Home / Romansa / Petani Sukses / Bab 45 Penjualan Pertama

Share

Bab 45 Penjualan Pertama

Author: Indrawan.Maulana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Saat Amanda Santika sedang memilih sayuran, suara seorang wanita tua terdengar dari luar, “Santika, kamu di sini?”

Amanda Santika segera menjawab, “Nenek, aku di sini!”

Ibu Amanda melihat seorang wanita tua baik hati dengan gaun bermotif bunga mawar berwarna cerah masuk dengan membawa keranjang sayur.

Ibu Amanda menebak bahwa Nenek itu adalah pemilik rumah sewaan. Dia tersenyum dan menyapanya, "Nenek pasti pemiliknya. Halo, aku Amanda Pratiwi, ibu dari gadis ini. Terima kasih telah menjaga Amanda Santika."

Wanita tua itu tersenyum dan berkata, "Ibu Amanda, kamu bisa memanggilku Nenek Ipah. Aku sangat menyukai putrimu."

Ibu Amanda tersenyum, "Oke, Nenek Ipah."

Nenek Ipah berkata, "Kemarin, gadis itu berkata dia akan datang untuk menjual sayuran, jadi aku menunggunya untuk membeli sayuran."

Ibu Amanda mengambil keranjangnya dan tersenyum, "Nenek Ipah, kamu tidak perlu datang ke sini secara langsung. Kami dapat mengirimkan sayuran ke rumahmu."

Nenek Ipah melambaikan tangannya dan berkata
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Petani Sukses   Bab 46 Laris Manis

    "Nona, berapa harga tomatnya? Aku akan membeli beberapa buah tomat itu."Seseorang punya selera bebas, dan mereka ingin membeli tomat untuk dimasak di rumah. Rasa tomat yang dijual Amanda Santika sudah enak saat dimakan mentah, jadi akan lebih enak jika dibuat sup."Harganya tiga ribu rupiah per satuan!""Tiga ribu rupiah per satuan? Apakah aku tidak salah dengar?" Seseorang mengira mereka salah dengar. "Nona, maksud kamu tiga ribu rupiah per kilogram?""Tidak, tidak. Harganya tiga ribu rupiah per satuan. Semua yang ada di sepeda listrik roda tiga saya, selain bayam dan cabai, dijual satuan," kata Amanda Santika sambil menggelengkan kepalanya.Amanda Santika menjelaskan dengan serius, " Harga timun dua ribu rupiah per satuan, kubis masing-masing dua puluh lima ribu rupiah, bayam per satu ikat harganya lima ribu rupiah, dan cabai rawit merah harganya tiga puluh lima ribu rupiah per lima ratus gram."Ketertarikan banyak orang berkurang ketika mendengar harganya. Di pasar menjual satu ki

  • Petani Sukses   Bab 47 Terjual Habis

    Wanita tua itu pulang ke rumah setelah dia melakukan pembelian sayuran di pasar. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu dengan bapak tua dan ibu tua di lingkungan sekitar. Mereka saling menyapa, dan melihat isi keranjang sayuran milik Nenek Siti.Beberapa dari mereka bertanya dengan ragu, "Nenek Siti, mengapa kamu kembali begitu cepat? Bukankah kamu baru saja pergi? Saya jadi bingung."Nenek Siti tersenyum, "Ketika saya di perjalanan menuju pasar, saya bertemu dengan seorang gadis yang menjual sayuran dengan sepeda listrik roda tiga di persimpangan jalan Jenderal Sudirman. Saya melihat sayuran mereka segar dan lezat. Jadi saya membeli beberapa sayuran itu dan langsung kembali pulang."Nenek Maesaroh melihat tas yang dipegang Nenek Siti lalu berkata, "Kelihatannya sayuran itu masih segar dan lezat. Berapa harganya masing-masing sayuran itu?"Nenek Siti menjelaskan harga masing-masing sayurannya sambil menunjuknya dengan berkata, "Sayuran kubis ini harganya dua puluh lima ribu rupiah per s

