Hasan menulis surat se-melankolis ini, da
"Sayang, jangan pergi dahulu, aku akan sangat merindukanmu", tangis istrinya karena sulit akan keputusan yang sudah digariskan oleh takdir yang ghaib.Rasyid memeluk istrinya dengan hangat penuh kasih sayang dan mengelus lembut perut istrinya yang semakin lama semakin membuncit karena hamil anak pertamanya. Dia tidak bisa berkata-kata bak pujangga jaman dahulu yang ia kagumi selama perjalanan menuju negeri impian. Yang Ia bisa lakukan kini hanyalah beristigfar supaya segala hal yang merisaukah segera dimudahkan oleh Dzat Yang Maha Penyayang."Rasyid, bacalah surat ini, sudah lama aku menyimpannya, maafkanlah ayahandamu ini.""Dari siapakah ayahanda?" Rasyid melihat gulungan kertas dengan stempel kekhalifahan Abbasiyah. Aaih ini dari Hasan si Jendral bersenjata modern."Apakah orang yang membawa surat ini memakai zirah besar?""Orang yang bertubuh kurus dengan tudung putih," apakah pesuruhnya?Setelah terbuka kertas yang tergulung nampak tertulis tulisan arab yang sangat indah guratan
15 Tahun sebelum pernikahan Rasyid dengan Putri Shah BandarKeadaan Masa itu....Hidup yang bergelimang harta terasa hambar bagi hati seorang pedagang mujur yang hatinya terpaut dengan masjid. Selalu saja ada harta mengalir meski berusaha sekuat tenaga memiskinkan diri dengan bersedekah dan menolong finansial orang-orang dari jerat riba bank plecit. Tetapi selalu saja diberikan oleh Zat yang Maha Kaya harta berlipat ganda, hingga memiliki pegawai setia berjumlah seribu orang lebih."Sayangku, apakah aku kini sedang diazab oleh Allah? aku begitu menderita akibat banyaknya harta yang menumpuk, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, aku ingin merasakan ketenangan dalam hidup." Keluh kesah yang sangat membuat orang yang mendengarnya ikut putus asa."Jangan berkata demikian, Wahai suamiku, Shah Bandar, Engkau tidaklah diuji perihal harta bagaikan si Qorun musuh Musa 'alaihisalam dan musuh Dzat Yang Maha Kaya, buktinya engkau bisa bersedekah, berinfak di jalan Allah, berdzikir, dan memudahkan h
" Apakah engkau bersumpah tiada lagi berbuat dosa?" tanya seseorang dengan nada meremehkan sambil mengangkat alis bagian kiri."Aku rasa demikian, supaya aku memiliki banyak teman dan sahabat" Jawabku singkat sambil mengibaskan poni ke arah belakang kepala."Lalu siapa yang lebih dzalim dan sombong dari dirimu terhadap Tuhan yang Maha Menerima Taubat? Lalu apakah peran dirimu di dunia sedangkan tiada satupun mahkluk yang hidup tanpa pernah melakukan dosa? Apa engkau hendak menjadi gila supaya terkabul impianmu memperoleh ridho manusia?""Lalu apa yang harus ku lakukan?""Bertaubatlah dan jangan mendahului Allah dan Rasulnya, Janganlah melampaui batas dalam beragama, dan tetaplah jaga perintah Allah. Jauhi dosa kecil dan besar, baik tersembunyi dan terang-terangan. Dan bersegeralah meraih ampunan Allah, sungguh kelak di hari kiamat engkau akan melihat catatan amalmu yang akan mengantarmu ke neraka atau ke surga. Tiada seluruh manusia yang ridho dengan manusia yang lain, maka carilah ri
