‘’Anak papi, hari ini bagaimana kabarnya? Jangan nakal-nakal di dalam ya,’’ ucap Leo dengan menengadah ke atas untuk melihat respon Valerie. Namun yang sedang di pandang malah memandang ke arah lain.‘’Lihat, mami sedang melamun,’’ timpal Leo berusaha menarik perhatian sang istri siri.Namun Valerie masih enggan memberi tanggapan. Persis seperti sejak Leo datang.‘’Ada apa? Kenapa mendiami mas, hm? Apa anak kita menyulitkanmu?’’Bukan. Bukan anak mereka, tapi orang yang akan dipanggil nenek oleh anaknya lah yang membuat Valerie kesulitan.‘’Tidak, Mas,’’ jawab Valerie pada akhirnya.‘’Lalu kenapa diam terus?’’‘’Tidak apa-apa,’’ ucap Valerie acuh. Ia baringkan tubuh dengan posisi menyamping. Melebur lelah akan keadaan.‘’Masih marah karena masalah tadi? Maafkan mas, Sayang. Bukankah tadi mas sudah minta maaf?’’ Leo mencoba mengorek informasi dengan ikut berbaring sambil memeluk tubuh Valerie dari belakang. Bukan Leo yang minta maaf. Tapi Valerie. Mungkin laki-laki itu sudah pikun pad
‘’Valerie, kamu di sini?’’ seru Nathan saat melihat Valerie mendekat.‘’Jadi Valerie doang nih yang ditegur? Mentang-mentang… ehem,’’ goda Delia seperti kebiasaannya dulu. Menjadi obat nyamuk pasangan itu.‘’Bukan begitu, Del.’’Nathan masih mempertahankan senyum salah tingkah dan tak memindahkan pandangannya sedikitpun dari Valerie.‘’Jadi ini, pacar kamu sekarang?’’Lili menunduk malu mendengar Delia berbicara seperti itu. Apalagi saat semua orang menoleh padanya, termasuk Nathan. Ugh, pipi Lili terasa memanas. ‘’Oh, bukan, bukan. Kami hanya berteman,’’ jawab Nathan datar.Sebagai seorang wanita yang mengharapkan balasan cinta dari seorang pria yang diidam-idamkan, kata-kata Nathan langsung menarik Lili dalam lembah kesedihan.Cara Nathan melihat Valerie, sudah sangat melukai Lili. ‘’Maaf, saya harus kembali bekerja. Ada pasien yang harus dirawat.’’ Dengan segera, Lili pamit meninggalkan mereka bertiga. ‘’Del, kamu keberatan gak kalau aku ngobrol sebentar sama Nathan?’’‘’Oh, sil
Mobil hitam yang dikendarai Leo akhirnya tiba di pekarangan setelah menerjang hujan selama beberapa jam. Vania buru-buru keluar rumah untuk menyambut suaminya. Tapi yang didapati Vania hanya Leo seorang.Berbekal payung, Vania menjemput Leo dan melihat ke dalam mobil.‘’Loh, Valerie mana, Mas?’’‘’Sama Delia.’’‘’Astaga, kenapa mas biarin?’’ seru Vania dengan payung yang sekarang diambil alih oleh Leo.Leo memimpin jalan, menggiring Vania ke halaman rumah.‘’Memangnya kenapa, Sayang? Valerie gak pe
‘’Sayang.’’Leo menenangkan Vania. Tangis wanita itu terdengar pilu. Leo tak sampai hati untuk membiarkan Vania sendiri.‘’Sampai kapan aku harus menyembunyikan ini, Mas?’’ isaknya kencang.‘’Seumur hidup. Mau tidak mau.’’Vania langsung menoleh pada Leo. ‘’Selamanya?’’Leo mengangguk, lalu memeluk bahu Vania erat-erat. Ia tau bahwa selamanya adalah waktu yang sangat lama.Valerie telah menyatakan persetujuan, menjadi istri sirinya tanpa batas waktu. Sekarang, Vania juga harus berkorban.
‘’Ulangi sekali lagi?’’‘’Tidak ada siaran ulang!’’‘’Mas serius!’’Valerie tau Leo takut salah dengar. Karena permintaan yang diulang, biasanya akan mempengaruhi si pengucap dan menimbulkan keraguan.‘’Bukankah kita sudah sepakat sebelumnya?’’‘’Awalnya pernikahan kita hanya sampai anak ini lahir. Lalu mas memintaku menjadi simpanan. Sekarang Valerie yang ingin meminta sesuatu. Dengan mengakui Valerie sebagai istri kedua kepada keluarga.’’Leo tertegun memahami setiap kata.
‘’Kamu gila, Val!’’Delia berteriak di depan wajahnya.Bukan tanggapan seperti ini yang Valerie harapkan saat memutuskan untuk mengajak Delia bertemu di luar.Valerie ingin mendapat dukungan, bukannya reaksi terkejut seolah-olah permintaannya pada Leo beberapa jam lalu adalah sebuah hal tak masuk di nalar.‘’Memangnya salahku di mana, Del?’’‘’Memang tidak salah, sih. Aku cuma gak nyangka kalau kamu berani keluar dari sarang lalu memutuskan untuk bermain api.’’‘’Aku sudah bermain api di dalam sarang, Del. Bedanya,
‘’Mas, di mana?’’‘’Ini di depan.’’‘’Gak ada!’’‘’Coba cari lagi. Mas bisa lihat kamu dari sini.’’Dicari-cari selama beberapa detik, tapi Valerie tidak menemukan Leo di depannya. Apalagi tempat parkir itu lumayan gelap.‘’Mas, serius?’’ Valerie menoleh ke kanan dan ke kiri, masih menggenggam telepon di telinga tapi Leo tetap tidak ada.‘’Mas di ma— Akh!’’Leo muncul di belakangnya. Memelukn
‘’Kau apakan Valerie, Bajingan!’’ serunya beringas.Nathan menarik kerah dan memukuli Leo tanpa henti sampai darah segar terciprat kemana-mana. Sebagai istri, Valerie sangat-sangat tak kuasa melihat suaminya tersudut seperti itu.‘’Hentikan, Nathan. Hentikan!’’ Valerie berteriak melerai sementara Lili menarik-narik tubuh Nathan.‘’Mas, sudah! Cukup!’’‘’Dia menyentuhmu, Val. Dia menyentuhmu,’’ pekiknya sembari tak putus-putus memukul.Hati Nathan begitu sakit. Katakan, laki-laki mana yang mampu melihat wanitanya dinodai oleh orang yang selama ini mengaku sebagai