  • Petani Sukses   Bab 48 Mengunjungi Salman Alfarisi

    Amanda Santika penasaran dengan uang yang dia dapatkan dari hasil penjualan sayuran hari ini dan berkata, “Ibu, berapa uang yang kita dapatkan?”"Tunggu sebentar, biarkan Ibu menghitungnya," Ibu Amanda menghitung uang hasil dari menjual sayuran berulang kali. “Hm... Menurut Ibu kita mendapatkan dua juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah.Ibu Amanda tidak bisa mengendalikan kegembiraan di hatinya dan terus bertanya, "Amanda Santika, apakah jawaban Ibu benar? Apakah kita menjual sayuran dengan total keuntungan dua juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah untuk hari ini? Itu setara dengan satu bulan pendapatan keluarga petani di pedesaan."Amanda Santika berkata, "Bu, Ibu mungkin benar. Kita telah menjual 100 tomat, 110 timun, 45 kubis, 25 ikat bayam, dan 10 kilogram cabai rawit merah. Aku memberikan 20 tomat, 10 timun, 5 kubis, 5 ikat bayam, dan 2 kilogram cabai rawit merah. Kita membagikan beberapa untuk sampel gratis, jadi dua juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah, kedengaran

  • Petani Sukses   Bab 49 Kecurigaan Ibu Amanda

    Salman Alfarisi mengangkat tangannya dan berkata dengan tegas, "Kamu tidak akan mendapat buah tomat milikku! Silahkan ambil jika kau bisa!""Sepertinya menyerah bukanlah suatu pilihan, ya?" Nanang Avianto menyeringai sinis. Dia berseru, "Teman-teman, maju dan jepit dia!" Mereka bertiga bergegas maju dan menjepit bahu Salman Alfarisi. Salah satu dari mereka berdiri di depan Salman Alfarisi untuk menginterogasinya.Nanang Avianto bertanya, "Salman Alfarisi, kulihat kamu bahkan tidak memperlakukan kami sebagai teman. Bagaimana kamu bisa menyembunyikan kelezatan buah tomat seperti itu dari kami?"Syarif mengangguk dan berkata, "Benar. Kamu bisa saja membeli beberapa lagi. Hanya tersisa dua tetapi kamu tetap menolak membaginya dengan kami. Kamu adalah teman yang pelit!""Omong-omong, Salman, di mana kamu membeli tomat ini?" Bambang fokus pada pertanyaan utama. "Kita harus pergi dan membeli semuanya!" Mereka seharusnya bisa memakan semuanya karena rasanya yang sangat lezat dan segar.Selain

  • Petani Sukses   Bab 50 Salman Alfarisi Pulang Ke Rumah

    Setelah Amanda Santika melakukan penjualan pertamanya, dia memutuskan untuk mulai bertani dan menjadi penjual sayur mayur dengan sungguh-sungguh. Namun, halaman belakang rumahnya tidak lagi cukup luas untuk ditanam berbagai macam sayuran dan buah-buahan. Halaman belakang rumah mereka tidak dapat lagi memenuhi kebutuhannya.Setelah mempertimbangkan dengan cermat, Amanda Santika memutuskan untuk mengadakan pertemuan keluarga ketika Salman Alfarisi kembali.Salman Alfarisi akan kembali pulang ke rumah Keluarga Amanda pada hari Sabtu ini. Dia juga membawa serta ketiga teman kamar asramanya. Mereka hanya punya satu tujuan, yaitu mencari buah tomat yang memiliki rasa lezat dan segar.“Hei, Salman Alfarisi. Apakah kakak kamu masih memiliki buah tomat yang rasanya segar dan lezat itu?”“Aku tak tahu kawan, aku juga berharap demikian,” jawab Salman Alfarisi sambil berjalan santai.Setelah teman-teman Salman Alfarisi memakan buah tomat milik Salman Alfarisi, sayur-sayuran dan buah-buahan yang