1. Cerita ini tidak ada unsur menyinggung, hanya sebagai cerita perumpamaan.2. Bukan bertujuan menyihir orang lain3. Tidak bermaksud memjual agama harga murah. Karena saya jual kisah hikmah sebagai penambah semangat beribadah dan adab4. Sesuai judul penerbit. Good Novel berarti Novel Bagus. Saya hanya tertarik dgn judulnya, kalau ternyata kebanyakan isinya selain buku saya banyak tercipta buku prostitusi maka saya berlepas tangan.5. Jika Antum orang yg lebih paham agama daripada saya. Maka utamakan Tabayun daripada Thatayur6. Orang Kaya dan Alim tapi pelit lebih mulia daripada orang miskin tapi gemar beli koin supaya bisa baca novel prostitusi.7. Islam tetaplah sempurna tanpa novel nerva8. Saya bertaubat dari menulis novel dan saya sekarang berlepas diri dgn Novel ini setelah saya ajukan penghapusan ke admin9. Laa Illaha Illallah... Sya lebih suka dibenci orang Musyrik, Munafik, Kafirin, daripada dibenci meski 1 orang mukmin 🙏
Kuda kami beradu cepat menyusuri lorong hutan oak dengan disambut hujan petir dari langit dan rentetan anak panah yang menghujani langkah kami dari gerombolan perampok tengik yang siap memporak -porandakan negeri-negeri islam yang telah berdiri sejak kekhalifahan Abu Bakar ash Shidiq."Aku akan menjadi tameng untuk lolos dari pengepungan mereka. Cepat! ambil lembingmu dan serang lurus ke arah pemimpin mereka., aku akan mulai hancurkan kroco-kroco mereka satu persatu." Hasan memberiku aba-aba menjalankan stategi serangan membabi buta dua orang melawan 1000 pasukan berkuda Mongol.Aku berdiri di atas kuda liar yang kujinakan dari negeri Moor sembari memasang kuda-kuda untuk melempar lembing ke arah kepala calon khanate yang mencari gara-gara demi mendapatkan pengakuan sang Dukun Agung, Jengis Khan.Slappsss....Jebreet! "Hmmmp meleset" Lembing itu mengenai pundak calon khanate hingga dirinya terplanting dari kuda yang ingin menabrakku sejauh 5 meter. Kemudian aku melompat dari kuda menda
Keberangkatanku menuju cita-citaku selama bertahun-tahun membawa berbagai kemungkinan-kemungkinan yang saat ini aku pikirkan solusinya. Sepintas aku mengambil sarung pedangku dan ku tarik bilahnya dari sarungnya. Banyak sekali karat yang mengotori pedangku karena malasnya diriku membersihkan darah para korban keganasanku di medan perang."Ini ambillah" Pedang Mongol yang berkilau warna zamrud disodorkannya kepadaku, oleh seorang yang ku anggap aneh bin ajaib."Haa? Kenapa harus ku pakai pedang milik setan itu?""Kau tahu ini sangat berharga untuk menghancurkan mulut kafirin itu. Dengan bahan yang ringan bergagang bambu kemudian ada tutup pada ujung gagang ini. Nah seketika engkau buka tutup sedikit ini maka mengalirlah racun keluar menuju lubang sekecil lubang jarum yang terhubung pada bilah pedang.""Coba kulihat!" Aku merampas cepat pedang yang ia bawa. Setelah kubuka sedikit tutup pada gagang bilah seketika memancar racun hijau yang mematikan itu, tidak tercium bau menyengat tetapi
"Nerva.. Nervaaa...lihat ini, ada bunga lavender yang saanggaaat indah..." Baru kali ini aku melihat Ruqqayah seantusias ini melihat pemandangan di sepanjang jalur sutra yang kami lewati. Aku hanya tersenyum sembari menyimpan kesedihan memikirkan bagaimana nasib ibuku disana.Kemudian Ruqqayah memetik 3,4 dan wah, wah banyak sekali hingga sampai satu pelukan?"Ruqayyah, apa yang kamu lakukan? 😅 Jangan kamu rusak lingkungan disini....!!" Aku berusaha menyadarkan Ruqqayah agar tidak rakus dengan tanaman lavender sebanyak itu.."Nananana..." Ruqqayah cuman bernyanyi-nyanyi nada girang tanpa mau menoleh terhadapku. setelah hampir 10 gantang tanaman lavender baru dirinya berhenti berbuat aneh."Suamiku, tolong kemari..." Ajaknya penuh mesra"Iya aku kesana"" Tolong ikat ini per 50 tanaman dan engkau tata memanjang di bawah pohon bidara disana, oke?"iya-iya tuan putri" Ngos-ngosan aku mengangkut tanaman lavender ini jauh hingga dibawah pohon bidara. Tapi demi istriku yang cantik ini apa