  • Petani Sukses   Bab 51 Terpesona

    Salman Alfarisi menunjuk teman-teman asrama kamarnya dan memperkenalkan, "Bu, mereka adalah teman sekamar aku, ini Nanang Avianto, ini Bambang, dan yang terakhir Syarif!""Halo, Bibi!" Ketiga remaja itu menyapa dengan sopan dan serentak.Ibu Amanda tersenyum dan berkata, "Silakan Masuk. Salman, undang temanmu juga untuk masuk ke dalam!""Oke! Laksanakan!" kata Salman Alfarisi sambil menganggukkan kepalanya. Dia bertanya, "Bu, di mana Ayah dan Kakak Amanda Santika?"Ibu Amanda menjawab, "Hari ini ayah kamu pergi membajak sawah di kampung sebelah. Dia belum kembali sampai detik ini. Kakak kamu sedang mencuci rambutnya di dekat sumur. Salman Alfarisi, jagalah teman-temanmu, dan ajak mereka mengobrol. Ibu akan pergi mencari makanan untuk teman-teman kamu!""Bibi, kami berteman baik dengan Salman Alfarisi. Bibi tidak perlu repot-repot mempersiapkan makanan untuk kami!" Ketiga teman Salman Alfarisi berkata dengan malu, tetapi mereka masih berharap dibawakan buah tomat yang rasanya segar dan

  • Petani Sukses   Bab 52 Teman-teman Salman Alfarisi

    Ibu Amanda mengeluarkan beberapa buah tomat sisa penjualan sayuran dan berkata pada ketiga teman Salman Alfarisi, "Bibi tidak punya banyak, tapi buah tomat ini rasanya enak. Mengapa kamu tidak mencobanya?"Mata ketiga teman Salman Alfarisi berbinar saat melihat buah tomat yang mereka tunggu-tunggu, akhirnya mereka dapat mencicipi rasa buah tomat yang segar dan lezat lagi.Nanang Avianto segera berkata, "Bibi, kamu terlalu baik. Kami telah bersaudara dengan Salman Alfarisi sejak lama. Keluarganya adalah keluarga kami juga sekarang. Ibunya adalah ibu kami, jadi kami akan bersikap seolah-olah kami ada di rumah. Terima kasih, Bibi."Salman Alfarisi terus memutar matanya, diam-diam memarahi mereka karena tidak tahu malu dan mengumpat di dalam hatinya, “Arrgh... Ada apa dengan mereka? Kakak aku menjadi saudara perempuan mereka, dan sekarang ibu aku menjadi ibu mereka juga. Sungguh tak tahu malu teman-temanku ini!”Tapi, Salman Alfarisi mau tidak mau menerimanya, lalu menambahkan, "Bu, dia b

  • Petani Sukses   Bab 53 Makan Bersama

    Ketiga teman Salman Alfarisi itu dikejutkan dengan berbagai hidangan lezat yang dihidangkan di atas meja. Semua hidangan yang dimasak oleh Keluarga Amanda tampak seperti makanan rumahan biasa. Ketiga teman Salman Alfarisi berasal dari latar belakang keluarga yang kuat, dan mereka sering mengunjungi hotel bintang lima di Kabupaten Greenland. Namun, tak satu pun makanan yang memiliki aroma yang sangat lezat jika dibandingkan dengan hidangan sederhana di atas meja. Mereka tidak menyangka masakan sayur sederhana bisa begitu sangat harum, hingga membuat mereka mengeluarkan air liurnya. Aromanya yang menyegarkan nafsu makan mereka, dan juga membuat mereka merasa sangat lapar. Nanang Avianto melihat masakannya dan berkata dengan serius, "Kak Amanda Santika, bau hidangan ini sangat enak sekali. Sepertinya kakak pandai memasak!" Kemudian, Nanang Avianto menoleh ke arah Salman Alfarisi, yang baru saja tiba. Dia berteriak, "Salman Alfarisi, kamu sangat beruntung karena kakak kita dan ibu

Latest chapter

  • Petani Sukses   Bab 60 Konspirasi

    "Oi, apakah kalian memperhatikan bahwa tomat Abdul Rozak tiba-tiba tumbuh begitu cepat dan baik?" Setiap orang yang melewati ladang tomat Abdul Rozak pasti akan terkejut ketika melihat tomat yang unggul dan bulat seperti lentera merah. "Iya, aku juga menyadarinya. Aneh. Meski sebelumnya tomatnya tidak cukup baik, tapi sekarang sesempurna ini. Lihat, batang tomatnya sebesar pohon. Buahnya besar dan bulat." "Keluarga mereka selalu mendapatkan panen tomat yang bagus. Beberapa restoran di Kota Greenland dan Kabupaten Greenland memesan tomat dari mereka." "Benar, kalau tidak, mereka tidak akan menanam tomat setiap tahun! Tapi panen terbaru ini sungguh luar biasa. Melihat tomat-tomat itu membuat mulutku berair." Seorang penduduk desa mengulurkan tangan untuk mengambil tomat. "Aku akan mengambil satu untuk dicicipi!" "Oi, sedang apa kalian?" Nani Suryani pergi untuk memeriksa ladang tomat ketika dia melihat kerumunan orang di sana. Dia juga memperhatikan seseorang memetik tomatnya.

  • Petani Sukses   Bab 59 Diskusi Biaya Sewa Lahan

    Pagi itu, Abdurrahman Wahid menerima kabar dari kepala desa bahwa sebagian besar penduduk desa bersedia menyewa tanah mereka di belakang gunung. Namun, mereka ingin tahu bagaimana cara menghitung biaya sewanya. Sebagian kecil tidak memberikan jawaban konkret. Sejumlah keluarga langsung menolak. Mereka lebih memilih membiarkan tanahnya membusuk daripada menyewakannya kepada keluarga Abdurrahman Wahid. Oleh karena itu, Abdurrahman Wahid dan Amanda Santika memutuskan untuk pergi ke rumah kepala desa untuk mengetahui detailnya dan membuat rencana. Abdurrahman Wahid menyerahkan sebungkus rokok kepada kepala desa dan bertanya, "Kepala desa, apa yang dikatakan penduduk desa?" Kepala desa mengambil rokok dan sedikit mengernyit, "Abdurrahman, Amanda Santika, sebagian besar penduduk desa bersedia menyewa. Tanah di sana berpasir. Kalian bisa menanam kacang tanah, ubi jalar, atau buah naga, tetapi lahannya jauh dari desa. Jika biaya sewanya masuk akal, kamu akan menyelamatkan mereka dari

  • Petani Sukses   Bab 58 Praduga

    Nanang Avianto dan teman-temannya mengikuti sekelompok anak-anak itu ke gunung. Sepanjang perjalanan, mereka kembali diperlihatkan betapa pintarnya Si Cokelat Kecil dan Si Cokelat Besar. Mereka tidak memakan apa pun yang ditanam penduduk desa, dan mereka hanya merumput di pinggir jalan.Oki Fahmi mengantar Si Cokelat Kecil dan Si Cokelat Besar ke pegunungan.Nanang Avianto dan kedua temannya menemukan lebih banyak hal menarik ketika mereka sampai di pegunungan. Mereka menemukan sarang burung di pohon, buah beri liar, dan jamur gunung."Jamur apa ini? Indah sekali!" Nanang Avianto memperhatikan jamur berwarna merah cerah. "Ini seperti batu merah delima. Bolehkah aku memakannya?"Oki Fahmi memutar matanya lalu berkata, "Jika kamu ingin mati, maka kamu bisa memakannya!" Mata mudanya dipenuhi dengan rasa jijik, "Tidakkah kamu tahu bahwa semakin berwarna jamur, semakin beracun jamur tersebut? Apakah kamu benar-benar teman sekelas Kak Salman Alfarisi? B

  • Petani Sukses   Bab 57 Kecerdasan Si Cokelat Kecil

    Ketiganya berkonflik saat melihat tomat mereka yang ditolak oleh seekor sapi. Anak sapi itu tidak mau memakan tomatnya, dan mereka tidak bisa membuangnya. Jadi siapa yang akan memakannya? Mereka sangat terpukul. Nanang Avianto tiba-tiba berseru, “Tunggu, tunggu. Apakah anak sapi itu memutar matanya ke arah kita? Apakah kamu melihatnya?” Selain Amanda Santika, semua orang menoleh ke arah Si Cokelat Kecil. “Ya. Kamu kali ini benar, Nanang. Anak sapi itu memutar matanya dengan jijik ke arah kamu!” Bambang tersentak, “Apakah dia sejenis anak sapi ajaib yang dimiliki oleh Kak Amanda Santika?” Syarif tertawa, “Apakah kita berada di dunia khayalan?” Kemudian, dia menoleh ke arah Amanda Santika dan memuji, “Kak Amanda Santika, Si Cokelat Kecil sangat pintar!” Oki Fahmi dan anak-anak lainnya mengikuti mereka. Pada saat itu, Oki Fahmi berkata, “Itu bukan apa-apa. Si Cokelat Kecil adalah pahlawan yang menyelamatkan induknya, ketika induknya dimasukkan ke rumah jagal Si Cokelat Kecil mena

  • Petani Sukses   Bab 56 Si Cokelat

    Oki Fahmi berjalan keluar dengan kepala menunduk dan mengaku demi keringanan hukuman, lalu berkata, "Kak Amanda Santika, maafkan aku. Aku terlalu main-main bersama teman-teman dan lupa mengawasi Si Cokelat. Aku membiarkan dia makan tomat di kebun milik Paman Abdul Rozak." Salman Alfarisi menambahkan penjelasannya, "Kak, Si Cokelat Kecil sudah makan tomat dan kecambah tomat Paman Abdul Rozak." Amanda Santika segera memahami segalanya. Dia berjalan menuju Abdul Rozak lalu berkata, "Paman Abdul Rozak, karena sapiku telah memakan sayuran dan buah-buahan milik Paman, maka aku harus memberikan ganti rugi kepada Paman." Abdul Rozak tersenyum, "Ini hanya beberapa buah-buahan dan kecambah. Tidak perlu ganti rugi. Tapi..." Dia melirik ke arah Oki Fahmi, "Anak itu telah gagal sebagai penggembala sapi. Syukurlah, Si Cokelat Kecil memakan tomat di kebunku. Jika dia telah menerobos masuk ke rumah penduduk desa lain, mereka mungkin tidak akan begitu memaafkan." Amanda Santika langsung menger

  • Petani Sukses   Bab 55 Kekhawatiran Oki Fahmi.

    Nama panjang Oki adalah Oki Fahmi, anak kecil yang menggembalakan kedua sapi milik Amanda Santika. Oki Fahmi menundukkan kepalanya dan mengikuti di belakang Paman Abdul Rozak. Paman Abdul Rozak memegang seekor anak sapi di tangannya. Oki Fahmi memohon, “Paman Abdul Rozak, bisakah kita tidak pergi ke rumah bibiku? Aku berjanji akan mengawasi Si Cokelat mulai sekarang! Aku tidak akan membiarkan dia melakukan ini lagi!” Si Cokelat adalah nama yang diberikan Oki Fahmi pada anak sapi itu. Oki Fahmi merasa frustrasi. Si Cokelat biasanya sangat patuh. Dia tahu apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Namun, ketika Oki Fahmi sedang pergi berburu sarang burung bersama teman-temannya, Si Cokelat mengunyah sebidang bibit muda. Dan dia tertangkap basah. Jantung Oki Fahmi berdebar kencang. Dia malu menghadapi Amanda Santika. Dia telah mengecewakannya. Dia takut sepupunya tidak mengizinkannya menggembalakan sapi lagi. Kemudian, dia akan kembali menerima pukulan dari ayahnya.

  • Petani Sukses   Bab 54 Bertamu Ke Rumah Kepala Desa

    Keesokan paginya, Pak Abdurrahman pergi mencari kepala desa. Nama kepala desanya adalah Abu Bakar. Dia tinggal di sebuah bangunan megah dua lantai di tengah-tengah desa. Ketika Abu Bakar melihat Pak Abdurrahman, dia tersenyum dan berkata, "Pak Abdurrahman, jarang sekali kamu datang menemuiku. Apa yang tujuan kamu menemui aku?" Pak Abdurrahman tersenyum dan berkata, "Pak Abu Bakar, saya perlu bicarakan sesuatu dengan kamu." Abu Bakar selalu senang melihat keluarga Pak Abdurrahman karena Amanda Santika telah mengharumkan nama Desa Padi dengan menjadi pencetak prestasi terbaik di desanya. Abu Bakar dipuji oleh para pemimpin kota dan kabupaten Greenland. Abu Bakar tersenyum dan berkata, " Mari masuk dan duduk di dalam rumahku!" Setelah memasuki rumah Abu Bakar, Pak Abdurrahman langsung berkata, "Pak Abu Bakar, putriku Amanda Santika ingin menyewa beberapa bidang tanah di belakang gunung. Pak Abu Bakar, dapatkah kamu membantu saya menanyakan, apakah penduduk desa bersedia menyewakan

  • Petani Sukses   Bab 54 Rapat Keluarga

    “Bibi, biarkan aku, Bambang dan Syarif membersihkan meja dan piring ini,” kata Nanang Avianto menawarkan jasanya. “Terima kasih, anak-anak baik. Bibi merasa terbantu dengan kehadiran kalian,” balas Ibu Amanda dengan bahagia. Teman-teman Salman Alfarisi membagi tugas mereka, ada yang membereskan meja dan ada juga yang mencuci piring. Setelah ketiga siswa disuruh bersih-bersih, Amanda Santika berdiri dan berkata, “Kita perlu mengadakan pertemuan keluarga.” Ayah dan Ibu Amanda mengangguk. Salman Alfarisi mengantar teman-temannya ke kamarnya. Teman-temannya penasaran dengan ‘pertemuan keluarga’ ini, tapi mereka tahu itu terlalu tidak sopan jika ikut campur. Mereka menyadari bahwa mereka cukup iri pada Salman Alfarisi. Di asrama, Salman Alfarisi berasal dari keluarga termiskin. Namun, setelah tinggal bersama Keluarga Amanda, mereka menyadari bahwa Salman Alfarisi adalah yang paling bahagia di antara mereka. Bagi ketiga teman Salman Alfarisi, ibu mereka sibuk bersosialisasi dengan ora

  • Petani Sukses   Bab 53 Makan Bersama

    Ketiga teman Salman Alfarisi itu dikejutkan dengan berbagai hidangan lezat yang dihidangkan di atas meja. Semua hidangan yang dimasak oleh Keluarga Amanda tampak seperti makanan rumahan biasa. Ketiga teman Salman Alfarisi berasal dari latar belakang keluarga yang kuat, dan mereka sering mengunjungi hotel bintang lima di Kabupaten Greenland. Namun, tak satu pun makanan yang memiliki aroma yang sangat lezat jika dibandingkan dengan hidangan sederhana di atas meja. Mereka tidak menyangka masakan sayur sederhana bisa begitu sangat harum, hingga membuat mereka mengeluarkan air liurnya. Aromanya yang menyegarkan nafsu makan mereka, dan juga membuat mereka merasa sangat lapar. Nanang Avianto melihat masakannya dan berkata dengan serius, "Kak Amanda Santika, bau hidangan ini sangat enak sekali. Sepertinya kakak pandai memasak!" Kemudian, Nanang Avianto menoleh ke arah Salman Alfarisi, yang baru saja tiba. Dia berteriak, "Salman Alfarisi, kamu sangat beruntung karena kakak kita dan ibu

DMCA.com Protection Status